Sudah satu jam lamanya Ara dan Rere berputar-putar di dalam Mall. Mereka sudah memasuki beberapa toko kemudian berakhir di sebuah cafe favorit Ara. Sangat menyenangkan, menghabiskan waktu bersama sahabat yang selalu mengerti bahkan tanpa penjelasan. Dengan sahabat bisa membuat kita tertawa tanpa sebab. Ada untungnya juga Alex pergi dengan tiba-tiba.
"Silahkan Mba, mau pesan apa?" Tanya seorang pelayan.
"Saya kentang goreng sama steak aja, minumnya es teh manis panas. Lo?"
"Samain aja ya, Mba." Ucap Rere. "Lo yang bayar kan?" Tanya Rere pada Ara.
"Yoi, tadi siang Alex beliin gue HP nah kembaliannya dikasih ke gue." Jawab Ara dengan bangga.
Pelayan yang masih berdiri di sana kembali bertanya. "Maaf, ini minumannya, Es teh, atau teh panas?"
"Maaf nona, minumanya membuat saya bingung." Sambungnya.
"Loh kenapa?" heran Ara.
"Es teh Manis panas, jadi mau yang es atau panas?" Ujar pelayan tersebut menahan tawa begitu juga dengan Rere.
Dengan malu ara menjawab, "Es teh aja ya Mba, hehe maaf..."
"Kenapa lo, Re? Kalo mau tawa ya tawa aja, jangan so ngehargain gue deh, entar jadi penyakit kalo ditahan."
Dalam sekejap tawa Rere pun pecah dan mendapat sorotan dari para pengunjung lain, sedangkan Ara hanya menundukan kepala malu.
"Puas ketawanya? Gue malu anjir,"
"Lo yang nyuruh gue, lo juga yang marah, aneh..." Sahut Rere seraya menunggu pesanan.
Ara terlihat mengerucutkan bibirnya. "Lama banget yah," ucapnya.
"Ra," panggil Rere.
"Hn?"
"Itu siapa?" Ara langsung mengikuti arah pandang Rere.
Dengan teliti Ara menatap seorang pria yang terlihat berbicara dengan kasir cafe tersebut, bukan salah lagi itu Alex dan Ara langsung menghampirinya.
"Bentar Re," ucap Ara.
"Gue ikut." Ujar Rere.
Setelah tepat berada di belakang Alex, Ara langsung menepuk bahu pria itu, namun saat Ara mengalihkan pandanganya ternyata bukan hanya Alex tetapi ada seorang wanita yang bergelayut manja di lengan kekasih posesifnya itu.
"Alex."
"Ara? Ra, kamu ngapa--"
"Cewek ini siapa?"
Seharusnya Ara yang melontarkan pertanyaan itu. Namun apa boleh buat, Keyla lah yang bertanya.
"Key kenalin dia... Dia Ara pacar aku."
"Kenapa ragu bilangnya? Malu ngakuin aku pacar kamu?" Tuduh Ara seraya tersenyum miris.
Mata Ara sudah mulai memanas namun berusaha ia tahan.
"Nggak Ra, gak gitu. Aku cuma kaget aja liat kamu di sini." Elak Alex yang hendak memegang lengan Ara, namun Ara menjauhkan tubuhnya.
"Ini yang kamu maksud penting? Ngedate bareng selingkuhan kamu?iya?" Tuduh Ara yang tak kuasa menahan air matanya lagi, terserah ia mau di bilang cengeng atau pun lemah, yang pasti dia sangat ingin menangis saat ini.
Rere langsung mengusap punggung Ara agar sahabatnya tidak terlalu sesak. Ara akan kesulitan bernafas jika tangisannya tertahan agar tidak mengeluarkan suara.
"Selingkuhan apaan sih ra, dia ini Keyla, dia sahabat aku dari kecil. Aku emang pulang buat nemuin Dok-- maksud aku ada Dokumen yang Papah aku kasih,"
Namun bukanya menjawab Ara hanya diam dengan air mata yang terus mengalir di pipinya.
Arrgghh.. geram Alex pada dirinya sendiri.
"Key, kamu pulang naik taksi aja yah. Aku harus selesain dulu ini." Pinta Alex pada Keyla seraya melepaskan tangan Keyla yang bergelayut di lenganya.
"Tapi Lex,"
"Gue mohon."
"Okay, aku pulang yah. Dah! See you at home!" Pamit Keyla hendak mencium pipi kanan Alex, namun di halangi tangan Ara. Meskipun marah tetap saja ia tidak rela.
"Ra, kamu ikut aku!"
"Nggak."
"Aku maksa."
"GUE BILANG GUE GAK MAU, NGERTI GAK SIH LO, HEUH? GUE MAU PULANG! MINGGIR." Sentak Ara.
"Aku gak suka sama bahasa kamu!" Ucap Alex dingin. "Re, Lo pulang aja. Ara bareng gue." Ujar Alex pada Rere.
Rere yang takut pun, dengan berat hati harus menurut dan meninggalkan sahabatnya. Rere tahu, Alex tidak akan berbuat hal yang dapat menyakiti Ara.
"Ayo ikut." Ucap Alex dengan menggenggam lengan Ara erat, sampai membuat pemiliknya sedikit meringis perih.
Dengan air mata yang masih mengalir, Ara berjalan menuju parkiran dan masuk ke dalam mobil sesuai dengan perintah kekasih menyebalkannya itu.
Di perjalanan, Ara hanya menangis sedangkan Alex hanya fokus pada jalanan. Sampai akhirnya Alex menghentikan mobilnya di sebuah danau.
"Aku gak selingkuh." Ucap Alex tegas, tanpa bantahan.
Sedangkan lawan bicaranya, hanya diam.
"Kenapa gak jujur aja sih," ucap Ara dengan tatapan kosong keluar jendela mobil.
"Aku bilang, aku gak selingkuh." Ucap Alex kembali.
Ara tersenyum miris mendengar kalimat itu.
"Aku baru aja nemuin Dokter, Ra. Dan gak sengaja ketemu Keyla." Ucap Alex yang sayangnya hanya dalam hati.
"Aku udah bilang kalo aku gak selingkuh, dia Keyla. Dia sahabat aku dari kecil." Jelas Alex.
"Aku aja yang bukan sahabatan bisa jatuh cinta sama kamu dalam waktu deket, apalagi dia..." Ucap Ara disela tangisnya.
"Tadi aku emang buru-buru, karena-- Aku minta maaf, maafin aku... Aku mohon, jangan nangis lagi."
Ini adalah pertama kalinya Alex mau meminta maaf karena biasanya Ara lah yang selalu salah.
"Aku capek Lex," ujar Ara keluar dari mobil.
"Ra, kamu mau kemana hey! Ra, tunggu!" Alex memegang lengan Ara.
"Lepas Lex, lepaas.. ALEX AKU BILANG LEPAS, LEX! hikss... hikss aku mau pulang..." Mohon Ara, namun bukan Alex namanya jika tidak egois.
"Ra denger, aku gak selingkuh."
"Nggak Lex kamu selingkuh, kamu selingkuh! Kamu se--" ujar Ara yang kemudian terjatuh tak sadarkan diri.
"Ra, Ra bangun sayang!" Namun Ara tak kunjung membuka matanya. Alex pun membawanya kembali masuk ke dalam mobil. Ia memutuskan untuk membawa Ara ke apartemennya yang tidak jauh dari sekitar danau.
Setelah setengan jam lamanya tak sadarkan diri. Akhirnya Ara mulai membuka matanya.
Ara tahu dimana dirinya berada dan ia tidak peduli sama sekali.
Ohokk..ohokk...
Mendengar Ara mulai terbatuk, Alex langsung berusaha untuk mengetahui keadaannya.
"Sayang, are you okay?"
Namun Ara hanya diam tanpa memandang wajahnya. Ara bangun dari berbaringnya dan memeluk kedua kakinya.
Karena kesal dengan sikap Ara yang mendiamkannya. Alex kembali menggeram kesal dan kehilangan kesabarannya.
"Mau kamu itu apa sih? Ngomong."
Ara terdiam dan kembali menangis.
"Aku tau, KAMU SENGAJA NUDUH AKU SELINGKUH SUPAYA KAMU BISA MINTA PUTUS, IYA KAN? Jawab Ra!" Sentak Alex, membuat Ara terperanjat kaget.
"Bisa-bisanya kamu mikir kayak gitu," Ucap Ara tak percaya.
Banyak sekali hal yang ingin Ara ucapkan. Namun entah kenapa, lidahnya terasa sangat sulit untuk digerakkan. Ia hanya bisa menangis.
Alex langsung saja memeluk Ara, tangis Ara semakin pecah dalam dekapanya.
"Maaf Ra, maaf tapi aku bener-bener gak selingkuh, Keyla udah kayak adek buat aku..." Mohon Alex.
Ara dapat merasakan bahunya menjadi sedikit basah.
"Ka... Kamu nangis?" Tanya Ara seraya melepaskan pelukan Alex dan menangkup wajah Alex.
Alex hanya terdiam, karena malu untuk mengakuinya.
"Ja... Jangan nangis. Kamu makin jelek kalau nangis." Ucap Ara.
"Itu karena kamu gak percaya sama aku," ujar Alex sambil menelusupkan wajahnya pada lekukan leher Ara.
Sedangkan Ara ia hanya bisa tersenyum, ini pertama kalinya ia melihat Alex menangis.
"Ra," panggil Alex.
"Hn?"
"Sini liat aku," pintanya.
"Kenap-"
Belum sempat Ara bertanya tanpa aba-aba, Alex mencium bibir tipisnya.
"Ini berbeda, i can't..." Lirih Ara dalam hati.