Jangan lupa vote dan komentar dulu baru baca :)
Ini PART baru!!!
***
Alesya bersumpah, menyesali hidupnya sendiri yang memiliki kelainan sejak lahir. Apalagi karena penyakitnya ini Adriell selalu bersikap posesif dengannya.
Alesya tidak ingin menyusahkan orang lain termasuk Adriell. Oleh karena itu dia memilih mengakhiri hubungan mereka agar sikap posesif Adriell juga ikut berakhir. Namun justru sebaliknya sikap posesif itu semakin akut dan tak terkendali.
Karena Adriell kecil sempat berjanji dan bertanggung jawab untuk menjaga Alesya. Oleh karena itu dia tidak ingin mengingkari janjinya.
"Nih" Adriell menyodorkan handphone miliknya kearah Alesya.
Alesya mengeryit bingung. "Buat apa?"
"Login akun i********: lo di handphone gue"
"Hah?" Alesya belum paham maksud ucapan Adriell.
"Supaya gue tahu siapa yang minta nomer w******p lo lewat DM"
"Dan biar dia nggak jadi chat sama lo, tapi chat sama gue"
Sequel MY HUSBAND (EX) BAD BOY
ang sedikit menyingkap.
"Alesya ada janji sama Adriell Ma."
"Kemana? Tumben banget kamu ini." Fanya meletakkan pisau dapur di meja lalu bergegas mendekati Alesya.
"Ada deh."
"Kok gitu sih sama Mama?"
"Ihhh Mama pengen tahu aja sama urusan anak muda."
"Mama cuman khawatir sama kamu Alesya."
"Makasih udah khawatir Mama." Tubuh mungilnya memeluk dengan gemas Mamanya.
"Ya sudah kalau begitu, jangan lupa obat nya di bawa ya." Fanya membalas pelukan anaknya seraya sesekali menyelipkan anak-anak rambut Alesya kebelakang telinga.
"Siap Bos."
"Alesya berangkat ya." Diciumnya tangan Fanya lalu disusul pipi kanan dan kiri.
"Hati-hati, jangan sampai pulang telat ya."
"Siap Mama." Alesya berjalan menuju gerbang hingga cewek itu keluar dari pekarangan rumahnya.
Kali ini Adriell tidak menjemputnya karena sebelumnya lelaki itu mengabarinya jika dia harus bertemu dengan temannya dulu. Jadi Alesya memutuskan untuk ketemuan di taman dekat rumahnya saja. Untungnya jarak rumahnya ke taman hanya sekitar 400 meter saja.
Begitu kaki Alesya mulai masuk ke lingkungan taman. Samar-samar dia mendengar suara tawa yang tidak familiar di telinganya. Kepalanya menoleh ke kanan dan ke kiri mencari suara itu berasal. Saat dia tak sengaja melihat dua orang cowok sedang duduk berhadapan di bangku taman. Barulah Alesya tahu siapa pemilik tawa tersebut.
Alesya tersenyum miris. Dadanya mendadak bergemuruh melihat pemandangan didepannya sekarang. Alesya ingin sekali berlari mendekati mereka berdua lalu memaki keduanya dengan kata-kata kotor yang dia punya. Tapi entah kenapa kakinya mendadak terpaku ditempat dan lebih memilih melihat mereka dari kejauhan.
Alesya menggeleng cepat lalu berlari meninggalkan tempat itu dengan pikiran kacau. Air matanya mengucur membasahi pipinya yang putih. Dia kecewa!
***
Fanya membuka pintu ketika suara ketukan sejak tadi tak kunjung berhenti. Sebelumya Alesya sudah mengingatkan Mamanya untuk tidak membuka pintu jika itu yang datang adalah Adriell. Namun sepertinya wanita itu lupa mengeceknya dulu dan langsung membuka pintu.
"Sia-- Adriell!" Fanya terkejut.
"Tante, iya ini Adriell. Saya ingin bicara dengan Alesya ini penting Tante."
"Tap--"
"Terima kasih." Tanpa menunggu balasan, Adriell langsung menerobos masuk begitu saja lalu bergegas menuju kamar Alesya. Fanya yang kala itu masih didepan pintu hanya bisa mengangkat bahunya acuh. Dia tak ingin mencampuri urusan pribadi mereka berdua. Biarlah mereka selesaikan sendiri.
Adriell mengetuk pintu kamar Alesya lalu masuk kedalam sebelum sang empu menyilahkan masuk. Adriell menutup pintu kembali dan mengunci. Mencari keberadaan Alesya yang entah dimana sekarang.
Dia berjalan kearah balkon kamar kekasihnya. Dan menemukan sosok itu disana duduk di lantai dengan kedua lutut ditekuk dan membenamkan kepalanya disana. Adriell langsung mendekat dan mengusap lembut rambut Alesya penuh sayang.
Detik kemudian Alesya mengangkat kepalanya karena kaget. Dan hal pertama yang dia lihat adalah wajah Adriell yang tersenyum tipis ke arahnya. Pikiran-pikiran berkecamuk di otak nya. Bagaimana dia bisa masuk? Sejak kapan dia masuk?
"Ngapain kamu disini?" Tanya Alesya ketus. Kilatan matanya menujukkan perasaan marah yang membara.
"Kenapa tadi tidak datang? Aku telepon juga nggak kamu angkat?"
"Aku sibuk!" Alesya membuang muka.
"Sibuk? Kamu hanya di rumah Alesya dan sekarang setelah aku datang kesini kamu...." Adriell mengantungkan kalimatnya dia tak ingin kalimat nya akan melukai hati Alesya. Dia bisa melihat suasana hati kekasihnya sedang tidak baik.
"Aku merindukanmu." Ucap Adriell akhirnya.
Alesya tertawa sumbang lalu berdiri menjauhi Adriell.
"Ternyata aku sama sekali tidak mengenalmu ya." Alesya melempar tatapan kearah Adriell. Sedangkan dia berkerut kening.
"Kamu mengenalku dengan baik Sa."
"Bohong!" Alesya berteriak, tidak peduli tetangganya akan mendengar. Tidak peduli jika suaranya menganggu orang tidur. Dia tidak peduli!
"Ada apa dengan mu?" Adriell mengusap wajahnya kasar lalu menatap Alesya lagi.
"Kamu bohong Liel! Kamu bohong!" Teriaknya tanpa menghapuskan panggilan kecil Adriell.
"Aku? Aku kenapa?" Tanya Adriell lembut seperti tak terjadi sesuatu. Lelaki itu pandai menyembunyikan sesuatu. Maju selangkah mendekati Alesya, Alesya bergerak mundur selangkah sampai tubuhnya membentur pagar balkon.
"Kamu merokok!" Bentak Alesya.
Begitu mendengar pernyataan Alesya, Adriell menggeleng cepat.
"Alesya itu sem--"
"Kamu tahu sendiri Liel, aku tidak pernah suka dengan lelaki yang merokok! Sekalipun itu orang yang aku sayangi!"
"Alesya maafin aku..."
"Tidak untuk sekarang!"
"Alesya jangan sampai hubungan kita hancur hanya gara-gara ini." Adriell berbicara penuh kelembutan dan permohonan.
Alesya mengangkat sudut bibirnya keatas. "Jika terjadi apa-apa dengan hubungan kita itu semua karenamu!"
"Alesya..." Adriell kembali menggeleng cepat lalu melangkah mendekati Alesya. Menghimpit perempuan itu di sudut pagar.
"Pikirkan baik-baik Alesya." Adriell menatap mata kekasihnya dengan sayu. Sedangkan Alesya membuang muka ke sembarang arah.
"Kamu selalu ada untukku, selalu melindungiku, dan setiap saat kamu selalu menjagaku. Tapi kamu sendiri..." Alesya kembali menatap mata Adriell.
"Kamu sendiri nggak bisa jaga kesehatan kamu! Apa itu namanya!" Bentak Alesya lalu mendorong tubuh Adriell agar menjauhinya. Berada di dekatnya membuat kinerja otak dan dadanya tidak bekerja dengan baik.
"Okey, pikirkan baik-baik lagi Sasa. Jika hubungan kita selesai itu yang terbaik, aku tidak bisa berbuat apa-apa selain merelakanmu. Aku bukan tipe lelaki yang memaksakan kehendak orang lain." Adriell bergegas pergi setelah menyelesaikan kalimat panjangnya. Memberikan ruang untuk Alesya sendiri.
Begitu lelaki itu pergi Alesya tiba-tiba terjatuh lemas diatas lantai. Pikirannya berkecamuk dadanya terasa sesak. Semudah itukah Adriell mengucapkan kalimat menyakitkan barusan. Sekarang yang Alesya butuhkan hanya satu. Dia butuh obat!