"Manusia macam apa kamu ini sebenernya,Sara? Sampai kamu bisa menjadi begitu egois memikirkan dirimu sendiri?!" Aku menarik nafas panjang, kesal dan lelah berbicara dengan Sabda yang tidak kunjung berubah kesepakatan, kenapa sih dia tidak mengiyakan saja saat aku berkata aku tidak perlu apa-apa darinya? Kenapa dia harus kekeuh sekali ingin bertanggungjawab. Toh jika di ingat selama ini tidak ada hal manis atau emosional yang terjalin di antara kami, bahkan di bandingkan percakapan normal layaknya calon saudara ipar kami lebih sering melemparkan kalimat pedas sebagai percakapan. Kembali, aku mengangkat tanganku dan menusuk dadanya tersebut dengan telunjukku sembari menekankan setiap kalimat yang terucap berharap kali ini dia akan mengerti. "Justru karena aku bukan orang yang egois Sabda