Bab 2. Kenanga

1143 Kata
Pengumuman itu disambut riuh oleh para orang yang datang. Tatapan penuh hinaan sontak langsung tertuju pada gadis malang yang kini terduduk di lantai dengan piyama tipis berwarna putih. "Haz, yakin nggak kemahalan? Bekas 'kan?" seloroh Ethan disertai tawa ejekan. "Gue belinya juga mahal, tauk dah bekas apa kagak. Boleh sih lu icip-icip," sahut Hazel lagi. Hazel menunduk, meraih dagu gadis itu agar mendongak. "Tunjukkan wajahmu ini, jalang! Setelah ini kau tahu seberapa harga dirimu!" sergah Hazel terlihat penuh emosi. Gadis itu menantang tatapan Hazel, dirinya langsung meludahi pria itu. "b******k, beraninya kau!" Hazel langsung naik pitam, tanpa aba-aba langsung memukul wajah gadis itu dengan keras. "Akhhhhhhh!" Gadis itu berteriak, nyatanya pukulan dari Hazel membuat tubuh mungilnya terhempas cukup jauh. Bukannya peduli, mereka yang melihat hal itu justru hanya menertawakan saja. Menganggap hal seperti itu lumrah karena bagi mereka, siapa pun yang sudah masuk ke dalam lingkaran setan itu, pasti sudah tau akan konsekuensinya. "Dia sangat liar, aku sangat suka gadis seperti ini. 70 juta, bagaimana?" Salah satu pria mulai tertarik dengan gadis itu. Meskipun tubuhnya terlihat kurus, tapi wajahnya sangat cantik alami. "80 juta, deal!" Sahutan kembali terdengar, kali ini berasal dari pria yang berbeda. "100 juta!" Ethan ikut-ikutan, jiwa Don Juan dalam dirinya ikut tertantang saat nilai jual semakin tinggi "100 juta, ada yang berani lagi?" Hazel kembali mengumumkan dan mencari siapa nilai yang paling tinggi nanti. Jayden hanya diam saja, mendengar suara para pria itu saling menaikkan harga dari gadis lelangan itu. Sementara dirinya justru terpaku dengan gadis itu, memandangnya dengan sorot mata yang tak biasa. Jayden merasa ... gadis itu juga tidak ingin di posisi ini. Bisa dilihat dari sikapnya sangat ketakutan meski berpura-pura terlihat berani. "b******k, perkara s**********n aja habisin duit sebanyak itu." Marka menggelengkan kepalanya, tak mengerti kenapa para pria itu berlomba membeli hal yang menurutnya tak terlalu penting. Diluar sana pun banyak wanita yang suka rela membuka kakinya untuk mereka. "Siapa tau rasanya beda, masih legit, ranum dan—" "200 juta! Wohooooo, Wildan Sky, apakah ada yang berani menawar lagi? Jika tidak, malam ini Wildan yang akan membawa piala bergilir kita!" Seruan dari Hazel memutuskan ucapan Ethan. Nilai jual yang sangat tinggi untuk sekelas gadis yang memang tidak terlalu menarik. Tapi bagi mereka, para laki-laki, gadis yang polos seperti itu justru menjadi pemikat tersendiri. Jiwa penjelajah dan rasa penasaran itu benar-benar besar. "Aku akan menghitung sampai 3, jika tidak ada lagi yang menawar, malam ini Wildan yang bawa dia!" "1 ... 2 ...." Hazel sengaja menghentikan ucapannya, menggantungnya agar menambah situasi yang menegangkan. "Ti—" "500 juta." Suara dari salah satu orang pria dengan sangat tegas itu berhasil membuat suasana hening dalam sekejap. Mereka seperti terpaku dan menoleh ke arah sumber suara. "Jay?" Ethan menjadi orang yang paling heboh, pria itu memandang Jayden tak percaya. "Serously?" Marka pun sama kagetnya, Jayden yang dikenal selama 3 tahun adalah pria yang mati rasa dan tak punya perasaan. Tapi sekarang pria itu dengan lantang menyuarakan hal yang sangat tak terduga. Jayden tidak menggubris kedua sahabatnya itu, sejak tadi pandangannya hanya terarah pada satu titik. Yaitu pada gadis malang yang sejak tadi menundukkan wajahnya. "500 juta deal. Jika mereka ingin membayar lebih, aku akan memberikan 5 kali lipat," kata Jayden tegas tanpa basa-basi. "Woho, 500 juta! Ini benar-benar gila, bagaimana? Masih ada yang ingin menawar?" Pertanyaan itu menggantung di udara tanpa ada jawaban. Dari mereka pasti akan berpikir ulang jika uang sebanyak itu digunakan untuk membeli seorang wanita. "Baiklah, karena sudah tidak ada yang menawar lagi. Gadis ini dimenangkan oleh Jayden! Berikan tepuk tangan kalian guys!" Hazel tertawa penuh kepuasan, tak sabar lagi ingin segera mendapatkan uang sebanyak itu dengan menukar wanita yang menurutnya sudah tidak berguna ini. Jayden merasa cukup muak melihat para orang yang ada di sana. Rasa simpati itu benar-benar tidak ada. Jayden bangkit dari duduknya lalu menghampiri gadis itu. "Marka yang bakalan urus pembayarannya, dia gue bawa," kata Jayden pada Hazel. "Aman, aman. Hati-hati Jay, dia sangat liar," seloroh Hazel. Jayden menarik sudut bibirnya menjadi senyum sinis, ia kemudian mendekati gadis itu dan mengulurkan tangannya. Melihat sebuah uluran tangan itu, wanita malang berpiyama tipis mendongak. Ia menatap Jayden dengan matanya yang bulat. Pipinya terlihat lebam tapi tak menutupi kecantikannya sama sekali. "Jangan membuang waktuku," kata Jayden dingin, sedingin gunung salju di kutub utara. Tidak ada pilihan lain selain menyambut uluran tangan Jayden, meski ragu dirinya akhirnya menyambut uluran tangan itu dan bangkit. Jayden kini melihat jelas wajah gadis yang malang itu, ia memperhatikan pakaian gadis itu yang sangat tipis. Dirinya pun segera membuka jas miliknya dan memakaikan pada gadis tersebut lalu segera membawanya pergi. Jayden tidak sadar, perlakuannya itu membuat sang gadis merasa tersentuh sekali. *** Jayden membawa gadis itu ke rumah pribadinya, ia tidak berbicara sepatah kata pun. Hanya meminta wanita itu agar mengikutinya sampai di salah kamar di rumahnya. "Kau bisa tidur disini malam ini, besok pergilah. Jangan menunjukkan dirimu di depanku lagi," kata Jayden masih dengan sikapnya yang dingin. Perkataan Jayden itu nyatanya membuat sang gadis malang terkejut. Ia mengangkat wajahnya. "Pergi?" Jayden melirik wanita itu lagi, kali ini lebih tajam. Tanpa mengatakan apa pun, Jayden segera meninggalkan wanita itu. "Hei, Tuan!" Gadis itu nyatanya tak terima, masih bingung kenapa pria ini langsung meninggalkannya? Biasanya para pria itu menginginkan lebih. Jayden berhenti, tapi tidak menoleh. "Aku tidak ingin punya hutang apa pun. Kau sudah membeliku, jadi lebih baik lakukan saja apa yang seharusnya Tuan lakukan!" seru sang gadis. Dahi Jayden berkerut, kali ini mau tak mau dirinya menoleh. Ia menatap gadis mungil yang baru saja berteriak dengan suara lantang itu. Ia memperhatikan penampilannya, jelas sangat tidak menggairahkan sama sekali. Apalagi jika dibandingkan dengan Agatha, wanita ini jauh dibawahnya. Tapi nyalinya cukup berani juga. Jayden perlahan mendekati gadis itu kembali, sangat dekat dengan hingga gadis itu harus mendongak agar melihat wajahnya. "Apa kau sadar dengan apa yang kau katakan?" Gadis itu tersenyum sinis, ia menyentuh d**a Jayden dengan gerakan nakal. "Mereka memanggilku, Kenanga," ucap Kenanga dengan suara lembut. "Dan tugasku membuat mereka puas," sambungnya dengan bisikan nakal. Jayden menatap ke arah gadis yang baru saja menyebutkan namanya. Ia melihat tangan gadis itu gemetaran saat menyentuh dadanya. Jayden tersenyum, tiba-tiba langsung mencekal tangan mungil Kenanga lalu mendorong wanita itu ke tembok. Kedua tangan mungilnya diangkat ke atas hingga wanita itu tak bisa bergerak. Kenanga terperanjat, tiba-tiba merasa sangat takut dengan perangai pria yang ada di depannya ini. "Tugasmu membuat seseorang puas, jika tidak puas, apa yang akan kau lakukan?" Jayden bertanya lambat-lambat, ia menikmati ekspresi Kenanga yang takut tapi berusaha untuk tidak takut. Kenanga menelan ludahnya kasar, benar-benar berusaha agar tidak terlihat lemah sekarang. Ia menatap ke arah Jayden lagi, tapi sialnya bagi Kenanga, ia justru terperangkap pada pesona Jayden yang membuat jantungnya berdegup sangat kencang. Mata mereka saling memandang dengan sorot mata yang redup, Kenanga kemudian menjinjit dan mencium jakun Jayden dengan bibirnya yang basah. "Jika tidak puas, jangan panggil aku Kenanga." Bersambung~
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN