06

628 Kata
"Bu Fatimah tidak datang, beliau memberikan kita tugas kelompok. Maksimal empat anggota dalam satu kelompok. Dikumpulkan di jam terakhir." Ujar Rendra ketua kelas XI IPA 1. "Anggotanya terserah kalian" Imbuh Rendra, suara sorak kegembiraan menggema diruang kelas tersebut. Sebagian murid langsung mencari kelompok mereka masing-masing. Lain hal nya dengan Adriell, lelaki itu bergeming. masih fokus memandangi Alesya dari bangkunya. Meskipun yang dapat dia lihat hanya punggung mantan nya itu. Tapi itu cukup menyenangkan baginya. Terlalu berkonsentrasi dia bahkan tak mendengar pengumuman barusan. Jangankan mendengar masuk dalam telinganya saja tidak. "Alesya lo kelompok gue." Rendra menunjuk Alesya dari depan kelas. Merasa namanya disebut Alesya langsung menatap Rendra dengan tatapan bingung. "Gue?" "Iya lo kelompok gue." tanpa pikir panjang Alesya mengangguk menyetujui. Bagi Alesya berkelompok dengan siapa saja tidak masalah. Yang penting dia bisa mengerjakan tugas dan mengumpulkan tepat waktu. Toh Rendra juga pintar meskipun Adriell tetap yang nomer satu di kelasnya dan di SMA BAKTI. "Driell lo kelompok kita ya" Byan menepuk bahu Adriell. Konsentrasi buyar ketika dirasakan tepukan pelan pada bahu Adriell. Dia langsung menatap tajam kearah dua anak manusia yang berhasil menganggu nya. "Kenapa!" Balas nya ketus. "Santai bro, kita satu kelompok oke?" Adriell mengernyit "Kelompok apaan?" Adriell melihat raut wajah Byan berubah "Sialan! lo nggak denger Rendra bilang apa tadi?" Adriell dengan polos menggeleng pelan. Memang dia tidak mendengar ocehan Rendra sedikit pun sejak tadi. "Bu Fatimah nggak ada, beliau memberikan tugas kepada kita." Terang Fais menambahkan. "Berapa anggota?" "Empat" "Berarti kurang satu, biar gue ajak Sasa" "Dri-" "Sasa!" Fais hendak berbicara sesuatu padanya, namun Adriell lebih dulu memotong ucapannya. Setelah mendengar nama nya di panggil Alesya menoleh, membalas tatapan Adriell dan bertanya. "Ada apa?" "Lo masuk kelompok gue!" "Alesya udah satu kelompok sama gue!" Tiba-tiba seseorang ikut campur dalam pembicaraan mereka. Adriell menggeram pelan lalu memalingkan wajahnya untuk mencari siapa pemilik suara tersebut. Sudut bibir nya terangkat setelah melihat Rendra adalah dalangnya. Dia masih berdiri didepan kelas seraya membawa secarik kertas. Mereka saling melayangkan tatapan tajam dalam diam namun akan syarat kemarahan masing-masing. "Sialan!" Umpat Adriell lirih lalu kembali duduk dikursi nya. Dari tempatnya Adriell melirik Rendra tengah melangkah mendekati bangku Alesya lalu mengobrol sesuatu disana. Bahkan obrolan mereka terlihat begitu menyenangkan sampai-sampai Adriell mendengar suara tawa Alesya dari bangku nya. Adriell menggeram kesal melihat kedekatan mereka. "Lo kalah cepet Driell" Fais hendak menepuk bahu Adriell namun langsung dia tepis dengan cepat. "Diem lo. " Fais mengangkat bahunya acuh. Lalu kembali duduk dikursinya disusul Byan. Sebelum bel istirahat berbunyi Adriell, Byan, Fais dan Raja mengebut untuk menyelesaian tugas kelompok bahasa indonesia yang bu Fatimah berikan. Adriell buka tipe cowok yang suka menunda-nunda pekerjaan sekecil apapun itu, kecuali jika dia sedang benar-benar malas. Tapi untungnya dia tidak pernah malas jika berurusan dengan pelajaran. "Selesai!" sorak kegembiraan Fais menggema. Adriell menghela napas panjang bukti kelegaan hati nya. Adriell menumpuk tugas mereka menjadi satu lalu dia stapler agar terlihat lebih rapi. "Kasih ke Rendra" suruh Adriell pada ketiganya, terserah siapa yang akan berangkat. "Lo aja" Byan menyodorkan kepada Raja. Tanpa menolak Raja langsung memberikannya kepada Rendra. Rendra menoleh ke arah mereka, menatap heran karena kelompok Adriell sudah selesai lebih dulu dari kelompoknya. Adriell bersilang didepan d**a seraya menyandarkan tubuhnya ke kursi. Berlagak sombong kepadanya. Dia melihat Rendra mengangkat bibirnya sinis. Tak lama kemudian Adriell mendengar suara bel istirahat berbunyi. Adriell dan kedua anggota geng nya langsung keluar dari ruang kelas. Kedua tangan mereka kompak dimasukkan kedalam saku celana, berjalan berjejer menuju kantin. Suara riuh seketika terdengar ketika mereka mulai memasuki pintu masuk kantin. Ekor mata nya melihat Fais membuka lemari es, mengambil s**u stroberi sedangkan Adriell dan Byan mencari tempat duduk. Suara teriakan semakin pecah apalagi saat mereka duduk bersebelahan dengan para siswi di kursi kantin. "Nih" Fais datang dan menyodorkan satu botol s**u stroberi kesukaan Adriell. "Thanks"
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN