BAB 5

934 Kata
Sudah hampir jam 8 malam. Mikayla masih berada di kantor, ia tak ingin pulang, bisa dikatakan Mikayla tak ada semangat untuk pulang ke mansion di mana penghuninya salah satunya adalah Justin. Seharian ini harinya sangat buruk, sangat-sangat buruk, ia baru tahu ternyata pemilik perusahaan dimana oa bekerja adalah Justin. Oh Tuhan … apa ini yang namanya takdir? Ia sungguh tak sanggup jika harus selalu berada disampingnya. Yang hanya menganggap Mikayla sekedar permainan. Sesaat kemudian ponsel Mikayla bergetar. Justin : Aku di depan kantormu. Apa ini? Dia menjemputku? Aunty tadi bicara jika Justin belum pulang dan tak bisa menjemputku, lantas sekarang? Aishh. Mikayla malas pulang sama-sama dia, jika saja ia tahu dia akan menjemput Mikayla, ia pasti sudah pulang sejak tadi. Mikayla sungguh malas jika harus bertemu dengannya. Namun, tak ada pilihan lain selain menghadapi tunangan yang sangat jahat seperti Justin. Mikayla sampai di depan kantor dengan wajah yang sangat kesal. Ia memang lagi kesal, "Masuklah," kata Justin. Mikayla jadi merasa diriku ini sangat menjijikkan jika berada di sampingnya? Apa karena sikapnya yang seperti jalang? Apa iya? Tapi semua ini adalah kelakuannya, namun kenapa Mikayla yang merasa sangat malu? Di dalam perjalanan, Mikayla hanya menekuri jalan di kaca mobil., ia tak ada niat sama sekali jika harus mengobrol bersama lelaki sebrengsek Justin. Yang sangat-sangat b******k. Justin pun enggan mengajak Mikayla berbicara. Aksi diam-diaman terjadi sampai di mansion dan tak satu pun kata yang keluar dari mulut mereka. Sampai Justin pun masuk ke dalam gedung dan menuju gedung belakang. Nancye menyambut Mikayla seperti biasa. "Kamu sudah pulang, Sayang?" Nancye mengusap-usap rambut Mikayla.    Mikayla merasa saat ini sedang berada di hadapan mendiang ibunya. Mendiang ibunya yang selalu memberi Mikayla perhatian seperti Aunty. Perlakuan ini-lah yang membuatnya sangat berat meninggalkan mansion ini. Walaupun harus menerima perlakuan jahat Justin tapi hal itu menjadi tak masalah ketika Nancye begitu menunjukkan kasih sayangnya. "Ganti baju, ya, terus kamu kembali ke sini untuk makan," kata Nancye. "Maaf, Aunty, tapi aku sudah makan," jawab Mikayla. ‘Maafkan aku, Aunt, karena harus berbohong.’ Sepertinya malam ini sebungkus roti akan membuat Mikayla cukup kenyang karena ia benar-benar tak sanggup menghadapi semua ini. Perempuan itu tak bisa jika harus melihat Darren dan Justin bertengkar karena dirinya seperti pagi tadi. "Baiklah. Jika kau sudah makan, beristitahat-lah, Nak, kau pasti lelah karena setiap hari harus lembur," kata Nancye. Mikayla pun mengangguk dan melangkah ke gedung belakang. Langkah kakinya terhenti, ia membulatkan matanya penuh ketika melihat Justin dan Jessie sedang berciuman, Mikayla menutup mulutnya dengan tangannya karena tak ingin sampai berteriak karena terkejut melihat kemesraan mereka. Wajar jika mereka seperti itu karena dulu mereka adalah sepasang kekasih. Entah sekarang masih atau tidak, yang tak wajar jika itu terjadi padanya, Mikayla wanita yang baru Justin kenal dan terpaksa masuk kedalam hidupnya karena perjodohan paksa dari orang tua mereka. Ciuman itu sangat liar, entah siapa yang memulai ciuman itu yang pasti mereka berdua sangat menikmatinya. Mikayla tak sanggup jika harus melihatnya lebih lama. Mikayla pergi meninggalkan tontonan yang begitu panas dari mereka berdua dan masuk ke dalam kamarnya. Justin melepas ciuman itu begitu paksa dan menatap Jessie dengan kesal. "Jangan menciumku lagi, Jessie! Ingat. Kau dan aku sudah tak memiliki hubungan, jadi kau harus mengerti " kata Justin sembari melangkah meninggalkan Jessie yang mengharapkan lebih dari aksinya tadi. **** Mikayla hendak ke kamar mandi tapi ia begitu terkejut ketika melihat Justin sedang duduk di sofa dekat ranjangnya. "Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Mikayla. Ia menghampiri Mikayla, ia pun berjalan mundur dan berharap hal seperti malam kemarin tak terjadi. Mikayla tak bisa berjalan mundur karena terjebak meja rias. Ia pun menunduk. Justin mengangkat wajah Mikayla dan lagi-lagi menciumnya. ‘Tuhan, jangan membuat malam ini menjadi malam yang panjang, ku mohon, aku hanya permainan bagi Justin jadi ciuman ini tak ada artinya baginya berbeda dengan ciumannya ke Jessie.’ batin Mikayla. Itu yang harus Mikayla tanamkan dalam hatinya. Membuat hatinya sadar, bahwa Justin bukan miliknya walaupun perempuan itu akan menjadi istri sahnya. Namun, sekedar istri di atas kertas dan di mata Tuhan. Tapi bukan orang yang ia cintai yang ia tanam di didalam hatinya, Mikayla harus sadar. Harus sepenuhnya sadar. Jangan terbuai dengan semua ini, ia takut terjatuh dan tak bisa bangkit lagi. Mikayla melepas genggaman Justin, Mikayla meludah ke samping. "Kenapa lagi-lagi kau menciumku, Justin? Aku mohon padamu jangan mempermainkanku, aku pun punya hati dan perasaan," kata Mikayla, ia harus sadar bahwa Mikayla tak ada di hati Justin. "Aku akan menyetujui pertunangan kita, tapi sebelumnya aku beritahukan padamu karena aku menerima pertunangan ini demi ibuku bukan demi siapa pun, kita melakukan hal yang sama bukan? Kau melakukan ini demi ayahmu begitu pun aku, aku melakukan ini demi ayah dan ibuku," kata Justin membuat hatiku sedikit sakit. ‘Apa yang aku harapkan? Kenapa ada desir kesakitan ketika Justin mengatakan akan bertunangan denganku demi kedua orang tuanya walaupun memang sejak awal pertemuan ini karena ayahku dan kedua orang tuanya.’ batin Mikayla. Apa yang Mikayla sesali ? Semua sudah begini, semuanya telah di atur dan jalan ini pun dia yang memilihnya, tak ada yang bisa ia lakukan, membatalkan semua ini pun ia sudah tak bisa karena hanya malu yang akan di dapatkan ayahnya. Nancye dan Darren ketika Mikayla bertindak di luar batas. Pertunangan ini demi keluarga Justin, demi ayahnya agar tak bernasib sama dengan mendiang ibunya, Justin pun seperti itu, ia akhirnya menyetujui pertunangan ini demi kedua orang tuanya jadi apa yang salah? Ketika mereka melakukan semua ini demi tujuan yang sama pula Jika memang nasibnya harus bertunangan lalu menikah dengan pria yang tak mencintainya, Mikayla pun menerimanya karena ia tak ingin kehilangan ayahnya yang hanya ada satu-satunya di dunia ini.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN