bc

Aku Hanya Bayangan

book_age18+
13.7K
IKUTI
152.1K
BACA
contract marriage
love after marriage
age gap
goodgirl
CEO
drama
sweet
regency
virgin
asexual
like
intro-logo
Uraian

Lanjutan Aku Hanya Bayangan

Semua permasalahan di AKU HANYA BAYANGAN 1 akan terungkap di AKU HANYA BAYANGAN 2

"Kamu ingin kedua orang tuamu mendapatkan perawatan yang terbaik, agar bisa sembuh?" Arya memutar tubuhnya, ia duduk miring dan menghadap ke arah Aisah. Aisah menatapnya kebingungan, tapi kepala gadis itu akhirnya mengangguk juga.

"Menikahlah denganku" ucap Arya mantap. Mulut Aisah ternganga, matanya yang bulat membesar. Ia syok mendengar apa yang baru saja diucapkan Arya. Bagaimana bisa Arya mengajaknya menikah, sedang mereka baru bertemu lagi setalah sekian lama berpisah. Bahkan mereka baru beberapa jam saja berjumpa. Dan lagi, Arya bukan anak orang sembarangan, dia dari keluarga terpandang. Sedang dirinya hanyalah anak mantan supir dan pembantu di rumah orang tua Arya.

Apa yang mendasari keinginan Arya sehingga melamar Aisah begitu tiba-tiba?

Akankah keinginan Arya mendapat restu dari keluarganya?

chap-preview
Pratinjau gratis
PART. 1 KERINDUAN
PART. 1 KERINDUAN Waktu tiga bulan yang diminta Arya hampir habis, Arya harus menghadapi desakan orang tuanya untuk segera menikah dengan Devira. Bu Radea tidak kehilangan akal untuk meluluhkan hati putranya, ia mengatur sandiwara dengan suaminya, dan dokter pribadi mereka. Bu Radea pura-pura sakit, agar Arya mau memenuhi keinginannya. Akhirnya hati Arya luluh juga, ia bersedia menerima perjodohan dengan Devira. Bagaimanapun ibunya, tetaplah ibu yang disayanginya, ibu yang sudah mengandung dan melahirkannya. Arya tidak ingin terus menyakiti perasaan ibunya. Arya duduk di tepi ranjangnya, ia ingin menelpon Adrian, untuk memberitahukan tentang keputusannya menerima perjodohan dengan saudara ipar abang tirinya itu. Di tempat nun jauh di Jakarta, Adrian hampir terlelap sambil mendekap Cintanya, Devita Zulvana Mahmud, adik kembar dari Devira Zulvani Mahmud. Suara ponselnya membuatnya terjaga, istrinyapun terjaga. "Siapa Bang?" Devita mengusap matanya perlahan. "Arya" jawab Adrian. "Jawab Bang" "Hmm, assalamuallaikum, Arya" "Walaikum salam Bang Adrian" "Ada apa?" Tanya Adrian bernada penasaran. Terdengar Arya menarik napas dalam. "Aku akan menikah dengan Devira, awal bulan depan" jawab Arya tanpa ada semangat dalam nada suaranya. Adrian melirik istrinya, lalu menghela napasnya. "Aku terpaksa Bang, Bunda sakit parah, dia sangat ingin melihat aku menikah. Aku tidak bisa menghindarinya lagi" "Jika memang begitu, apa yang bisa aku katakan lagi, Arya. Kamu harus sabar dan tabah, ini sudah menjadi takdirmu, bagaimana nantinya rumah tanggamu, tergantung ketegasanmu. Kamu harus bisa tegas sebagai seorang suami. Jangan manjakan istrimu dengan harta, tapi mencobalah untuk mencintainya, dan membawanya menjadi lebih baik" "Tapi aku masih jijik terhadap wanita, Bang" "Disinilah kamu harus berjuang, tidak semua wanita seperti Ellen, masih banyak wanita yang punya cinta tulus dan kesetiaan. Bulatkan tekadmu untuk berubah Arya, aku yakin kamu bisa" ujar Adrian memberi semangat pada adiknya. "Tapi aku tidak yakin Devira memiliki cinta tulus untukku" ujar Arya, Adrian hanya bisa menghela napasnya. "Aku hanya bisa berdoa agar Devira bisa berubah seperti Devita" sahutnya akhirnya. "Aamiin, terimakasih Bang, salam buat Bunda dan Kakak iparku, selamat malam, assalamuallaikum" "Walaikum salam" jawab Adrian. Adrian meletakan ponselnya, lalu kembali berbaring dengan mendekap erat Cintanya. Devita menunggu Adrian bercerita, ia tidak ingin bertanya lebih dulu. "Arya dan Vira akan menikah bulan depan" ujar Arya pada Devita. Devita menolehkan kepalanya, Adrian mengecup puncak hidung istrinya. "Akhirnya Arya mau juga menikah dengan Kak Vira ya Bang" "Terpaksa, karena Bunda Radea katanya sedang sakit cukup parah, Arya tidak tega menolak keinginan Bundanya" "Owhhh, sakit apa?" "Aku tidak bertanya" "Ehmmm, semoga semuanya berjalan lancar, aku yakin pasti mami adalah orang yang paling bahagia menyambut pernikahan ini." Ucap Devita dengan suara tercekat di tenggorokan, matanya jadi berkaca-kaca. Adrian mengecup kepala Devita, ia bisa merasakan kerinduan pada suara istrinya. "Kamu rindu mami dan Vira?" "Hmmm" Devita menganggukan kepala, lalu menghapus air matanya. "Mereka tidak pernah bersikap baik padamu, tapi kamu merasakan rindu pada mereka" "Bagaimanapun mereka adalah bagian dari hidupku, Bang. Mami tetaplah ibu kandungku, Kak Vira tetaplah saudara kembarku. Tidak ada yang bisa memutuskan ikatan darah, sekuat apapun seseorang berusaha untuk memutuskan atau mengingkarinya." "Aku mengerti Sayang, sekarang tidur lagi ya" "Hmmm" Devita menejamkan matanya, bayangan mami dan Devira membuat kerinduannya semakin dalam. Air mata jatuh di sudut matanya. Adrian menghapus dengan jarinya. "Sayang, jangan memikirkan hal yang terlalu berat. Pikirkan saja apa yang membuatmu bahagia. Karena apa yang kamu pikirkan, akan berpengaruh pada dedek bayi kita" Adrian mengusap lembut perut istrinya yang terlihat mulai ada perubahan. "Emhhh" Devita memiringkan tubuhnya, ditenggelankan wajahnya dilekukan leher Adrian, agar ia merasa nyaman, dan pikirannya kembali tenang. Adrian mengusap punggungnya dengan lembut. "Tidur ya" "Heum" Devita menganggukan kepalanya, Adrian mengecup kepala istrinya, sebelum ia memejamkan mata. Braakk!! Arya tersadar dari lamunannya, saat menyadari mobil yang ia bawa sambil melamun sudah menabrak seseorang. Cepat Arya turun dari mobilnya, sejumlah warga sudah mengerungi korban dan dirinya. "Maaf, saya tidak sengaja" ujar Arya, warga yang menyadari siapa Arya tidak jadi menghakiminya. Mereka sangat tahu kalau Arya adalah putra Malik Lazuardi, orang terkaya di daerah mereka, bahkan mungin jadi salah satu yang terkaya di Kalimantan. Pak Malik tidak pernah pelit dalam berbagi pada warga, setiap menjelang lebaran para warga disekitarnya selalu kebagian amplop dari Pak Malik. Karena hal itu juga untuk memuluskan jalannya usaha batu bara miliknya. "Bawa korbannya ke rumah sakit" ujar seorang Bapak. "Masukan ke mobil saya, biar saya yang bawa ke rumah sakit. Motornya tolong titip di rumah salah satu warga ya Pak" ujar Arya. Dengan dibantu warga, Arya memasukan wanita yang ia tabrak ke dalam mobilnya. "Terimakasih, saya akan bertanggung jawab penuh atas kejadian ini." Arya membungkukan tubuhnya, lalu masuk ke dalam mobilnya. Terpaksa Arya memutar arah untuk menuju rumah sakit di kota Martapura. Niatnya untuk pergi ke tambang ia batalkan. Arya melirik wanita yang ditabraknya dari kaca spion, wajah wanita itu tidak terlihat jelas olehnya. Arya berharap wanita itu tidak parah lukanya, dan hanya pingsan karena kaget saja. Arya mengutuki dirinya yang menyetir sambil melamun, ia baru saja menerima telpon dari Ken teman dekatnya. Ken mengatakan kalau ia sangat merindukan Arya, hal ini kembali membuat goyah perasaan Arya. Disatu sisi ia ingin kembali hidup normal sebagai seorang pria, disisi lain ibunya menawarkan wanita yang sangat tidak menarik hatinya. Bahkan ia merasa pernikahannya dengan Devira tidak akan punya masa depan. Ia tidak yakin Devira akan mampu membuatnya normal kembali. Arya bisa melihat jika Devira hanya akan perduli pada hartanya. Arya memarkir mobilnya di depan pintu IGD, beberapa perawat datang dan membantunya mengeluarkan wanita yang ditabraknya dari dalam mobil. Arya membawa serta tas si wanita masuk ke dalam ruang IGD. Setelah wanita itu dibaringkan di atas ranjang, barulah Arya bisa melihat wajahnya dengan jelas. Kening Arya berkerut dalam, ia merasa wajah itu tidaklah asing baginya. Sebuah nama terlontar dari bibir Arya, lalu ia membuka tas wanita itu yang dipegangnya. Ia ingin mencari identitas wanita yang baru saja ditabraknya. BERSAMBUNG

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

Istriku Bukan Kekasihku

read
328.8K
bc

Vanda dan Cintanya (Farmer Family #7)

read
114.0K
bc

Terjerat Cinta Segitiga

read
91.4K
bc

Beautiful Bodyguard

read
223.8K
bc

Mrs. Fashionable vs Mr. Farmer

read
430.7K
bc

Bukan Istri Pilihan

read
1.5M
bc

Nur Cahaya Cinta

read
363.4K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook