Demi Bukti

2361 Kata
Setelah Altran melihat Lio keluar dari rumahnya, dia berbalik dan menaiki tangga berjalan hendak memasuki kamarnya. Namun dia teringat akan Naura dan berjalan menghampiri kamarnya yang tertutup. "Apa yang di lakukan gadis itu? ini kan belum saatnya tidur," gumam Altran. Dia berjalan perlahan menghampiri kamarnya, namun dia berhenti sejenak setelah sampai tepat di depan pintu kamar Naura. Tangannya mengapung hendak mengetuk pintu namun ia urungkan mengingat apa yang harus dia jawab, jika nanti Naura bertanya kepadanya tentang apa yang dia lakukan saat ini. Altran tidak tahu apa yang akan dia berikan sebagai jawaban untuknya, maka dari itu dia memilih untuk mengurungkan niatnya berbalik dan berjalan. Namun saat ia beberapa langkah tiba - tiba pintu terbuka dan Naura bergegas menutup pintu. Dia berjalan dengan cepat melewati Altran yang tertegun bahkan tanpa menyadari ada dirinya di sana. Naura berjalan menuruni tangga tanpa menghiraukan Altran. Pemuda itu mengerutkan dahinya tidak percaya jika gadis itu akan bertahan dalam diamnya, meski dirinya ada tepat di hadapan Naura. "Apa dia masih marah?" tanya Altran, dia hanya menggidikan bahunya dan berjalan menghampiri kamarnya. Meski bertanya dalam dirinya apa yang tengah di lakukan oleh Naura dan sangat penasaran sekali gadis itu masih seperti itu. "Biarkan lah, nanti juga baik sendiri," ucap Altran. Altran kini berada di dalam kamarnya. Dia mempersiapkan segala hal untuk dirinya besok. Masih dengan rasa penasarannya, Altran mencari tahu tentang asal muasal nama Anggara pada dirinya lagi. Masih mencoba untuk meretas sesuatu, terutama Rendi Anggara yang sudah berulang kali dia mencoba meretas identitas mereka, namun sama sekali tidak ada informasi yang dapat ia petik. Altran menopangkan dagunya sembari melihat laptopnya. "Hmm ... Semakin menarik saja Rendy Anggara ini, apa dia benar - benar seorang yang dengan nama besar saja? Tapi kenapa begitu sulit untuk meretasnya," gumam Altran. Sepanjang hari dia hanya di dalam kamarnya dan mencoba berulang kali meski selalu gagal dan gagal, hingga akhirnya dia merasa lelah dan haus. Berjalan keluar dari kamarnya, namun dia masih penasaran. Apakah Naura masih di bawah atau sudah ada di kamarnya, tapi Altran tidak berniat untuk menghampirinya lagi. Takut nanti Naura akan seperti tadi tidak menghiraukannya. Altran berjalan menuruni tangga, namun dia melihat Naura tengah menonton Tv di ruang keluarga sembari memakan camilan yang ada di pangkuannya Naura terlihat menggemaskan. Lagi - lagi Altran menggelengkan kepalanya, pikiran seperti itu tentang memuji gadis itu selalu terulang di dalam pikirannya. Dia berjalan menghampiri lemari pendingin namun masih saja dia penasaran melihat gadis itu yang sesekali dia tertawa dalam diamnya. Altran duduk di kursi bar, sembari meminum Juice yang ada di tangannya. Namun pandangannya mengarah kepada Naura yang duduk tak jauh dari sana, karena sering Altran memperhatikan gadis itu. Dia menjadi menikmati pemandangan saat ini, dimana Naura tertawa menertawakan aktivitasnya tengah menonton Tv. "Apa aku benar - benar menyukai gadis itu?" tanya Altran kepada dirinya. Dia terdiam memikirkan tentang apa yang saat ini terjadi kepada dirinya. "Sebaiknya aku harus pergi secepatnya, jika bisa mengingat gadis itu dalam waktu beberapa saja. Berarti aku memang benar - benar menyukai gadis itu, tapi jika tidak berarti itu hanya sekilas gadis yang aku kagumi saja," ucap Altran. Altran tertegun saat melihat Naura kini berjalan menghampirinya dengan camilan di tangannya. Dia berjalan tanpa exspresi di wajahnya sama sekali, bibir yang sempat Altran ingin menciumnya itu kini merapat lain dari biasanya tanpa ada bicara ataupun protes kepadanya. Kali ini Altran begitu merindukan Naura yang sangat cerewet seperti biasanya. "Kenapa gadis ini tidak marah ataupun tidak berisik seperti biasanya? Apa sih sebenarnya salah ku," gerutu batin Altran. Gadis itu bahkan melewati Altran lagi, hingga membuat Altran tampak kesal untuk kesekian kalinya gadis itu mengabaikannya tanpa bertanya kepadanya ataupun berbicara. "Heh ... gadis berisik! Sebenarnya ada apa denganmu?" Namun Altran urungkan saat dia ingin berbicara dan bertanya kepada gadis itu. Dia memilih untuk diam mempertahankan dirinya yang tidak pernah bertanya terlebih dahulu kepada orang lain, apalagi dia harus membujuk seseorang terutama seorang gadis seperti Naura. "Sudah lah lebih baik aku keatas saja," ucap Altran. Dia berdiri dan pergi menaiki tangga tanpa menghiraukan Naura yang juga kembali menonton televisi tanpa menghiraukan Altran sama sekali. "Hmm ... ada apa dengan pria dingin itu, kenapa dia tampak kesal sekali?" tanya Naura. Namun dia kembali memperhatikan televisi lagi. Alih - alih Altran yang memikirkan tentang dirinya diam saja, Naura justru tengah asyik menonton serial kesukaannya, yaitu komedi membuatnya tertawa lepas tanpa ada beban yang mengikatnya. Naura tertawa hingga terbahak dan tertidur di sofa setelah dia merasa kelelahan menonton televisi. Altran berjalan menuruni tangga setelah ia membersihkan tubuhnya dan hendak makan malam. Dia terkejut melihat Naura yang malah tertidur di ruang tengah. "Gadis ini! Dia bahkan belum menyiapkan makan malam. Malah tertidur," gerutu Altran. Dia tidak membangunkan Naura, namun mementingkan perutnya yang sudah lapar. Altran berjalan kedapur dan memasak sesuatu yang dapat ia makan. Naura mengerjabkan kedua matanya bahkan dia mendengus aroma yang membuat perutnya berontak dan dia terbangun begitu saja. Berjalan melangkah mengikuti aroma masakan yang membuatnya kelaparan. "Ya ampun, aroma apa ini? Enak sekali," batin Naura. Dia tanpa basa basi lagi, duduk di meja makan menunggu Altran menyiapkan makanan untuknya. Gadis itu hanya tersenyum senang ketika melihat pria tampan di hadapannya, tengah memasak dan baginya terlihat sangat seksi saat Altran berdiri di depan kompor. Altran mengerutkan dahinya, melihat Naura saat ini duduk di kursi meja makan, membuatnya menggelengkan kepala namun masakan yang dia masak memang untuk dua porsi dirinya dan Naura. Maka dari itu mereka kini makan bersama tanpa ada pembicaraan di antara keduanya. Naura makan dengan lahap begitupun dengan Altran, makan tanpa berbicara ataupun protes kepada gadis yang ada di hadapannya itu. Dia memasukkan beberapa suap makanan namun masih terpikirkan tentang rencananya untuk pergi besok. "Seharusnya aku tidak perlu meminta dia kembali dari rumahnya. Lalu, besok dia bersama siapa disini? Aah ... Sialan kenapa aku harus membiarkan hal seperti ini," gerutu batin Altran. Dia tidak mempercayai apa yang saat ini tengah di pikirkan tentang keadaan Naura yang jika dia meninggalkan gadis itu dirumah sendirian saja. Masih di meja makan, Altran mencoba untuk berbicara kepada Naura yang tengah memakan makan malamnya. "Hmm ... Besok aku akan pergi ke Indonesia, apa kamu tidak apa? Atau kamu mau tinggal di rumah kedua orangtua mu?" tanya Altran. Naura terdiam mengangkat sebelah alisnya, namun masih dengan makanan di mulutnya dia menatap Altran dengan seksama. Altran mengerutkan dahinya tidak mengerti apa yang saat ini tengah di pikirkan oleh gadis yang ada di hadapannya itu. Naura malah menatap dengan pandangan yang tidak bisa di artikan olehnya, menatap Altran tanpa mengedipkan kedua matanya. "Kenapa? Kamu takut tinggal di rumah sendirian, kalau begitu biar aku antar kamu ke rumah ibu mu," tanya Altran lagi. "Hmm ... Tidak apa, memangnya kamu mau ngapain ke Indonesia?" balas Naura. "Aku mau mencari tahu tentang masalah ku di Indonesia, disana ada seseorang yang dapat aku tanyakan dan mungkin saja orang itu dapat membantuku sepenuhnya," jelas Altran. "Ooh, ya sudah ... Pergi - pergi saja. Lagi pula aku bukan istri sah mu kan, kamu tidak perlu meminta izin kepada ku dan juga kalau aku tinggal di sini seorang diri juga tidak apa - apa," ucap Naura. Altran tertegun mendengarnya, namun ada benarnya yang di katakan oleh Naura, tentang hubungan mereka. Tapi ada hal yang membuatnya merasa berbeda dengan kata-kata Naura, Al tidak menyadari itu hal apa. Dia memilih untuk diam setelah berbicara pada Naura. Altran tidak mengerti apa yang di ucapkan oleh Naura, namun dia hanya terdiam mengingat dirinya memang tidak mudah memahami apa yang di bicarakan oleh seorang gadis, terutama Naura yang ada di hadapannya itu. Gadis itu selalu menggunakan kata - kata yang tidak mudah di cerna olehnya, membuat Altran hanya terdiam dan menghabiskan makanannya. Setelah ia berbicara kepada Naura, dia tidak lagi mencoba untuk bertanya kepada gadis itu, namun saat dia melihat Naura berjalan dengan hentakan di kakinya, dia membereskan piring bekas mereka makan. Tanpa berbicara lagi kepada Altran. "Ada apa sih dengan gadis itu, kenapa aku tidak mudah memahaminya," gerutu batin Altran. Dia memilih untuk berjalan ke ruang tamu dan duduk sembari tumpang kaki, dia memperhatikan Naura yang bolak balik kesana kemari dari dapur ke ruang televisi. "Gadis itu masih berniat untuk menonton di malam seperti ini? Tidak mengerti aku dengan dia," gumam Altran. Dia memilih untuk memeriksa e-mail dari perusahaan, namun dia terkejut saat mendapati sebuah e-mail yang membuatnya mengerutkan dahinya. "Woow ini ... Baru berita yang sangat aku sukai!" seru Altran. Altran membalas e-mail itu dan tersenyum puas ketika mendapati kabar seperti itu. Dia tersenyum tipis dan tampak bersemangat kali ini. Altran menyimpan ponselnya dan dia beralih melihat kearah Naura yang kini sudah tertidur pulas di depan televisi yang masih menyala. Dia berjalan menghampiri gadis itu dan membuang nafas kasar ketika melihat Naura tertidur sangat nyenyak bahkan membuat ruangan keluarga begitu berantakan di buat olehnya. "Hmm ... Kamu yang mengerjakan dan kamu juga yang membuat ruangan ini berantakan. Seperti besok kamu akan sibuk sekali," ucap Altran. Dia menggendong Naura dengan perlahan, dia berjalan meninggalkan ruang televisi menaiki tangga namun kali ini dia mencoba untuk sekali lagi memperhatikan gadis yang ada di pangkuannya itu. "Terlihat cantik, manis, dan menarik," bagi Altran. "Aku tidak pernah terpikirkan bahwa aku akan tertarik padamu, yah ... meski pertama kali bertemu. Kamu memang benar - benar menarik." Altran masih berbicara sendiri. Apalagi Altran berhenti memikirkan tentang pertama kali dia bertemu dengan Naura yang dimana gadis itu memperlihatkan dua gundukan yang transparan dengan tubuh yang terlihat seksi di hadapan Altran. Dia menggelengkan kepalanya berharap pikirannya tidak kemana - mana. Bukan seorang pria sejati jika harus memikirkan hal seperti itu, apalagi tepat di pangkuannya gadis itu tertidur. Altran membuka pintu kamar Naura dan membaringkan gadis itu di atas tempat tidurnya. "Gadis yang benar - benar membuat aku harus terus - teruskan memindahkannya, tapi sepertinya aku sudah terbiasa akan hal itu," gumam Altran. Dia menutupi tubuh Naura dengan selimut. "Karena aku sudah berbicara kepadamu, kalau besok aku akan pergi. Sebaiknya kamu jaga diri baik - baik. Jika kamu memerlukan sesuatu, kamu tinggal panggil penjaga di depan," ucap Altran, dia tidak percaya jika ia berlama - lama untuk berada di kamar Naura dan berbicara kepada gadis yang saat ini tengah tidur pulas. Altran kini berhajalan keluar dari kamar Naura. Dia pergi ke kamarnya, meski dia berniat untuk tidur lebih awal malam ini. Namun ternyata tubuhnya berkata lain. Dia memilih untuk tidur lebih awal dan berangkat pagi sekali. Sebelum Naura terbangun, dia sudah terbangun dan bersiap untuk pergi dari rumahnya bersama dengan Lio yang sudah menunggunya di depan rumahnya. "Bro ... Kau tidak di antar oleh istrimu?" tanya Lio. "Dia sedang tidur, untuk apa aku harus di antar," balas Altran. "Setidak nya kau minta ciuman hangat di pagi hari, saat kau pergi untuk jarak yang jauh," ucap Lio. "Sepertinya kau terlalu banyak berbicara Lio ... Atau kau masih ingin pergi ke tempat yang aku katakan kemarin," tatap Altran. "Iya iya, aku tidak akan bicara lagi. Tapi dia sudah mengizinkan mu kan?" Lagi - lagi Lio bertanya kepada Altran. "Hmm ..." balas Altran. Meski dia tidak tahu apa yang di rasakan oleh Naura. Dia setuju atau tidak tentunya bukan hal penting bagi Altran, baginya sudah berbicara kepada Naura terlebih dahulu itu sudah cukup bahkan dia juga meninggalkan beberapa pesan kepada istrinya itu. "Oh yaa, sebelum pergi, kita pergi ke perusahaan Permana!" seru Altran. "Permana?" Lio tertegun. "Ada apa dengan nya, kamu berurusan dengan ayah Naura?" tanya Lio. "Kau tidak perlu banyak bertanya, cepat pergi saja!!" tegas Altran. Dia duduk namun sesekali beralih melihat ke arah pintu rumahnya berharap istrinya terbangun, keluar dan memperhatikan nya. "Apa yang aku pikirkan? Kau sudah tidak waras yaa Altran," gerutu batin Altran. Mereka kini melajukan kendaraan nya, pergi ke perusahaan Permana. Yang dimana semalam Altran mendapatkan emai bahwa ada kunci tentang orang - orang penting yang berhubungan dengan Rendi Anggara tugas dan propesi mereka, di sekeliling kehidupan Rendi Anggara Untuk berjaga - jaga, agar Altran tidak sembarangan bersikap atau pun cara dia untuk mengatasi situasi saat di sana. Setidaknya ada hal yang dapat aku ketahuin dari Juan Permana," batin Altran Mereka kini pergi ke perusahaan Ayah Naura sebelum menuju bandara dan pergi ke indonesia. Mencari tau tentang informasi tentang kedua orang tuanya, dari seorang ketua mafia terbesar di Asia. Membuatnya sedikit ragu - ragu namun juga penasaran, jika dia tidak menyelesaikan tujuannya saat ini. Baginya kali ini mncari jati diriny sangat membuat nya bersemangat, apalagi ketika mendengar bahwa keluarganya berhubungan langsung dengan ketua mafia yang menjadi kehidupan gelap dari diri Altran. Dia juga bergelud dalam sebuah organisasi mafia namun tidak seperti semenarik saat ini. Dia akan bertemu langsung dengan ketua mafia yang terkenal dengan kedinginannya bahkan membuat siapa pun yang berhadapan dengan seorang Rendi Anggara mereka akan tunduk tanpa protes sama sekali setiap ucapan Rendi. Bagi Altran itu adalah hal yang sangat menarik jika dia bisa berhadapan dengan pria seperti itu. Pria ternama di kalangan mafia, membuatnya tertarik bahkan lebih tertarik di bandingkan. Dia harus mencari kedua orang tuanya. Tentunya kedua orang tuanya jauh lebih penting jika dia tengah berurusan dengan seorang mafia seperti Rendi Anggara, meski terkadang Altran juga berpikiran bahwa Rendi Anggara adalah kedua orang tuanya namun dia tidak yakin akan hal itu. Mengingat sama sekali tidak ada petunjuk, tentang dia yang lahir sebagai anak Rendi Anggara pasalnya kediaman Rendi Anggara tentunya tidak akan terjadi hal buruk seperti saat ini. Yang dimana kehilangan anaknya ataupun terjadi sesuatu pembunuhan yang dapat membuat keluarga Rendi Anggara terjatuh begitu saja. Namun Altran optimis dalam tujuannya tentang mancari jati dirinya dan kedua orang tuanya, meski harapan sepenuhnya adalah bertemu dengan mereka semua yang menjadi keluarga utamanya. NTR:Cari bacaan baper, bucin, hot, bikin greget dan deg deg ser. Ayo mampir di karya AliceLin yang berjudul "Steal My Heart" dan "Reincarnation of Love". Dijamin bikin candu. Jgn lupa follow akunnya juga. Juga: Buat kalian yang cari bacaan super manis romantis, bisa banget mampir di "Marry The CEO For A Will" menceritakan tentang kisah Zayn yang menikahi Irene karena sebuah wasiat. Mengandung bawang, bikin ngakak dan bikin kalian baper pastinya dengan keromantisan mereka. Banyak teka-teki dan misteri jg yg bikin kalian ikut mikir. Jika berkenan, kalian bisa juga follow akunnya dengan nama pena "Pink Princess" ada 4 cerita dia yang pastinya seru-seru. Jangan lupa tap ❤️ nya ya, kami butuh cinta dari kalian. Terima kasih ❤️❤️❤️.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN