bc

Hot Mafia di Ranjangku

book_age18+
901
IKUTI
9.3K
BACA
HE
mafia
heir/heiress
blue collar
sweet
bxg
brilliant
like
intro-logo
Uraian

Saat Azzura Lovanya bangun di pagi hari, ia dikejutkan dengan keberadaan pria tampan di sampingnya. Seingatnya ia tidur sendirian semalam tapi, benarkah? Ia bahkan tak bisa mengingat apa yang terjadi karena pulang dalam keadaan mabuk setelah pesta ulang tahun temannya. 

Wanita yang kerap dipanggil Lova itu tak mengira, apa yang dialaminya itu menjadi awal kehidupan barunya yang rumit karena, pria yang berada di ranjangnya itu adalah seorang putra mafia bernama Zegan Aidenxena. 

Bagaimana kisah keduanya selanjutnya? Saat pria tampan nan menggoda iman itu memutuskan tinggal di rumah Lova?

chap-preview
Pratinjau gratis
1. Pria Asing di Ranjang
“Aaaa!” Wanita itu berteriak histeris mendapati seorang pria tanpa busana tidur di sampingnya saat ia membuka mata. “Si- siapa, kau?! Bagaimana bisa kau di ranjangku?!” teriak wanita bernama Azzura Lovanya, pemilik kamar bernuansa hijau itu. Ia berdiri di sisi ranjang dengan wajah ketakutan memeluk bantal, menunjuk pria yang mulai membuka mata. Suara nyaring di telinga membuat pria berwajah tampan itu membuka mata dan terlihatlah jelaga kelam yang sebelumnya tersembunyi. Pandangannya menatap lurus ke atas pada langit-langit ruangan kemudian beralih pada wanita yang ‘tidur’ dengannya semalam. “Berisik,” ucap pria itu seraya bangun menegakkan punggungnya. Wanita yang lebih kerap dipanggil Lova itu melotot menatap pria tampan berotot yang menyebutnya berisik. Dan matanya kian melotot saat melihat pria asing itu turun dari ranjang memperlihatkan sepenuhnya tubuhnya yang indah bak binaragawan. Lova segera menggeleng mengenyahkan pikiran tak patut dalam kepala. Saat ini bukan saatnya terkesima. Pria itu turun dari ranjang guna memunguti pakaiannya yang teronggok di lantai lalu memakainya satu persatu mengabaikan Lova yang tak mengalihkan perhatian darinya barang sedetikpun. Tak ada rasa cemas atau takut padahal rumah itu bukan rumahnya, jika Lova berteriak dan mengundang perhatian orang-orang, ia bisa tewas di tangan massa. Lova mengamati gerak-gerik pria itu dengan waspada setelah meraih kesadaran sepenuhnya. Ia pikir pria itu akan pergi setelah memakai pakaiannya tapi, ia salah. Pria itu justru menyuruhnya membuatkan sarapan. “Buatkan aku sarapan,” ucap pria itu setelah selesai memakai pakaian. Lova nyaris menganga. Dirinya lah pemilik kamar itu, rumah itu, bagaimana bisa pria asing itu memerintahnya seakan ia hanya seorang pembantu? “Tak sudi! Siapa yang sudi membuatkan sarapan untuk orang asing?! Kau pasti pencuri yang ketiduran di ranjangku! Sebaiknya kau pergi, tinggalkan tempat ini sebelum aku berteriak dan kau akan tewas di tangan warga!” Pria itu menatap Lova tanpa ekspresi. Ia kemudian berjalan memutari ranjang menghampiri Lova yang reflek melangkah mundur. “Jangan mendekat atau aku akan berteriak!” ancam Lova yang mulai gemetar. Pria itu tak menggubris ancaman Lova, terus melangkah hingga langkah Lova terhenti karena menabrak dinding di belakangnya. Lova kian panik, ia pun mempersiapkan diri untuk berteriak sekencang-kencangnya. Akan tetapi, belum sempat suara kencangnya terlontar, tangan besar pria itu lebih dulu membekap mulutnya. “Aku bisa membunuhmu dengan mudah. Bekerja sama lah maka kau akan selamat,” ancam pria itu dengan tatapan mata nan dingin dan suram. Tubuh Lova semakin gemetar, wajahnya memucat. Ia masih ingin hidup demi membayar cicilan-cicilan. Ia juga tak mau mati dengan cara seperti ini. Dengan terpaksa ia pun menurut, mematuhi pria itu dengan mengangguk. Bekapan pria itu pun akhirnya terlepas membuat Lova mengambil napas serakah. Pria itu menatap Lova tanpa ekspresi, seakan sama sekali tak merasa bersalah hampir membuatnya kehabisan napas dan nyaris mati. “Mulai hari ini aku yang berkuasa di rumah ini. Kau harus melakukan apa yang kuperintahkan dan tidak, menuruti semua yang kuingin tanpa terkecuali.” Lova tenggelam dalam pikirannya sendiri. Ia berusaha mengingat apa yang terjadi semalam hingga membuatnya berada dalam kondisi dan posisi seperti ini. Seingatnya ia pulang dalam keadaan mabuk, meski begitu ia sadar bahwa ia pulang sendirian dan tidur sendirian. Tapi, bagaimana bisa saat ia bangun mendapati pria gila di hadapannya ini? Merasa aman, pria itu melangkah mundur dan mengambil sesuatu dari bawah tempat tidur. Dan saat pria itu menunjukkan apa yang diambilnya, Lova hanya mampu melebarkan mata. Sebuah pistol berada dalam genggaman pria itu di mana moncong pistol mengarah ke tengah kepala Lova. Lova pun terdiam tak berkutik dengan tubuh kaku karena takut. “Jika tak ingin peluru di dalamnya menembus kepalamu, patuhi semua kata-kataku,” ucap pria itu. Air mata lolos begitu saja. Lova menangis tanpa suara. Ia pun hanya bisa menurut layaknya seorang sandra. Beberapa saat setelahnya, aroma masakan tercium dari dapur rumah Lova. Seperti perintah, ia memasakkan sarapan untuk pria itu. Sementara, pria itu duduk tenang di kursi meja makan menatap Lova yang berdiri menghadap kompor dan memunggunginya. Pistol yang sebelumnya di tangan, kini berada di saku celananya. “Si- silakan.” Lova meletakkan sepiring nasi goreng di hadapan pria itu dengan tangan gemetar. Rasanya ia ingin lari tapi, kakinya seolah seperti jelly. Ia khawatir saat baru mengambil langkah pertama untuk lari, timah panas telah menembus kaki atau bahkan kepalanya. Pria itu menatap sarapannya yang masih panas kemudian menyuruh Lova mencobanya lebih dulu. “Agar aku yakin kau tidak memberinya racun,” pungkas pria itu setelah sebelumnya menyuruh Lova mencobanya. “Ti- tidak aku tidak memberinya racun,” ucap Lova sedikit terbata. Ia sempat memikirkan hal itu tapi, rasa takut kehilangan nyawa membuatnya tak berani melakukannya meski di rak bawah ada racun tikus. “Apa aku harus mengingatkanmu?” Pria itu mengambil pistol dari saku celana dan seketika membuat Lova segera mencoba nasi goreng yang ia hidangkan. Beberapa menit berlalu, Lova masih sehat walafiat membuat pria itu segera menyantap sarapannya. Setelah piringnya bersih tanpa sisa sebutir nasi goreng sama sekali, pria itu menyuruh Lova kembali ke kamar. Lova yang masih ingin hidup, hanya bisa pasrah dan menurut sambil berdoa semoga ada keajaiban yang bisa menyelamatkannya dari keadaan ini. Setibanya di kamar, pria itu menyuruh Lova duduk di tepi ranjang dengan dirinya yang berdiri selangkah di hadapannya. Ia kemudian mengeluarkan pistol dari saku celana dan memberikannya pada Lova. Lova begitu terkejut saat pria itu meletakkan benda itu di pangkuannya. Ia yang sebelumnya terus menunduk, perlahan mendongak menatap pria itu. “Aku tidak berniat menyakitimu. Izinkan aku tinggal di sini dan aku, akan melakukan apapun sebagai ganti.” Lova menatap pria itu dengan pandangan tak terbaca. Ini seperti mimpi, pria yang sebelumnya bersikap seperti penjahat, tiba-tiba berubah sikap dalam sekejap mata. Dalam hati Lova berpikir, apakah Tuhan telah mengabulkan doanya? Memberinya sebuah keajaiban? Lova kembali berpikir, bisa saja ini sebuah jebakan. Rasanya tak mungkin orang yang baru saja mengancamnya, tiba-tiba berubah dalam hitungan detik. Memberanikan diri, Lova mengambil pistol dari pangkuan, menggenggamnya dan mengarahkannya ke arah pria di hadapan. Tangan Lova gemetar hebat dan pria itu dapat melihatnya dengan jelas. Tanpa menunjukkan ekspresi berarti, pria itu setengah membungkuk dan menggenggam tangan Lova yang menggenggam pistol lalu menekan moncong pistol ke dadanya. Tangan Lova kian gemetar, wajahnya mulai pucat terlebih melihat wajah pria tampan itu begitu dekat. Pria itu kian mencondongkan tubuhnya membuat moncong pistol semakin menekan dadanya. Pandangannya menatap lurus pada netra Lova yang tampak bergerak-gerak lalu mengatakan, “Namaku Zegan Aidenxena, mafia paling ditakuti di Rain Town.”

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook