Altran mengerutkan dahinya, dia tidak menyangka, jika gadis yang keras kepala siang ini terlihat sangat lemah jika dia tertidur. Dia duduk kembali di samping Naura, dan mencoba untuk menemaninya agar gadis itu tertidur dengan tenang dan lelap.
Sepanjang malam dia terjaga, berharap agar listrik bisa secepatnya menyala. Hingga akhirnya diapun mencoba memejamkan kedua matanya bersandar di sofa. Mereka tertidur saling bersandar satu sama lain.
Namu, Altran Menghela nafas sambil merebahkan badan nya di sofa. Kedua matanya masih terbuka. Dengan kedua tangan yang menjadi bantalan buat kepala nya.
Altran masih terpikirkan ucapan ayahnya, yang masih dalam pikirannya, mencari solusi agar dapat menyelesaikan masalah menikahi Naura.
Naura membuka kedua matanya dengan berat menahan kantuknya, dia melihat kearah Altran yang dalam diamnya.
"Dia terlihat lelah sekali, pasti dia memikirkan besok." bisik dalam batin Naura.
Dan Naura pun ikutan membenarkan poisi tidurnya, perlahan kedua mata nya mulai terpejam. Dalam hitungan detik dia langsung terlelap,
Naura bahkan tidak menghiraukan lagi rasa takutnya tadi.
Sesekali mata Altran melihat kearah Naura yang sudah terlelap tidur, dengan posisi tidur yang menggemaskan.
"Hmm ... dia imut juga." senyum tipis Altran
Beranjak dari sofa, Altran naik ke atas mengarah ke kamar berniat mengambilkan selimut untuk Naura. Dengan selimut di tangannya, dia menghampiri Naura yang sudah tertidur pulas dan menyelimuti gadis itu.
"Baru kali ini aku selimutin seorang gadis. Apalagi galak tapi manja," sambil tersenyum Altran duduk di sofa dan merebahkan tubuhnya lagi, berseberangan dengan Naura.
Tatapan Altran tak berkedip saat melihat bibir Naura. Namun, rasa lelah nya membuat mata tak bisa menahan rasa kantuknya. Hingga Altran pun tertidur dalam kelelahan.
Gelapnya malam dengan deras hujan dan sambaran petir saling bersahutan. Mereka sudah tidak menghiraukan lampu yang tak kunjung menyala. Kini Altran dan Naura terlelap dengan nyala lilin berada di tengah-tengah di antara mereka berdua, dan kini mereka tertidur.
Jam tangan Altran berbunyi, sorot matahari mulai menyusup di jendela ruang tamu, samar cahayanya di wajah Altran. Seperti biasa dia selalu bangun pagi-pagi. Apalagi hari ini ada perjanjian dengan klien nya.
Sekaligus perjanjian dengan ayahnya soal pernikahan.
Dengan ciri khas Altran disaat genting, sebelum bertindak dia berdiam diri memejamkan matanya sejenak. Terbayang sosok yang sangat dia rindukan ( ibu ).
Mengambil ponsel dan langsung menghubungi nomer sahabatnya, yang juga sekaligus menjabat sebagai asisten pribadi Altran.
"Lio!!" Dengan suara tegas Altran.
"Hmmm ... kenapa Bro? Baru juga jam segini, masih gelap." dengan suara malasnya Lio.
Tanpa basa basi, Altran menyuruh menunda perjanjiannya dengan klien hari ini. Dan menjelaskan bahwa dia ingin menikahi seorang gadis yang berada di rumahnya sekarang.
"Hah !!! Yang bener kamu Al?!" terkejut Lio mendengar penuturan Altran.
"Aku tidak pernah salah berbicara, Lio!!" balas Altran
"Waktu kamu di SMK dulu," canda Lio sambil tertawa ringan.
"Kamu mau aku turunin jadi security, hah !!!"
"Eeeh ... gitu aja langsung nyolot, selow Bro." Lio sedikit berkeringat mendengar suara Altran yang seriusan.
Altran mengatakan segala rencananya hari ini kepada Lio, dia bahkan tampak nada seriusnya berbicara dengan tegas pada sahabatnya itu. Setelah paham semua penjelasan Altran. Lio langsung beranjak dari tempat tidurnya.
Memang dalam persahabatan tidak ada yang di tutup-tutupi, saling berbagi disaat susah maupun senang. Dan lio adalah sahabat yang selalu mendampingi Altran semenjak dari SMK dulu.
Naura terbangun, ia melihat kesekeliling ruang tamu dimana dirinya tidak mendapati Altran di sampingnya. Dia melihat selimut di tubuhnya tampak rapi dan duduk di sofa berharap bisa melihat Altran. Namun, dia berdiri dan melipat selimut nya beranjak dari ruang tamu menaiki tangga. Hendak membersihkan tubuhnya mengingat hari sudah pagi.
Naura merendam tubuh nya di bak mandi seperti biasa, dia suka bermain-main di bak mandi meski sering kali dia di kejar waktu untuk mencari pekerjaan setiap hari nya. Kini untuk kali ini, Naura bersantai di kamar mandi yang cukup luas, bahkan terbilang sangat luas jika di bandingkan kamar mandi miliknya.
Setelah membersihkan tubuhnya. Dia keluar dengan hanya mengenakan handuk yang melingkar di tubuhnya, memperlihatkan bagian paha yang dengan tetesan air sedikit di tubuhnya. Dia berjalan perlahan berharap tidak ada Altran yang memasuki kamarnya. Namun dia kebingungan, Naura tidak memiliki pakaian untuk ia kenakan.
"Ini bagaimana?" Kalau pun aku harus mengenakan pakaiannya, aku harus pergi ke kamarnya. Apakah dia tidak ada di kamarnya?" gumam Naura.
Dia mencoba berjalan keluar dari kamarnya masih hanya mengenakan handuk, Naura berjalan menghampiri kamar yang berada tak jauh dari kamar nya. Secara perlahan ia berjalan hingga kini dia berdiri tepat di depan pintu kamar Altran.
"Semoga saja pria dingin itu tidak ada di kamarnya." Ucap Naura tersenyum tipis, sambil memperhatikan di sekelilingnya berharap tidak ada Altran yang memperhatikannya.
Jika pria itu melihat keadaan Naura saat ini, tentunya dia pasti akan terkejut dan terlebih lagi pria itu tidak akan memejamkan kedua matanya. Bahkan berkedip sedikitpun jika melihat tubuh Naura yang tanpa pakaian hanya mengenakan handuk saja.
Naura tersenyum saat mendapati pintu kamar Altran tidak terkunci. Ia memegang pedal pintu dan membukanya perlahan.
Naura memperhatikan setiap sudut kamar Altran, kamar yang bahkan sangat luas jika hanya untuk Altran seorang. Naura mencoba berjalan memasuki kamar seorang pria untuk pertama kalinya. Sangat elegan, juga terdapat tempat tidur yang sangat luas.
"Dia, tidur di tempat seluas inikah?mencurigakan!" Naura tertawa saat pikiran nya kesana kemari tentang Altran.
Dia memperhatikan luasnya kamar Altran dan melihat kearah sebuah pintu, dia berjalan menghampiri pintu itu.
Naura terdiam, saat ia berdiri di depan pintu yang berada di dalam kamar Altran. Perlahan ia membuka pintu itu dan sangat terkejut ketika melihat deretan pakaian, sepatu, tas, jam tangan yang sangat banyak di ruangan itu. Naura berjalan memasuki ruang ganti pakaian Altran yang lain dari orang lain.
"Kehidupannya memang benar-benar mencurigakan! Dia berjualan kah?
Ada toko di dalam kamarnya, tentunya ada sebagian pakaian yang bisa ku pakai!" ucap Naura.
Ia berjalan memperhatikan setiap pakaian yang dengan kualitas tinggi. Bahkan Naura tidak akan sanggup membelinya. Naura membuka lemari dan memilah pakaian yang tertera di sana mencoba mencari apa yang bisa ia kenakan.
"Pria ini sedatar itukah?
Kenapa dia tidak ada pakaian wanita satu pun!?" gerutu Naura.
Naura bahkan memukul kepalanya mengingat apa yang dia katakan terlalu sembarangan.
"Aku baru ingat kalau pria itu sangat dingin dan datar. Mana mungkin dia ada seorang wanita menyukainya apa lagi menyediakan pakaian wanita di rumahnya," ucap Naura.
Dia dengan terpaksa mengambil kaos yang warna putih dan sebuah celana pendek warna hitam di ambil di lemari pakaian Altran, yang lainnya.
Setelah mengenakan pakaiannya Naura masih berkeliling di ruang pakaian itu.