41. Kencan 3

2016 Kata

“Hati-hati.” Mas Fendi memegangi tanganku ketika aku naik becak. Dia naik belakangan, memastikan aku duduk dengan nyaman lebih dulu. “Taman Budaya, ya, Mas?” tanya bapak tukang becak. “Iya, Pak.” “Saya ajak mutar dulu, ya?” “Iya. Malah bagus.” Sebenarnya aku tak masalah jika jalan lagi, tetapi tiba-tiba ada becak datang menghampiriku dan Mas Fendi. Mas Fendi menawariku ingin naik becak atau tidak mumpung di Jogja, dan aku langsung mau. Jelas saja aku tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini. Naik becak saat malam hari di area Malioboro, mana mungkin aku menolak? Itu kesempatan bagus yang entah kapan lagi aku bisa mengulanginya. Ngomong-ngomong, becak yang kami naiki yaitu bentor, yakni becak jenis motor. Mungkin ini sedikit menyalahi aturan perbecakan, tetapi aku malah lega karena t

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN