“Tetesan permata mengalir mengiringi melodi.
Simfoni sendu sarat akan kerinduan.
Kepedihan mengenang kepergiannya.
Kekasih tercinta.
Wanita yang tak akan pernah tergantikan tempatnya.
Miris gerimis memang.
Sayap cinta yang patah setelah tinggi berharap.
Selamanya relung hatinya akan terus hujan.”
Chana – Rasa yang tiba-tiba menggumpal hampa.
⠀
Dua pria berbadan besar di hadapan Chana saling pandang mematikan. Seakan ada kilat listrik terhubung di antara mereka berdua.
Otaknya masih berusaha mencerna. Apa yang sedang terjadi barusan? Mereka tidak bertengkar karena dirinya, bukan? Chana jadi tak enak hati.
Ia melirik ke arah Bunda Ara. Wanita itu melempar senyum, saling kode dengan suaminya.
Kenapa mereka berdua tidak risau sama sekali? Kedua putra mereka tidak sedang baik-baik
