‘Kenapa pak Ryan tidak menyapaku? Ia lewat begitu saja!’ batin Karin. Dengan wajah yang sedikit kecewa, karena diabaikan oleh Ryan begitu saja Karin hanya bisa menghela napas dan menyimpan rasa kecewanya dalam hati. Karin membereskan barang-barangnya, lalu menuyusul Ryan berjalan tepat di belakang pria itu. Ia lihat bosnya itu telah terlebih dahulu masuk ke dalam lift dan tidak mengatakan sepatahkatapun, sesaat sebelum pintu lift tertutup. ‘Pak Ryan bahkan tidak mencegah pintu lift, agar aku bisa ikut lift itu. Ada apa dengan dirinya?’ batin Karin. Anehnya, Karin justru merasa terluka dengan sikap cuek dan dingin Ryan. Dalam hatinya ia menggumam, ‘Bukannya tadi pak Ryan begitu penuh perhatian? Kenapa sekarang menjadi berubah 180 derajat sikapnya kepadaku?’ Karin pun masuk lift, yang b