Di ruang ICU ( Intensive care unit ) seorang pria setengah baya masih tertidur setelah menjalani operasi pencangkokan jantung, dua orang yang saat ini sedang mengunjunginya berdiri di sebelah beliau dengan tatapan sendu. Seo woo menatap ayah mertuanya dengan perasaan hancur setelah kemarin mereka bersenang-senang bersama dan hari ini harus melihat beliau sakit.
" Ayah, maafkan aku. " Ucap Jae hoon mengundang perhatian Seo woo.
Seo woo meraih tangan Jae hoon dan memeluknya erat, itu merupakan bagian dari akting meskipun ayah Jae hoon belum siuman. Seo woo terus menekankan dalam hati bahwa semua itu hanyalah akting namun perasaan nyaman ketika Jae hoon ikut mendekapnya membuat Seo woo enggan untuk melepasnya cepat-cepat.
Karena waktu berkunjung di batasi, maka keduanya segera keluar dan menemui orang tua yang lain. Seo woo kembali ke ayah dan ibunya sementara Jae hoon mendekap sang ibu dan memberinya kekuatan, karena semua sibuk dan harus kembali bekerja kini meninggalkan Seo woo dan ibu mertuanya saja saat itu.
Selain dekat dengan ayah mertuanya, ibu mertuanya pun seperti itu. Seo woo memanggilnya dengan sebutan Eomma ( ibu ) sama seperti ke ibu kandungnya, mereka. pun memutuskan untuk mengobrol di kafe rumah sakit.
" Ibu baik-baik saja kan.? " Tanya Seo woo yang bersender di bahu wanita itu layaknya anak kecil yang tidak bisa jauh dari orang tuanya.
" Ibu baik kok, kondisi ayah memang tidak terduga tapi ibu baik-baik saja, jangan khawatir. " Balasnya sambil membelai lembut rambut Seo woo.
" Bagaimana mungkin ibu bisa memiliki tangan seindah ini di usia ibu yang sudah tidak muda lagi."
" Ibu selalu melakukan perawatan, bagaimana kalau lain kali kita pergi bersama.?"
" Aku mau.!!!! " Jawabnya cepat.
" Kalau begitu jika ada waktu kita pergi yah. "
" Ah aku bahkan tidak pernah melakukan hal itu bersama ibuku, senangnya." Seru Seo woo semakin memeluk ibu mertuanya dengan erat.
Dari kejauhan nampak rekan kerja dari departemen bedah toraks memperhatikan Seo woo dan ibu mertuanya, di antara mereka ada Gyuri kepala perawat yang mengenal ibu Jae hoon.Melihat mereka sedekat itu tentu menimbulkan rasa penasaran, sebab sepengetahuannya gadis itu bukanlah keluarga dekat dari keluarga Jung.
♕♛
" Bodohnya akuuuuuuu…!!! " Teriak Seo woo sambil mengacak-acak rambutnya begitu ia pulang ke rumah.
" Kenapa aku tidak memberitahunya saja untuk menghapus kontrak itu, untuk apa berkating kalau aku bisa melakukannya dengan tulus. "
" Ahjussi bodoh…bodoh..bodoh. "
Seo woo beranjak dari tempat tidurnya dan hendak ke dapur untuk mengambil air, saat menuruni anak tangga ia terus memanggil ahjumma untuk di buatkan makan malam. Ketika melihat rumah sepi dan tak menemukan keberadaan ahjumma di mana pun akhirnya membuat Seo woo mengecek kamarnya.
Tapi sebelum itu ia menemukan secarik kertas yang terdapat di meja makan, di mana isinya merupakan pesan yang mengatakan bahwa dia harus pulang karena anaknya sakit. Seo woo meletakkan kertas itu di atas meja sambil mendesah pelan, malam ini dia akan makan malam sendirian lagi dan rasanya sudah bukan hal biasa untuknya.
Cuaca di luar terlihat lebih gelap dari sebelumnya, masih sore tapi hampir seperti malam. Dan angin berhembus cukup keras membuat dedaunan berterbangan kemana-mana, seluruh jendela rumah telah di tutup rapat dan di kunci oleh Seo woo. Ia melirik info cuaca di ponselnya yang mengatakan bahwa nanti malam akan ada badai, sejujurnya Seo woo sangat takut dengan suara badai terutama di malam hari.
" Aku akan menghubungi Kyung woo Oppa saja untuk datang menemaniku. " Ketika Seo woo menghubunginya sayangnya Kyung woo sedang seminar dan tidak bisa menerima panggilannya, tak berhenti sampai di situ ia pun mengirimkan pesan untuk mengajaknya bermalam lagi seperti sebelumnya.
" Aku benci situasi ini. " Keluh Seo woo meratapi nasibnya.
♕♛
Perlahan tapi pasti pria setengah baya itu mulai membuka kedua matanya,di lihatnya sosok istri dan juga putranya yang berdiri di sisi tempat tidur dengan tatapan bahagia akhirnya bisa melihat pria itu siuman.
" Jae hoon, Hye sun. " Panggilnya dengan nada yang pelan.
" Yeobo ( Panggilan kepada suami), akhirnya kau siuman, kau membuatku sangat cemas. "
" Kenapa ayah tidak memberitahu kami kalau ayah memiliki penyakit jantung.? " Lontar Jae hoon dengan tatapan serius.
" Ayah hanya tidak ingin membuat kalian cemas saja, maafkan ayah kalau sudah membuat kalian khawatir. " Balasnya parau.
" Justru karena ayah merahasiakannya kami jadi lebih khawatir, untung saja operasinya berjalan lancar." Sambung Hye sun dengan nada sebal.
" Maafkan aku, mungkin perkataan ku kemarin membuat ayah sampai jatuh sakit seperti ini. " Lontar Jae hoon menjadi pusat perhatian.
" Apa maksudmu Jae hoon, apa yang kalian bahas sampai ibu tidak mengetahuinya.? " Tanya Hye sun penasaran.
" Ayah akan memaafkan mu jika malam ini kau pulang dan menemani Seo woo, kau sudah sering lembur dan meninggalkan dia di rumah sendirian. Sebagai suami yang baik kau harus menemaninya, soal pekerjaan masih banyak residen yang bisa menggantikan mu kan. "
" Baiklah, malam ini aku akan pulang menemaninya." Jawab Jae hoon menunduk lesu.
♕♛
Badai yang melanda kota Seoul semakin kuat, pepohonan terlihat hampir tumbang dengan kerasnya angin di sertai hujan yang lebat. Suara gemuruh petir menambah suasana semakin menakutkan, suaranya semakin besar seiring berjalannya waktu dan kilau cahaya kilat terlihat memasuki ruangan di setiap celah.
Seorang gadis duduk ketakutan sambil menutup kedua telinganya dengan rapat, meski begitu ia masih mendengar suara gemuruh yang datang tiada henti. Ia mencoba untuk tetap kuat, tapi ketakutan itu membuatnya semakin gemetar hebat sampai membuatnya tak berani beranjak ke mana-mana.
Seo woo merasa ada yang aneh dengan sekitarnya, ketika ia membuka kedua mata seisi kamarnya menjadi gelap gulita. Hal itu semakin membuatnya takut, tangannya berusaha mencari ponsel nya untuk menyalahkan flashlight.
Ketika Seo woo berhasil menemukan ponselnya, ia segera menyalahkan flashlight dan mengarahkannya ke segala arah di kamar itu. Suara petir di luar sana masih terdengar menakutkan, tapi Seo woo berusaha untuk berjalan keluar kamar untuk menyalahkan aliran listrik yang baru saja turun.
Letaknya ada di lantai satu dekat dengan dapur, ia harus menuruni anak tangga dengan hati-hati. Setengah perjalanan menuruni anak tangga suara gemuruh yang jauh lebih besar membuat Seo woo berteriak histeris dan tanpa sengaja membuatnya kehilangan keseimbangan hingga terjatuh ke bawah.
Ponselnya yang terlempar jauh darinya masih menyalah, ia berusaha bangkit dan mendapati kakinya yang cedera akibat terjatuh dari enam anak tangga. Sambil meringis ia pun mencoba meraih ponsel itu dan lagi-lagi suara gemuruh menyambar dan membuatnya menutup telinga dengan kuat.
" Ahjussi kumohon pulanglah." Ucap Seo woo dengan sangat.
" Seo woo-yaaa…!!! " Suara Jae hoon berhasil membuat Seo woo melepas tangannya dan mulai mencari sosok pria itu.
" Seo woo, kau ada di mana.?" Sahut Jae hoon lagi.
" Ahjussiiii, aku di sini. " Balas Seo woo dan membuat Jae hoon berhasil menghampirinya.
" Kau baik-baik saja.? " Tanya Jae hoon begitu ada di hadapan Seo woo.
" Aku takut dengan petir itu dan kakiku baru saja terkilir karena jatuh, kenapa kau baru pulang sekarang. " Rengek Seo woo seperti anak kecil.
" Aku minta maaf, di jalan pulang terjadi kecelakaan sehingga aku telat pulang. " Jelas Jae hoon merasa bersalah.
Ketika gemuruh berikutnya berbunyi spontan Seo woo langsung memeluk Jae hoon, ia pun menangis di pelukan pria itu dimana sejak tadi sudah berusaha untuk tidak menangis. Jae hoon mendekap Seo woo kemudian menenangkannya, melihat Seo woo yang begitu ketakutan ia pun merasa semakin bersalah.
Karena kaki Seo woo terkilir, Jae hoon mencoba menggendongnya kemudian memindahkan gadis itu ke atas sofa. Suara petir sudah tidak menggema lagi dan di ganti oleh suara derasnya hujan, Jae hoon pun segera menaikkan aliran listrik sehingga rumah kembali terang seperti sebelumnya.
Untuk mengobati kaki Seo woo yang terkilir, Jae hoon mengambil es batu kemudian mengompresnya untuk menghentikan pembengkakan yang terjadi. Lalu setelah itu mengambil kain perban khusus cedera dan membungkus kaki Seo woo dengan penuh kelembutan.
" Sudah selesai, mungkin masih agak sakit dan kau akan sulit berjalan, maka dari itu berhati-hatilah agar cederanya tidak semakin parah. " Lontar Jae hoon membuat Seo woo mengangguk paham.
" Kau mau kemana lagi.? " Tahan Seo woo ketika Jae hoon beranjak dari tempatnya.
" Aku hanya ingin mengambilkan air minum untukmu. "
" Tidak perlu, aku tidak haus, kau bisa duduk di sebelahku saja. " Ucap Seo woo sambil tertunduk malu.
" Baiklah, " Jawab Jae hoon kemudian duduk di sebelah Seo woo, dan seketika suasana berubah menjadi canggung.
" Ini sudah benar Seo woo, kau hanya harus membuat Ahjussi merasa nyaman berada di sebelahmu. Kau pasti bisa membuat dia jatuh hati padamu, kau pasti bisa." Benak Seo woo dengan perasaan yang mulai tidak karuan itu.
" Dengan kaki cedera seperti itu, apa kau besok akan ke sekolah.? " Tanya Jae hoon mulai membuka percakapan lagi.
" Tentu saja, aku tidak mungkin izin hanya karena cedera ringan seperti ini. " Balas Seo woo di susul tawa kecil olehnya.
" Aku akan mengantarmu besok dan sekalian menjemputmu. "
" Apa kau tidak sibuk.? "
" Aku sudah mendapat izin langsung dari pemilik rumah sakit, "
" Maksudmu ayah.? "
" Ya, dia memintaku untuk lebih sering menemanimu."
" Jadi kau pulang malam ini karena ayah yang menyuruhmu.?" Tanya Seo woo melirik Jae hoon penasaran.
" Ayah menyuruhku lebih sering menemanimu, dan ku rasa itu bukan ide yang buruk. Tapi aku melakukannya dengan senang hati, aku cukup lelah bekerja di rumah sakit sampai lupa bagaimana rasanya bersantai, dengan menemanimu mungkin aku bisa lebih bersantai lebih."
Meskipun sedikit merasa kecewa mendengar alasan Jae hoon menemaninya, tapi hal itu tidak membuat Seo woo sedih. Ia menganggap semua ini adalah kesempatan untuk membuat Jae hoon bisa mencintainya, dan juga ia tak perlu merasa kesepian lagi.
" Kau sudah makan.? " Tanya Jae hoon lirih.
" Belum, badai membuatku takut keluar kamar jika bukan karena mati lampu."
" Ya sudah kalau begitu kita makan malam bersama, aku akan masak sebentar, kau bisa tunggu di sini. "
Malam itu Jae hoon dan Seo woo makan malam bersama, mereka menikmati omurice buatan Jae hoon yang menurut Seo woo sangat lezat. Hujan lebat yang masih mengguyur kota seakan di lupakan oleh Seo woo semenjak kedatangan Jae hoon. Rasa bahagia yang di alaminya saat ini tidak akan pernah di lupakan, melihat Jae hoon dari jarak yang dekat merupakan pemandangan yang jauh lebih Indah dari apapun.