"Lepaskan, b******k! Apa-apaan ini? Mengapa kalian memperlakukan aku seperti ini?" Umpat Renata. Renata mencoba untuk memberontak. Namun, tenaga kedua bodyguard itu lebih kuat.
"Hei, Nona cantik. Tak perlu kau berteriak-teriak seperti itu! Semua tak akan mengubah semuanya. Kau sudah dijual kepada bos kami, kau sudah menjadi miliknya. Daripada kau seperti ini, lebih baik kau persiapkan tenagamu untuk melayani bos kami di ranjang. Tugasmu sekarang yaitu melayaninya sampai dia puas," ujar Jack membuat Joseph dan Alan ikut menelan salivanya.
"Aku tidak mau. Lepaskan! Dasar b******n kamu, Alan! Jadi, ini surprise yang kamu maksud? Aku menyesal bertemu kamu. Mengapa dulu kamu menolong aku? Jika pada akhirnya kamu memperlakukan aku seperti ini. Lebih baik dulu aku mati saja, saat hendak bunuh diri." Renata meluapkan perasaan hatinya.
"Maafkan aku, Ren. Kamu pantas mendapatkan semua ini. Dendam aku kini sudah terbalaskan. Selamat tinggal. Semoga kamu bisa menikmati hidupmu! Aku pamit," ucap Alan.
Kenneth dan semua yang ada di sana hanya diam, menyimak perbincangan Alan dengan Renata. Alan, Joseph, dan Laila pergi meninggalkan Mansion Kenneth.
"Bawa wanita itu ke kamar yang satu, dan rias wanita itu seseksi mungkin. Setelah itu kalian bawa ke kamar saya!" titah Kenneth.
Kenneth memperhatikan Renata yang dibawa oleh dua orang bodyguardnya secara paksa.
"Bagaimana, Tuan? Apa, Tuan, menyukainya?" tanya Jack.
"Tentu saja. Dia sangat menarik perhatian saya. Saya suka wanita yang awalnya pemberontak seperti itu. Lama kelamaan pasti dia sangat liar di ranjang," sahut Kenneth tersenyum sinis.
"Ya, sudah. Lebih baik sekarang kau pulang, dan beristirahat. Saya ingin menikmati hari libur saya dulu, hingga besok," ujar Kenneth dan Jack menganggukkan kepalanya dan pamit pulang.
Kenneth mendengar teriakan Renata dari kamar yang dia lintasi, kamar yang berada di sebelahnya. Dia memasuki kamarnya kembali, dan mengambil wine kembali. Tubuhnya semakin memanas. Dia tampak menunggu Renata selesai dirias. Semakin lama, dia sudah terlihat mabuk.
Dendam begitu menakutkan. Beberapa jam yang lalu Alan dan Renata telah mengikat janji sehidup semati. Pesta pernikahan mereka diadakan begitu mewah di sebuah hotel berbintang lima. Renata tampak melebarkan senyumannya kepada para tamu undangan yang sudah berdiri menyambut kedatangan mereka. Berbeda halnya dengan Alan yang justru terlihat dingin, menunjukkan wajah tak bersahabat. Tak ada senyuman di wajahnya.
Rianti sahabat dari Renata pun hadir di acara pernikahan mereka, untuk memberikan ucapan selamat kepada mereka. Rianti sangat tahu perjalanan mereka. Di mana dulu, Renata begitu menghina Alan. Namun kini, Alan bukan lagi menjadi Alan yang lemah, yang bisa di injak-injak oleh Renata. Dendam yang membuat dirinya bangkit menjadi orang yang sukses.
"Sebenarnya, tadi aku sempat merasa ada sesuatu yang sedang kamu pikirkan. Aku melihat kamu terlihat gelisah, merasa tak nyaman dengan pesta itu. Kamu pun terlihat begitu dingin padaku. Tak ada kemesraan yang kamu lakukan padaku."
"Ehm, jadi ini jawaban semuanya? Pantas saja tadi kamu terlihat menghindar, saat aku bertanya kamu menganggap aku ini apa. Sampai aku berpikir, kalau aku hanya istri pajangan. Tapi saat itu, kamu justru menjawab tak baik bicara kalau sedang makan. Lebih baik kamu fokus saja dulu sama makananmu. Nanti, kita bicarakan di kamar. Saat selesai makan pun, kamu justru meninggalkan aku. Begitu bodohnya aku. Kamu memang bodoh Renata! Bisa-bisanya kamu terjebak dalam perangkapnya."
"Mimpimu begitu tinggi, Renata. Hingga akhirnya kamu begitu terluka. Kamu berharap Alan akan memperlakukan kamu dengan romantis. Layaknya seorang suami yang menggendong istrinya ke kamarnya atau mungkin membantu sang istri berjalan."
Renata tampak tertawa dalam tangisnya. Ya, dia menangisi hidupnya yang begitu malang. Orang tuanya telah pergi meninggalkan dia, dan laki-laki yang dia anggap akan menjadi sandarannya, justru menghancurkan hidupnya.
"b******k kamu, Alan. Dasar penipu! Mengapa kamu begitu tega padaku? Mengapa kamu menikahi aku, kalau kamu tak mencintai aku?"
'Kamu yang buat aku seperti ini, Ren! Kamu yang membuat aku membenci kamu. Jika kamu dulu tak menggoreskan luka di hatiku, aku tak akan setega itu menyakiti hati kamu. Kamu tahu 'kan, kalau aku dulu begitu mencintai kau, dan aku tak pernah patah semangat untuk mendapatkan kamu? Namun akhirnya, aku merasa lelah, dan memutuskan untuk melupakan kamu.'
'Ternyata, takdir berpihak kepadaku. Sampai akhirnya aku dipertemukan kembali dengan kamu, dan dalam kondisi aku yang lebih unggul dari kamu. Aku bukanlah Alan yang miskin, aku Alan yang sudah memiliki segalanya, dan bahkan mampu membeli kamu. Membuat kamu akhirnya mau menerimaku, dan menikah denganku. Tujuan aku sudah berhasil untuk menikahi kamu.'
Kata-kata Alan terus terngiang menari di pikirannya. Renata tampak memegangi dadanya yang terasa sesak. Dia tak menyangka kalau Alan menikahi dirinya hanya untuk aksi balas dendam.
"Selamat, tujuan kamu berhasil untuk menghancurkan aku. Harapan aku, untuk hidup bahagia bersama kamu telah hancur berkeping-keping." Renata berkata, dia juga terlihat mengepalkan tangannya.
Dia pun tadi sempat menampar wajah Alan. Kala mendengar pernyataan Alan tentang siapa Laila. Kala itu, Alan pun menampar wajah Renata balik. Dia merasa tak terima. Tamparan itu terasa begitu panas di wajah Renata. Dia tampak memegangi wajah cantiknya yang memerah akibat ulah Alan–laki-laki yang sempat menjadi suaminya.
Masih Renata ingat, saat Alan mencium bibir Laila. Ciuman itu begitu b*******h. Saat itu Laila berada di pangkuan Alan, dan mengalungkan tangannya di leher Alan. Alan pun sedikit menarik tengkuk Laila untuk memperdalam ciuman itu. Bukan itu saja. Alan juga menceraikan dia, mengatakan kalau Alan mencintai Laila, akan menikahi Laila.
Empat hari yang lalu, Alan menjual Renata di aplikasi plus-plus. Dia menjual Renata seharga dua milyar, untuk mengganti semua uang yang dia keluarkan.
Kenneth Verrell Lukito, seorang mafia berkebangsaan Italia yang memiliki perusahaan di Indonesia. Dia juga seorang pemimpin klan mafia terbesar di Italia, dan kini dia menjadi dalang melakukan penyeludupan juga di Indonesia. Dia sangat dingin dan kejam. Saat itu Dia sedang mencari seorang wanita yang akan dia jadikan sebagai b***k seksnya. Namun, dia hanya ingin bercinta dengan wanita yang masih perawan. Itulah salah satu alasan Alan, tidak menyentuh Renata.
"Pantas saja selama ini kamu selalu menolakku. Padahal, aku sudah siap memberikan keperawananku kepadamu. Ternyata ...."
Renata menyeka air mata yang sudah membasahi wajahnya.
"Aku tak boleh terlihat lemah! Tak ada gunanya juga kamu menangis. Mereka tak akan peduli dengan dirimu. Tak akan semudah itu juga, kamu bisa pergi meninggalkan Mansion ini," ucap Renata dalam hati.