Baru pertama kalinya Danisha berani keluar sendiri tanpa pengawalan Pak Tejo – sopir pribadinya--, apalagi hari sudah malam seperti ini. Namun, siapa sangka jika keberanian gadis itu kali ini justru akan membawa dampak yang sangat besar akan kehidupannya kelak.
Tadi seusai kuliah, Danisha enggak langsung pulang, melainkan harus ke rumah Sinta –sahabat sekaligus teman kuliahnya--, untuk mengerjakan tugas. Dia tidak sendiri, tapi juga bersama Nita, salah satu temannya yang lain. Mereka bertiga ini bersahabat, juga satu jurusan yang sama. Dan mereka bertiga memang sering menghabiskan waktu bersama untuk belajar kelompok atau hanya sekedar pergi jalan-jalan.
Jam delapan malam Danisha keluar dari rumah Sinta menumpang motor milik Nita. Sebenarnya tadi dia sudah ditawarinya untuk diantar sampai rumah. Namun, gadis itu justru menolak karena merasa rumah eyangnya dan rumah Nita berbeda arah. Selama berada di Jogja, Danisha memang tinggal bersama eyangnya. Sementara kedua orang tua kandungnya juga kakak lelakinaya tinggal di Jakarta.
Pada akhirnya Danisha meminta Nita untuk menurunkannya di depan sebuah minimarket. Dia berencana akan membeli beberapa camilan sambil menunggu Pak Tejo menjemput. Selesai mengambil beberapa makanan ringan, gadis itu berniat menunggu sang sopir di teras depan minimarket yang memang di sana disediakan kursi untuk pengunjung.
Saat dia berhasil membuka pintu keluar, tiba-tiba ada seseorang yang menabraknya hingga membuat Danisha hilang keseimbangan. Hampir saja gadis itu terjerembab jika saja tidak ada lengan kekar yang menahan tubuhnya. Hanya sentuhan kecil, tapi berefek sangat besar pada diri seorang Danisha Revaldy. Seketika tubuhnya meremang, jantung berdegup kencang, keringat dingin mulai keluar dari pori-pori kulitnya sebagai pertanda jika dia sedang ketakutan.
"Ah, maafkan saya, Mbak. Saya tidak sengaja," kata laki-laki itu yang merasa sangat bersalah pada Danisha.
Danisha tidak berani menatap wajah pria yang aroma parfumnya berani menusuk indera penciumannya tanpa diminta. Gadis itu segera berjalan cepat meninggalkan minimarket. Bahkan dia sudah lupa akan tujuannya berada di sini tadi. Yang ia pikirkan saat ini adalah menjauh segera dari orang asing yang tak sengaja bertabrakan dengannya. Hanya saja telinga itu sayup-sayup mendengar suara langkah kaki yang mengikuti. Danisha beranikan diri menoleh ke belakang dan benar saja laki-laki yang menabraknya tadi berusaha mengejarnya sekarang. Panik, itulah yang ia rasakan saat ini. Ingin rasanya Danisha segera berlari menjauh dari lelaki asing itu. Ingatannya kembali berputar pada kejadian buruk yang menimpanya beberapa tahun lalu. Penglihatannya semakin buram, sempat mendengar laki-laki tadi memanggilnya sebelum akhirnya Danisha terjatuh tak sadarkan diri.
****
Bersambung