GLSM3 Menolak Pun Tak Bisa

1208 Kata
"Tuan, tolong bebaskan aku! Aku mohon padamu" ucap Renata dengan wajah penuh iba. Mendengar penuturan Renata, Kenneth justru tertawa menggema. Bagi Renata, sungguh menakutkan. Renata tersentak kaget, saat Kenneth mencengkram rahangnya dengan kasar. "Apa kamu tak menyadari dengan apa yang kamu ucapkan padaku? Kemarin, kamu dengar sendiri 'kan? Kalau mantan suami kamu sudah menjual kamu kepadaku seharga dua milyar. Aku rasa nominal itu cukup tinggi untuk seorang jalang. Mana mungkin aku membebaskan kamu begitu saja," sahut Kenneth, membuat Renata terdiam tak berkutik. Tak ada harapan baginya, untuk bisa terbebas dari tawanan Kenneth. "Kamu kini sudah menjadi milikku seutuhnya. Jangan coba-coba menghindar dan berusaha pergi dariku! Bersikaplah manis, agar aku tak menghukum kamu sangat sadis!" ancam Kenneth. Dia pun mulai membacakan satu persatu persyaratan selama menjadi wanita tawanannya. Selama Renata masih terikat dengannya, Kenneth tak memperbolehkan Renata pergi tanpa izin kepadanya. Bukan itu saja, Renata juga tak boleh berhubungan dengan laki-laki lain. Dia pun harus siap melayani Kenneth, kapanpun dan dimanapun Kenneth menginginkannya. Poin ketiga rasanya begitu berat bagi Renata. Karena sebenarnya, dia bukanlah seorang jalang. "Apa kamu mengerti? Ingat, aku paling tidak suka dibantah! Kamu hanya boleh terbebas, saat aku tak berada di sini. Suatu saat nanti, aku akan pergi meninggalkan kamu. Tapi ingat, jangan coba-coba berniat kabur dariku! Aku bisa saja menguliti tubuh indahmu ini." Kenneth berkata. Tentu saja membuat Renata bergidik ngeri. Hingga akhirnya mau tak mau, dia pun langsung menganggukkan kepalanya. "Bagus, kalau kamu sudah mengerti! Sekarang, lebih baik kamu mandi, dan rias wajahmu! Setelah itu, kita makan bersama. Ingat, selama ada aku di sini, aku ingin kamu selalu tampil seksi dan cantik," ujar Kenneth, dan Renata hanya mengiyakan. Tak bisa menolak. Dia pun langsung memasuki kamar mandi, untuk mandi. Air matanya menetes satu persatu, saat melihat tubuhnya dipenuhi tanda merah, karena ulah Kenneth. Kini, dia berdiri dibawah guyuran air shower. Dia meratapi hidupnya yang begitu menderita. "Tubuhku sudah kotor. Aku sekarang adalah wanita jalang, yang tak memiliki harga diri. b******k kamu, Alan! Kamu benar-benar menghancurkan aku. Seharusnya aku bisa bahagia di malam pertamaku bersama kamu." Renata berkata terdengar lirih. Kenneth sudah merasa tak sabar, karena Renata belum juga selesai mandi. Hingga akhirnya dia mengetuk pintu kamar mandi itu, dan menyuruh Renata segera keluar dari kamar mandi. Cepat-cepat Renata menyelesaikan mandinya, dan menghapus air mata yang membasahi wajah cantiknya. Kemudian, dia langsung memakai gaun yang sudah Kenneth sudah siapkan untuknya. "Kamu ini, mandi saja lama. Aku paling tak suka di suruh menunggu lama. Kamu boleh bersantai di kamar mandi, jika tak ada aku! Kamu mengerti?" Kenneth berkata tegas, dia juga menatap tajam Renata. Kenneth menghampiri Renata yang saat ini sedang duduk di depan meja rias. Dia sedang mengeringkan rambutnya, dan berniat memoles wajahnya dengan riasan. Dia terlihat begitu seksi, membuat Kenneth tak mampu menahan hasratnya. Dia pun langsung menghentikan aktivitas Renata, kemudian menyerang Renata. Kenneth mulai menciumi leher Renata dengan penuh gairah, dan tangannya meraba menyelusup masuk ke dalam kain segitiga yang Renata gunakan. Renata mengigit bibir bawahnya agar tak mendesah. Kenneth semakin mempercepat permainan jari tangannya, membuat Renata tak kuasa menahannya. "Kita main dulu satu ronde, aku menginginkannya," pinta Kenneth. Suara Kenneth sudah terdengar berat. Dia langsung mengarahkan Renata ke ranjang. Namun sebelumnya, dia membuka dahulu gaun dan juga pakaian dalam yang Renata gunakan kala itu. Membuat tubuh Renata sudah dalam keadaan polos. Dia pun membuka pakaian yang dia gunakan. Setelah itu, dia mengarahkan miliknya ke dalam mulut Renata, dan menarik rambut Renata dengan kasar. Mengarahkan gerakan maju mundur. Tak ada kelembutan yang dia lakukan. Dengan teganya, dia langsung membenamkan miliknya tanpa foreplay. Renata menjerit kesakitan, dan bahkan sampai meneteskan air matanya. Saat menghujamkan miliknya ke milik Renata tanpa ampun. Semakin lama, dia semakin mempercepatnya. Hingga akhirnya dia mengerang, menumpahkan cairan hangat ke rahim Renata. "Argh, Baby. Aku benar-benar sudah kecanduan tubuhmu," racau Kenneth. Setelah puas, dia pun langsung mencabut miliknya, dan langsung ke kamar mandi untuk mencucinya. Renata merasakan perih di area sensitifnya. "Mengapa kamu masih tak bergerak? Cepat sana pakai pakaian kamu lagi!" Ujar Kenneth. Dia benar-benar tak memiliki perasaan. Kenneth terlihat tak peduli dengan apa yang dirasakan Renata. Baginya, yang terpenting yaitu kepuasan yang dia rasakan. Kini keduanya sudah berada di meja makan. Renata tampak melayani Kenneth di meja makan, mengambilkan satu buah sandwich dan juga French fries. Kemudian meletakkannya di piring Kenneth. Tak ada sepatah katapun terlontar dari bibir Kenneth. Wajahnya terlihat dingin. Renata merasa kikuk berada di posisi ini, terlebih para pelayan kini menatapnya dengan tatapan tak biasa. Selesai makan, Kenneth mengumpulkan semua pekerjanya. Dia ingin memberitahu tugas baru mereka, yaitu menjaga Renata agar tidak pernah pergi darinya. Kenneth menarik tangan Renata dengan kasar, kemudian mendorong tubuh Renata ke sofa. "Perhatian untuk semuanya! Mulai hari ini kalian memiliki tugas baru. Jangan biarkan wanita ini pergi dari sini sendiri, selama saya tidak ada! Dia juga baru boleh pergi, setelah mendapatkan izin dari saya. Apa kalian semua sudah mengerti?" Kenneth berkata. Renata menelan salivanya, berkali-kali, dia benar-benar diperlakukan seperti seorang tawanan. Setelah bicara dengan para pekerjanya. Kenneth mengajak Renata ke kamar. Renata harus bersiap-siap, jika Kenneth ingin menghujami senjatanya lagi. Padahal saat ini, dia masih merasa sakit di area sensitifnya. Bagi Renata, suasana kamar begitu mencekam. Jika dia berada satu ruangan dengan Kenneth. "Besok, aku akan kembali ke Italia, dan mungkin baru kembali saat aku memiliki waktu senggang. Kamu bisa bersantai, jika tak ada aku. Tapi ingat, kalau aku kembali, kamu harus menjalankan tugas kamu kembali." Kenneth berkata kepada Renata. Untuk saat ini, Kenneth tak akan mengajak Renata ke Italia. Dia hanya dijadikan pemuas saat dirinya berada di Indonesia. Saat di Italia, dia akan mencari wanita lain jika menginginkannya. Lagipula, Kenneth tak ingin Renata tahu siapa dia sebenarnya. Tak ada yang tahu kalau dia adalah seorang pemimpin klan mafia di Italia. Selama ini dia pun selalu menggunakan topeng, jika berhadapan dengan musuhnya. Dia adalah pembunuh berdarah dingin, yang tak berhati. Dia bisa membunuh siapapun orang yang tidak dia suka. "Puaskan aku dulu, sebelum aku kembali! Kali ini aku akan melakukannya dengan sensasi yang aku inginkan," ucap Kenneth. Terdengarnya begitu menakutkan. "Apa kamu bisa menari? Aku ingin kamu menari striptis, membuatkan rangsangan untuk aku!" pinta Kenneth. Dia juga menyuruh Renata membuka semua pakaiannya. Kenneth pun melakukan hal yang sama. Dia hanya menggunakan kain penutup miliknya. "Aku tak bisa, Tuan. Aku tak pernah melakukan hal itu. Aku mohon jangan meminta aku seperti itu!" Renata memohon dengan wajah memelas. Bukannya menurutinya, Kenneth justru mencambuk tubuh Renata dengan cambuk. "Cepat menari! Aku tak ingin dengar alasanmu! Buat aku terangsang!" pekik Kenneth. Renata sudah meneteskan air matanya. Tubuhnya terasa perih, karena mendapatkan cambukan dari Kenneth. Hal itu bukan sekali atau dua kali, tubuh Renata tampak merah. Jika Renata terhenti menari, Kenneth akan mencambuknya. Kenneth sudah mulai b*******h. Wajahnya sudah terlihat memerah, dan miliknya pun sudah menegang. Kini Kenneth memiliki sensasi yang lain. Dia menyuruh Renata merebahkan tubuhnya di ranjang. "Tuan, apa yang ingin Anda lakukan? Aku mohon Tuan, jangan lakukan ini!" Renata berkata dengan berderai air mata. Dia terlihat ketakutan. Saat Kenneth mengikat kedua tangannya dengan tali. Tak ada gunanya dia memberontak, dan memohon. Kenneth tetap menjalani tugasnya. Dia tak akan peduli. Justru membuat kenneth semakin bersemangat menyiksa Renata. Renata terlihat begitu tersiksa. Sensasi seks Kenneth begitu menakutkan. Kenneth menghujani miliknya kembali ke milik Renata. Hanya air mata sebagai saksi, penderitaan yang dia rasakan kala itu.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN