BAB-2. DM (DIRECT MESSAGE)
SETELAH chek out dari hotel, Reta dan Radit memutuskan untuk mampir ke salah satu restoran. Selepas hari ini mereka akan kembali menjalani hubungan jarak jauh. Pekerjaan lah yang membuat mereka berdua tidak bisa tinggal di satu kota. Sejak awal menjalin hubungan Radit berniat meninggalkan pekerjaannya demi bisa tinggal di satu kota dengan Reta tetapi Reta dengan tegas menolak gagasan itu. Reta tidak ingin terlalu dekat dengan kekasihnya karena dia tahu resiko menjalin hubungan dengan pria itu.
“Kamu mau makan apa?”
Reta memeriksa daftar menu. “Apa saja”
“Reta,” pria itu meletakkan ponsel dan dompet di atas meja makan. “Serius.”
“Mungkin nasi goreng, aku sedikit lapar.” Ia mengakui.
Satu tangan Radit terulur untuk menepuk-nepuk kepala gadis itu. “Kau lapar setelah-“
“Radit!” Reta memotong ucapan pria itu.
Radit hanya meringis sambil mengangkat kedua tangan ke udara. “Baiklah… baiklah… Aku akan memesan makanan untuk kita berdua.”
Reta mengibaskan tangan, meminta pria itu untuk segera pergi. Ia mengambil ponselnya yang terletak di dalam tas. Karena sibuk dengan Radit saat mereka di hotel, Reta sampai melupakan benda itu. Ia memeriksa beberapa pesan yang masuk di aplikasi chatting dan membalasnya satu per satu. Tidak ada yang terlalu penting dalam deretan pesan yang masuk tetapi Reta memutuskan untuk membalas semuanya karena dia menghargai orang-orang yang menanyakan kabar darinya.
Detik demi detik berlalu tetapi Radit tak kunjung datang. Reta melihat sekeliling tetapi tidak menemukan Radit di mana pun. Ia kembali membuka ponselnya, memeriksa aplikasi i********:. Followers Reta memang tidak banyak karena dia hanya menggunakan i********: untuk bersenang-senang. Sekedar scroll ke atas lalu ke bawah untuk melihat apa yang sedang terjadi di dunia lain di luar sana. Saat sedang asyik membaca gossip dari salah satu media online, Reta dikejutkan dengan sebuah pesan yang masuk ke akunnya. Ia membuka DM, melihat siapa pengirim pesan tersebut.
Hi… pesan itu dikirim oleh Raka, laki-laki yang dikenalnya belum lama ini.
Reta segera membalas sapaan Raka. Dia tidak menganggap pria itu istimewa. Bagi Reta, Raka sama seperti temannya yang lain di dunia maya. Hallo...
Tak lama setelah itu Radit datang dengan membawa dua gelas boba. Ia menaruh minuman tersebut di atas meja mereka. “Boba? Yang benar saja?” Reta terkekeh melihat kelakuan sang kekasih.
“Kita butuh extra minuman untuk merayakan kehamilanmu.” Bisik Radit penuh godaan. “Aku membelinya di luar. Kupikir kamu mungkin bosan setiap hari minum kopi.”
Reta meraih tangan Radit dan menggenggamnya. “Terima kasih,” Reta berbisik penuh cinta. Ia lalu teringat sesuatu. “Dompetmu di sini, bagaimana kamu membayar minuman ini?”
Radit mendaratkan p****t di atas kursi. “Aku punya uang receh di saku. Apa makanan kita sudah datang?” pria itu melihat seorang pelayan restoran yang berjalan ke arah mereka. “Itu dia!”
Berbeda dengan Radit yang menunggu makanan mereka. Reta justru disibukkan dengan dua cup boba di hadapannya. Ia mengambil sedotan di dalam tas lalu menusukkan benda itu tepat di atas tutupnya. Ketika seorang pelayan datang dengan membawa pesanan mereka, perempuan itu menatap Reta dengan sebelah alis terangkat cukup tinggi. Sepertinya dia tidak menyukai sikap Reta dan Radit yang membawa minuman dari luar restoran. Meski begitu, si gadis pelayan sama sekali tidak mengomentari tindakan Reta. Dia pergi setelah mengedipkan sebelah mata pada Radit.
“Wow…” Reta yang melihat sikap gadis pelayan hanya bisa tersenyum memuji. “Hebat sekali,”
Radit mengambil minuman dari tangan Reta. “Abaikan saja.”
“Kenapa kamu mengambil minumanku?” Reta terpaksa mengambil sedotan lain dari dalam tasnya. “Gadis yang cantik.”
“Kau yang tercantik,” sahut Radit sambil memandangi wajah Reta yang kini berubah kesal. “Ngomong-ngomong aku tidak bisa datang minggu depan. Ada pekerjaan yang harus kuselesaikan di luar kota. Apa kamu mau ikut denganku?”
Reta tidak bisa menolak ide untuk pergi berdua saja dengan Radit. Namun jika dia memenuhi permintaan Radit mungkin kedua orangtuanya akan sangat marah. “Jadi, kita tidak akan bertemu dalam dua minggu? Begitu?”
Respon Radit hanya sebuah gelengan kecil. Sama seperti Reta, pria itu sepertinya tidak ingin berpisah dengannya terlalu lama. “Maaf,”
Mencoba menghibur dirinya sendir dengan senyuman, Reta kembali berkata. “Tidak masalah. Hanya dua minggu, bukan?”
“Ya. Dua minggu. Aku berjanji. Kamu tahu ini keputusan yang tidak mudah bagiku. Pekerjaanlah yang memaksaku untuk pergi ke luar kota.”
Menjalin hubungan jarak jauh memang tidak mudah bagi keduanya. Semula Reta berpikir kalau kisah cintanya dengan Radit hanya akan bertahan satu atau dua bulan saja. Rupanya dia salah, berbulan-bulan berlalu dan mereka masih di sana untuk saling mencintai satu sama lain. Bahkan sekarang rasanya keduanya mustahil untuk dipisahkan. “Aku mengerti.” Reta memasang senyum palsunya. Jika biasanya mereka bertemu di akhir pekan, kini ia harus puas harus berpisah dengan Radit selama dua minggu lamanya.
Reta menyendok makanan lalu memasukkan ke dalam mulut. Hari ini berlalu dengan sangat cepat, besok dia harus kembali pada aktifitasnya. Bekerja. Bukannya Reta tidak menyukai pekerjaannya, hanya saja terkadang dia merasa sangat bosan.
Satu jam kemudian Radit dan Reta telah selesai dengan ritual makan malam mereka. Radit mengantar Reta kembali ke rumah Kia untuk mengambil mobilnya. Setiap akhir pekan begitulah cara mereka bertemu dan berpisah. Reta akan pergi ke rumah Kia dengan membawa mobil lalu meninggalkan mobilnya di rumah Kia kemudian dia akan pergi bersama Radit dengan menggunakan mobil Radit. Setelah kencan selesai Radit akan mengantar Reta kembali ke rumah Kia. Sebelum berpisah Radit mengecup kening Reta lama dan berkata, “Sampai bertemu dua minggu lagi. Jangan lupa membalas chatku. I love you.”
“I love you too.” Reta memeluk sang kekasih. “Hati-hati di jalan.”
**
Setibanya di rumah Reta segera membersihkan diri. Ia kembali ke kamarnya tepat pukul sembilan malam. Reta menata bantal kemudian berbaring di atas ranjang sembari memainkan ponselnya. Ia kembali teringat dengan DM Raka yang belum sempat dia balas. Reta sontak membuka aplikasi i********: dan memeriksa pesan yang dikirim oleh Raka saat dia dan Radit tengah makan malam.
Lagi ngapain?
Ujung bibir Reta terangkat saat membaca pesan singkat itu. Pertanyaan yang selalu dilontarkan kebanyakan orang yang sedang berbalas pesan. Mau tidur. Balas Reta singkat.
Tak butuh waktu lama bagi Radit untuk membalas pesan yang dikirim oleh Reta. Aku kira kamu sudah tidur. Sudah dua jam sejak aku mengirim DM.
Maaf. Aku sedang di jalan tadi. Balas Reta singkat. Ini kali ke sekian mereka saling berbalas pesan melalui social media. Reta tidak tahu kenapa Raka sering sekali menghubunginya. Sejauh ini mereka sama sekali belum pernah bertemu di dunia nyata.
Kamu punya waktu besok?
Besok? Tanya Reta karena dia tidak mengerti maksud dari perkataan Raka.
Aku ingin bertemu denganmu. Itu pun kalau kau mau. Tapi aku tidak memaksa. Sungguh.
Aku harus pergi bekerja besok.
Ralat. Aku sedikit memaksa.
Tawa Reta mendadak pecah setelah membaca pesan Raka. Aku tidak suka dipaksa.
Ayolah. Sebelum aku berangkat berlayar, aku ingin sekali saja bertemu denganmu.
Raka, aku tidak bisa. Aku harus bekerja.
Kamu pulang jam berapa?
Jam lima. Terlalu sore.
Kalau begitu aku akan menemuimu setelah pulang kantor. Bagaimana?
Aku tidak bisa.
Please…
Selama beberapa saat Reta memikirkan permintaan Raka. Mereka telah saling mengenal satu sama lain tetapi tak pernah sekali pun bertemu. Menurut penuturan Raka, pria itu bekerja di salah satu kapal pesiar. Raka pulang setelah beberapa bulan berlayar. Dalam beberapa minggu ke depan dia akan berada di rumah. Bagaimana kalau dia bukan orang baik-baik? Batinnya.
Reta…
Reta membaca DM yang dikirim oleh Raka. Di mana?
Kau mau bertemu denganku?
Ya. Tapi dengan satu syarat.
Apa? Tanya Radit lengkap dengan emotikon hati.
Aku akan mengajak temanku.
Tidak masalah. Lagi-lagi Raka memberi tanda hati di bagian akhir percakapan mereka. Sejujurnya hal itu membuat Reta tidak nyaman tapi karena dia tidak mau terlalu percaya diri ia berpura-pura tidak melihat emoticon tersebut.
Jadi kita bertemu di mana? Tanya Raka setelah sekian detik berlalu tanpa balasan pesan dari Reta.
Aku akan mengirim alamatnya besok setelah makan siang.
Aku tunggu.
Okay. Reta melihat jam dinding di kamarnya. Aku mau tidur sekarang.
Good night, Reta. See you tomorrow.