Ryan melirik Karin sekilas, kemudian kembali melihat lurus ke depan. “Kamu diam saja tadi kenapa baru sekarang kamu keberatan?” “Karena saya merasa tidak perlu mendebat Bapak di depan orang lain. Saya bisa melakukannya, ketika kita hanya berdua saja, seperti ini. Saya hanyalah sekretaris Bapak!” “Hmm, begitu!” Ryan menjawab singkat dengan pandangan yang lurus ke depan. Sikap Ryan yang berubah menjadi kaku membuat Karin menjadi gugup. Ia takut, kalau Ryan marah, karena penolakannya menjadi kekasih bosnya itu. Mobil yang dikemudikan sopir pribadi Ryan belum lagi berhenti sempurna. Tangan Karin sudah terulur membuka kenop pintu hendak membukanya. Namun, belum lagi Karin berhasil membuka pintu tersebut tangannya ditutup tangan besar Ryan. “Kamu belum mengucapkan selamat malam dan terima k