Chapter 9

2112 Kata
"Rachelta, Ibu sangat senang mendengarnya dan maaf karena tidak bisa datang kemarin." ucap Ibunya Rachelta yang baru datang beberapa menit yang lalu. "Tidak apa-apa, aku tahu Ibu sama Kak Edo sibuk." balas Rachelta sambil tersenyum bahagia. "Selamat Adikku yang cantik." ucap Edo lalu mencium kepala Rachelta dengan sayang.         Mereka tersenyum dan bercerita banyak tentang kehidupan dulu dan sekarang yang menurutnya pantas untuk di ceritakan. Sampai jam sebelas siang akhirnya Ibu dan Kakak Rachelta harus pamit untuk melanjutkan pekerjaan yang masih mengalami masalah bahkan terancam bangkrut. Semenjak meninggalnya Ayah wanita itu, perusahaan yang ditinggalkan-nya mengalami banyak masalah, dan kemerosotan yang cukup membuat Ibu dan Kakak Rachelta harus bekerja sangat keras.   Pukul: 13. 30            Rachelta dan Edgar sudah ada dalam mobil untuk perjalanan pulang, tapi mereka tidak akan pulang ke apartemen melainkan ke rumah baru milik Edgar sendiri, rumah yang sudah pria itu siapkan sejak dua tahun yang lalu untuk ia, Istrinya dan anak-anaknya nanti. Rachelta tidak mengetahui semua ini dan Edgar memang ingin memberi kejutan untuk Istrinya. Mobil mereka sampai di depan pekarangan rumah yang cukup indah dan mewah, yang merupakan tempat tinggal baru mereka. Rachelta menatap Edgar bingung. Ini bukan tujuan mereka, ia sudah lelah dan ingin istirahat tapi Suaminya malah mengajaknya berkunjung. "Kak, kenapa kita kesini?" tanya Rachelta. "Kita memang harus kesini sayang." jawab Edgar. "Untuk apa? " tanya Rachelta Pria itu tidak menjawab, ia turun dan membukakan pintu untuk Rachelta. Sedangkan tas mereka sudah di bawah oleh sopir Edgar. "Ayo." ajak Edgar sambil menggandeng tangan Rachelta menuju pintu utama rumah mewah mereka. Edgar membuka pintu rumah itu. Di dalam sana sudah ada Viola, Vardy dan juga Zoya yang sedang tersenyum menyambut mereka. Rachelta bertambah bingung melihat semua ini, ia mulai bertanya-tanya tentang semuanya. Apakah rumah Keluarga Anthony sudah pindah? "Selamat datang Rachelta dan Edgar." ucap Viola sambil tersenyum. "Apa maksudnya selamat pulang?" tanya Rachelta bingung sambil menatap Edgar. "Sekarang ini rumah baru Kak Rachel." jelas Zoya dengan riang. Rachelta masih belum mengerti semua ini, bahkan Edgar belum pernah memberi tahunya tentang rumah ini sama sekali. "Iya ini rumah baru kita." jelas Edgar sambil memeluk bahu wanitanya, ia tersenyum sangat manis tapi Rachelta malah masih kikuk dan bingung. "Sudahlah ayo masuk." ajak Vardy. Mereka masuk menuju ruangan keluarga. Edgar mendudukkan tubuhnya dan Rachelta di sana. "Kenapa Kak Edgar, tidak pernah bercerita?" tanya Rachelta. "Ini kejutan." jawab Edgar. "Terima kasih. Aku bahkan tidak pernah memikirkan semua ini." ucap Rachelta. "Ini sudah kewajibanku menjadi kepala Rumah Tangga." balas Edgar. "Sudah selesai bermesraannya?" tanya Viola menginterupsi mereka berdua. Rachelta menjauhkan tubuhnya yang ternya sangat dekat dengan Edgar. Viola dan Vardy tersenyum melihat anak dan menantu mereka, meskipun mereka sudah tua tapi dulu juga pernah muda dan tahu rasanya sedang mabuk cinta. Di samping itu mereka juga senang bisa melihat Edgar lebih banyak tersenyum seperti dulu. Mereka merindukan Edgar yang dulu, Edgar yang banyak bicara, humoris dan suka tersenyum. Setidaknya setelah kehadiran Rachelta di hidup Edgar sudah bisa membuatnya tersenyum lebih banyak dari biasanya. Mereka harap Edgar bisa meluapkan masa lalunya yang menyakitkan itu, dan bisa bahagia dengan keluarga kecilnya nanti. Edgar dan Rachelta memang sudah saling mencintai. Semua keluarga juga mengetahui kalau Edgar sudah mencintai sesuatu dia akan susah untuk melepaskan-nya apalagi untuk melupakan-nya.                                                                                                   ***   "Wah, apa ini kamar kita?" tanya Rachelta saat sudah sampai di kamar. "Iya." jawab Edgar sambil mengganti bajunya. "Ini sangat luas dan bagus." puji Rachelta. "Tidurlah, kau harus banyak istirahat." ucap Edgar. Rachelta pun menurut dan membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur barunya itu. "Kak." panggilnya dengan menepuk tempat di samping kirinya. "Tidurlah dulu, aku harus mengurus pekerjaan sebentar." ucap Edgar. Dan Rachelta baru sadar jika pria itu sudah mengganti pakaiannya. "Kakak mau ke kantor?" tanya Rachelta. "Iya. Hanya sebentar." balas Edgar sambil mendekat ke wanita itu. Ia mencium dahi Rachelta sekilas sambil tersenyum, sedangkan wanita itu menujukan raut tidak rela di wajahnya. Edgar berdiri dan setelah itu memaki jasnya, lalu mencium bibir Rachelta sekilas sebelum pergi dari kamar itu.   Pukul: 18. 00          Rachelta terbangun dari tidurnya, dan saat  itu dia menyadari jika Edgar belum juga pulang. Wanita itu memberikan dirinya sebelum turun ke bawah, sekarang ia hanya memakai piyama berwarna putih tipis seperti kebiasaannya saat di apartemen. Saat sudah sampai di lantai bawah, di sana ruangan itu sudah berubah menjadi sangat indah dan ramai dengan pelayan yang sedang bekerja. "Rachelta." panggil Edgar dari sofa. Rachelta menoleh melihat Edgar yang sedang berjalan mendekat ke arahnya sambil tersenyum. "Ada apa dengan ruangan ini?" tanya Rachelta penasaran. "Party." jelas Edgar singkat, padat dan jelas. "Untuk apa?" tanya wanita itu heran. "Aku sudah bilang akan mengadakan pesta. Apa kau lupa?" tanya Edgar. "Ah, iya aku baru ingat tapi kenapa mendadak?" tanya Rachelta, ia baru ingat kalau Edgar akan mengadakan pesta untuk kehamilannya "Aku sudah memikirkan-nya setelah mendengar kehamilanmu." jelas Edgar. "Jadi sekarang ganti bajumu." lanjut pria itu.         Mereka berjalan ke kamar untuk mengganti baju. Sebenarnya Edgar tidak pergi ke kantor tadi, melainkan ia pergi ke butik dengan Zoya untuk membelikan Rachelta sebuah dress. "Ini pakailah." suruh Edgar sambil memberikan dress yang sudah ia beli tadi. "Ini sangat cantik." puji Rachelta sambil melihat dress di tangannya. "Cepat. Tamu kita sebentar lagi akan datang." ucap Edgar. "Iya. Apa Kakak tidak ganti baju juga?" tanya Rachelta. "Aku akan mengganti baju di sini." Rachelta mengangguk lalu pergi ke kamar mandi untuk mengganti bajunya. Setelah itu Edgar mengganti bajunya, ia menggunakan baju formal seperti biasanya. Memangnya apa yang spesial dari baju pria? Rachelta keluar dari kamar mandi dan beralih ke meja rias, ia harus sedikit memoles wajahnya agar terlihat lebih cantik. Sedangkan Edgar menunggu dengan duduk di pinggiran kasur sambil memperhatikan Istrinya. "Aku sudah selesai." ucap Rachelta sambil menghadap Edgar. Pria itu tersenyum melihat Istrinya yang sangat cantik, ia berdiri dan memeluk pinggang Rachelta. "Kau sangat cantik." puji Edgar di telinga Rachelta. Pipi wanita itu bersemu merah saat mendengar pujian dari Suaminya. Jantungnya berdetak sangat cepat saat merasakan nafas hangat Edgar di lehernya. "Kak." panggil Rachelta. "Apa?" Edgar mengangkat kepalanya menghadap Rachelta. "Ayo kita turun." ajak Rachelta. Edgar tersenyum lalu mengaitkan tangannya dengan tangan Istrinya. Berjalan bersama dengan senyum yang mengembang dari keduanya. "Menantu Mama cantik sekali." puji Viola. Lagi-lagi Rachelta merasa malu karena dari tadi selalu di puji oleh orang-orang yang melihatnya. "Ada teman Mama di sana" ucap Zoya yang baru datang. "Benarkah? Mama akan ke sana." balas Viola, setelah itu pergi dengan Zoya, padahal ia masih ingin bicara dengan menantunya itu. "Apa banyak yang datang?" tanya Rachelta. "Tidak. Hanya keluarga dan teman dekat." balas Edgar. "Aku lelah berdiri." ucap Rachelta. "Kita duduk di sana." ajak Edgar. Mereka duduk di sofa yang ada di pojok ruangan, di sana agak sepi jadi Rachelta akan merasa lebih nyaman. "Apa kau haus?" tanya Edgar. "Tidak." balas Rachelta. Rachelta memeluk legan Edgar lalu meletakan kepalanya di bahu pria itu, ia merasa nyaman dengan posisi ini. Edgar mengelus rambut Rachelta pelan dengan senyum yang mengembang di wajah tampannya, ia suka jika Rachelta bersikap manja padanya, bagi Edgar Rachelta akan lebih lucu jika sikapnya manja. "Ternyata kau di sini." ucap Levin dari arah samping lalu duduk di depan mereka berdua. Edgar melihatnya tidak suka apalagi di samping Levin ada Krystal, sungguh ia tak ingin melihat mereka di hari bahagia ini. Kenapa juga Mamanya harus mengundang pria di depannya ini? Batin Edgar menggerutu. Rachelta akan menegakkan tubuhnya tapi dia ditahan oleh Edgar, ia melihat pria itu yang tersenyum lembut ke arahnya. "Istirahatlah." ucap Edgar dan Rachelta menurut pada posisinya. "Edgar, selamat." ucap Levin. "Terima kasih." balasnya. "Selamat, Ed." ucap Kristal "Iya." jawab Edgar. "Apa ini istrimu?" tanya Levin. Edgar hanya mengangguk menanggapinya. "Levin, aku saudaranya Edgar." ucap Levin sambil mengulurkan tangannya. "Rachelta." balas wanita itu sambil menjabat tangan Levin. Diam-diam Levin juga mengagumi kecantikan Rachelta. Memang saudaranya ini tidak pernah salah memilih wanita. "Aku akan ke toilet sebentar. Krystal kau tunggu di sini." ucap Levin lalu pergi. Krystal mengatai Levin dalam hati karena pria itu malah meninggalkan-nya di sini bersama dengan Edgar dan Istrinya. Wanita itu menoleh ke depan dan sungguh Krystal sangat muak melihat Rachelta yang sangat dekat dengan Edgar. "Apa benar dia mengandung anakmu? El?" tanya Krystal sinis sambil melirik Rachelta. "Tentu saja benar." balas Edgar datar. Rachelta menyadari ekspresi dan nada bicara Edgar yang berubah menjadi sangat dingin semenjak kedatangan Levin dan kekasinya, ia bingung dengan semua ini. Bukankah mereka bersaudara? Itu yang Rachelta pikirkan. "Aku tidak yakin jika itu anakmu." ucap Krystal sekali lagi. Rachelta membelalakkan matanya, apa yang di katakan wanita ini? Apa dia kira dirinya seorang jalang?. Sedangkan Edgar malah tertawa menanggapinya. Rachelta melihat Suaminya bingung. Bukannya marah atau tersinggung dia malah tertawa. "Dia Istriku, jadi tentu saja ini anakku." balas Edgar dengan penekanan di setip katanya sambil tangannya mengelus perut Rachelta pelan. "Aku yakin kau tidak mencintainya." ucap Krystal percaya diri. "Apa maksudmu?" Rachelta menegakkan tubuhnya, ia sudah tidak tahan lagi dengan ucapan Krystal yang menurutnya tidak beretika sama sekali. "Edgar hanya mencintaiku dan kau harus tahu itu." jelas Krystal sinis. "Hentikan omong kosongmu. Sudahku bilang aku membencimu dan aku sangat mencintai Istriku!" potong Edgar dengan sedikit membentak. "Ed.-" "Ingin bukti?" sela Edgar sinis. Dengan cepat Edgar menarik tengkuk Rachelta, ia mencium bibir wanita itu dengan lembut. Rachelta sebenarnya sangat terkejut tapi ciuman Edgar yang sangat manis membuatnya tidak bisa menolaknya, ia mengalungkan tangannya di leher Suaminya dan mulai membalas ciumannya. Sedangkan mereka yang tengah asyik berciuman panas sudah melupakan Krystal dan orang lain di sekitarnya. Mereka sudah masuk dan tenggelam dalam dunianya sendiri. Krystal sungguh sangat muak melihatnya, ingin rasanya ia menarik Edgar untuk melepaskan ciuman itu tapi dirinya tidak bisa melakukan-nya. Merasa sudah kehabisan oksigen, Rachelta pun mendorong d**a Edgar pelan dan sedikit menjauhkan wajahnya, melepaskan ciuman panas dan manis mereka. Edgar menatap lekat wanitanya itu, ia tersenyum sangat lembut. "I love you." ucap Edgar pelan. Rachelta tidak menjawabnya melainkan langsung memeluk Edgar sangat erat, menumpuhkan kepalanya pada d**a bidang pria itu, ia yakin bahwa Edgar tidak akan pernah bermain dengan perasaannya, dan dirinya sangat mempercayai ucapan pria itu. Edgar membalasnya dengan mengelus punggung Rachelta pelan, dengan sesekali mencium puncak kepalanya, ia sungguh mencintai wanita ini dan tidak akan pernah menghianatinya. Rachelta melepaskan pelukannya pelan, ia baru menyadari bahwa mereka sedang tidak sendiri di tempat ini apalagi keadaan rumah yang sangat ramai dengan keluarga maupun teman dekat. "Apa kurang jelas jika aku mencintainya dan sangat membencimu?" ucap Edgar tajam. "Ed, kenap-" "Kak, aku mencarimu dari tadi." ucap Zoya tiba-tiba sambil cemberut. "Kenapa?" tanya Edgar. "Acara akan dimulai tapi kau malah bersembunyi di sini." balas Zoya kesal, bagaimana tidak kesal? Dari tadi dirinya mencari-cari Kakaknya itu dan tidak ketemu-ketemu. "Kalau begitu aku akan ke sana." ucap Edgar lalu berdiri. Ia menarik tangan Rachelta pelan dan berjalan meninggalkan tempat itu. Membiarkan Krystal yang masih diam membantu di tempatnya. Edgar sudah tidak peduli dengan wanita itu. "Selamat malam semua." sapa Edgar sambil membawa mic. Ia berdiri dengan Rachelta yang masih setia tersenyum pada orang-orang yang memberi mereka selamat. "Malam ini kami mengadakan pesta ini hanya untuk meluapkan rasa bahagia karena Rachelta Istriku, sedang mengandung anak pertama kami sekarang." Edgar tersenyum pada Rachelta yang juga tersenyum padanya. "Jadi nikmati pesta malam ini dan berbahagialah sama seperti kami." ucap Edgar sekali lagi. Edgar tidak ingin banyak bicara dan membiarkan Istrinya berdiri terlalu lama, ia sudah mengerti jika wanita hamil akan sangat mudah lelah. Mereka berdua duduk di bangku yang sudah ada Zoya di sana. Zoya tersenyum saat melihat Kakak dan Kakak Iparnya. "Zoya, apa kau tidak mengajak pacarmu?" tanya Rachelta. "Dia tidak punya pacar." sahut Edgar sinis. "Memang kenapa jika aku tidak punya pacar?" balas Zoya sewot. "Kak Rachel." panggil Dirga. Rachelta tersenyum saat melihat Adiknya. Ternyata dia juga datang. "Kau datang sendiri?" tanya Rachelta. "Iya. Kakak juga tahu kan jika Kak Edo dan Ibu sangat sibuk." ucap Dirga lalu duduk di samping Zoya, tepat di depan Edgar. Rachelta sudah terbiasa jika keluarganya itu tidak datang di hari spesial atau hari penting untuknya, karena itu sudah terjadi semenjak dirinya masih kecil, ia tidak marah tapi hanya sedikit kecewa karena Ibu dan Kakaknya tidak bisa datang. "Apa kau sudah dapat kerja?" tanya Edgar pada Dirga. "Belum. Aku masih mencari, jika bekerja di perusahaan Ayah sudah tidak ada posisi yang tepat untukku." jelas Dirga. "Bagaimana jika bekerja di perusahaanku? Aku tidak ada sekretaris, jika mau kau bisa jadi sekretarisku." tawar Edgar. "Kau bisa menerimanya." usul Rachelta. "Baiklah, aku akan ke sana besok Kak." ucap Dirga setuju. "Jadi kau akan bekerja di perusahaan Kak Edgar?" tanya Zoya antusias. "Jika itu cocok denganku." balas Dirga. "Wah, luar biasa." ucap Zoya. Perempuan itu mengagumi Dirga yang terlihat berbeda di matanya dari pada laki-laki lain yang sering ia temui. Bagaimana tidak terpesona jika tubuh dan wajah Dirga saja sudah sangat luar biasa. Bahkan Zoya dengan yakin mengatakan kalau Dirga lebih tampan dari pada Kakaknya sendiri.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN