"Hai papa, apa kabar?" Sapa Alona saat videocall papanya
"Hai sayang, PujiTuhan kabar papa baik, kamu bagaimana disana?"
"PujiTuhan Alona juga sehat pa, koq papa terlihat lebih kurus?"
"Masa sih? efek kamera aj kali sayang, timbangan papa masih sama koq,"
"Papa ga sakit kan? Gak ada yang papa sembunyiin dari alona kan?"
"Gak sayang ... beneran ... gimana kuliah kamu?" Erlangga mengalihkan pertanyaan alona. Putrinya itu orang yang paling peka terhadapnya, bagaimana tidak peka jika itu berhubungan dengan Cinta pertama, cinta pertama seorang anak perempuan itu papanya bukan?makanya alona perhatian sama erlangga papanya tersayang. Dia akan mencari suami yang kriterianya seperti sang papa, beda tipis masih oke.
"Kuliah Alona berjalan lancar, papa kenapa gak jenguk Alona disini? Gak kangen sama aku? Aku belum bisa pulang pa, banyak tugas yang harus Alona kerjakan"
"Kan mama sudah jenguk kamu kesana, sama aja kan? Belajar yang rajin yah sayang," selalu ada nasehat yang papanya berikan untuk dirinya.
"Bedalah pa ... kalau mama yang jenguk Alona dengan papa yang jenguk, pengen peluk papa ... Alona kangen ... dan aku akan rajin belajar biar cepat lulus"
"Papa juga kangen alona, tapi sekarang kita nikmati dulu prosesnya yah sayang, lagian ini kan kamu yang mau kuliah disana jauh dari papa dan mama"
"Hehehe iya pa ..."
"Sudah dulu yah sayang, papa harus ke gedung untuk cek persiapan catering untuk event wedding besok, kamu jaga diri baik-baik disana yah,"
"Oke pa, nanti kita video call lagi yah, love you pa,"
"Love you too princess,"
Alona mengakhiri videocallnya dan meletakan ponselnya dimeja, setelah menghubungi papanya semangatnya kembali, papanya bagaikan moodboster untuk dirinya disaat jauh seperti ini sudah cukup mendengar suara atau videocall papanya. Dan kembali mengerjakan tugas kuliahnya sambil mendengarkan musik pada laptopnya.
___
Saat Alona windows shopping bersama teman-teman kuliahnya disalah satu mall terbesar di paris, tiba-tiba dia menubruk punggung seseorang.
"Aww!" teriak Alona, mengusap keningnya,
Dan orang tersebut berbalik melihat siapa yang baru saja menabraknya, tapi wajah itu tidak terlihat karena wajah Alona tertutup tangannya sendiri saat dia mengusap keningnya sambil menundukan kepala.
"Bintang, cepat ... nanti kita terlambat, Tuan Andrew sudah menunggu kita di cafe," ucap salah satu pria disebelahnya, lalu mereka pergi dengan tergesa-gesa memasuki lift yang terbuka.
Alona yang saat itu sedang mengusap keningnya hendak meminta maaf tetapi orang itu sudah hilang, sempat terdengar olehnya menyebut nama bintang, 'bintang diparis?apa benar dia? tidak mungkin, Alona memonolog sendiri dalam hatinya.
"Hei, Alona are you okay?" Tanya Suzan sahabat Alona dikampus.
"Heh?! oohhh i'm fine," jawab Alona
"Suzan, apa kamu lihat orang yang saya tabrak tadi?"
"Iya saya lihat, mereka tiga orang pria dengan pakaian formil berjas, satu orang berwajah latin dan yang dua berwajah oriental dan mereka ganteng-genteng seperti model ..." Suzan menangkupkan kedua tangannya pada pipi dia mengagumi wajah ketiga pria itu.
"Lalu yang kamu tabrak itu yang paling ganteng, badannya tinggi tegap atletis," jelas Suzan.
"Ooo kukira aku menabrak tiang, karena punggungnya keras sekali," Alona bercerita sambil mengusap keningnya yang masih sakit.
"Makanya kalau jalan pakai mata," ledek Suzan
"Jalan itu pakai kaki, zaayangg," balas Alona, suzan mengangkat bahunya seolah tidak perduli, lalu mereka tertawa bersama.
Karena keasikan melihat busana yang dipakai manekin dan dipajang di etalase toko, Alona tidak memperhatikan jalan sampai dia menabrak seseorang dari tiga orang pria yang sedang berhenti hendak menunggu lift terbuka.
***
Setelah puas Alona dan Suzan cuci mata di mall, mereka akhirnya kembali ke apartemen masing-masing, apartemen Suzan satu lantai di atas Alona, sehingga mereka berpisah di lift.
"Bye Alona, sampai ketemu dikampus besok," Suzan melambaikan tangannya saat Alona keluar lift
"Bye Suzan, makasih yah sudah menemaniku jalan-jalan hari ini,"
"Your welcome sweety,"
***
Alona memasuki apartemennya, dia hanya membeli beberapa buku fashion dan kain untuk dia praktekkan diapartemennya.
Karena dia tinggal sendiri dan tidak ada orang yang mau join apartemen jadi dia renov satu kamar lainnya sebagai ruang kerjanya, dinding yang penuh dengan kaca, disana ada satu mesin jahit, manekin, meja panjang untuk membuat pola dan peralatan menjahit lainnya, ruang minimalis yang fungsional.
Disuatu cafe salah satu mall terbesar di Paris,
"Jika kalian setuju, ini kontrak selama satu tahun kedepan, jika kalian bagus dan penjualan perusahaan meningkat, aku akan memperpanjang kontrak kalian dan memberikan bonus," ucap Tuan Andrew
"baiklah deal, anda pasti akan puas dengan hasil kerja kami, Tuan Andrew," ucap Reno
"Bintang adalah model yang profesional, semua produk yang memakai jasanya pasti akan laris manis," Ivan menimpali Reno.
Bintang hanya tersenyum dan menyeruput kopinya, dia benar-benar kagum dengan kerja keras manajernya dan asistennya yang mempromosikan dia habis-habisan sampai mencapai sebuah kontrak emas salah satu produk pakaian dalam pria merk dunia.
bintang budiman salah satu model pria pada salah satu majalah dewasa yang terkenal di Pris, pria asal Indonesia yang berdarah campuran Indonesia dan Eropa sedikit Amerika Latin ini memiliki postur tubuh yang atletis dan wajah latin campuran berbagai macam etnis membuat karismanya selalu memikat para kaum hawa terpesona dengan sosoknya, bahkan kaum adam juga ada yang berusaha mendekatinya, tapi Bintang bukan orang yang suka sesama jenis sehingga dia tidak melayani jika ada yang berusaha mendekatinya.
___
Satu bulan kemudian ...
"Bro, besok ada acara fashion show yang diadakan didekat menara Eiffel, peragaan busana rancangan mahasiswa/i design untuk menggalang dana," ajak Reno
"Boleh tuh, sekalian cuci mata melihat para mahasiswi cantik calon designer terkenal dan para modelnya, siapa tau ada yang nyantol," ucap Ivan
"Kalian tuh gak jauh-jauh dari wanita." Bintang bersuara saat keluar dari kamar mandi mendengar obrolan kedua asisten dan managernya
"Iyalah, mumpung masih muda, kita bisa bebas memilih sampai akhirnya ada satu wanita yang tepat dan kita nikahi, kita tidak akan bisa bergerak lagi bro," kata Reno, membuat Ivan ketawa ngakak
"Hahaha loe mah sampai nikah juga bakalan cari wanita lain, gue yakin tuh," celetuk Ivan meledek Reno, Ren melempar satu bantal melayang kearah Ivan dengan sigap dia menangkapnya. Bintang hanya geleng-geleng melihat kelakuan dua sahabatnya yang menjadi asisten dan managernya itu.
"Mending jadi playboy sekarang dari pada setelah menikah baru jadi playboy," Reno tidak mau kalah debat.
"Iya tapi wanita juga punya hati bro," balas Bintang.
***
"Alona, gimana design baju loe buat fashion besok?" Tanya Suzan pada Alona saat mereka keluar dari kelas.
"Gue cuma bikin 5 design dan gue ajuin semua ke panitia tapi yang diperagain hanya 3," jawab Alona.
"Gila ... banyak banget, maksud gue dalam waktu yang singkat loe bisa bikin sebanyak itu, awesome! ... kapan loe ngerjainnya? Gue ajah cuma jadi 2 design,"
"Gue dah buat lama, setiap ada waktu pasti gue corat coret, yah gue ambil aja salah satu dari gambar iseng gue, trus pulang dari kampus gue jahit dirumah, kemarin yang kita ke mall itu kan gue beli bahan kain untuk gue praktek sediri disana,"
"Rajin banget loe, gue mah sampai rumah langsung tepar tidur," Suzan membuka kartunya sendiri, Alona hanya terkekeh sedikit mendengar cerita Suzan.
Suzan dan Alona ngobrol disalah satu coffee shop di dekat kampusnya sambil menunggu jam kata kuliah berikutnya, satu gelas ice coffe latte dan sebuah croissant.
"Nanti sore, selesai kuliah kita langsung cusss kelokasi,"
"Iya harus dong, kita kan perlu gladi bersih juga,"
"Gladi bersih besok pagi say ... tar sore kita cuma cek persiapan kokasi aja biar besok kita gak merasa asing dengan lokasinya,"