BAB 8

1283 Kata
Jeslyn sedang berjalan-jalan mengelilingi mansion tempat ia tinggal sekarang, selama dua minggu tinggal di mansion, Jeslyn belum pernah jalan-jalan mengelilingi setiap ruangan yang berada di mansion ini. Bodyguard selalu saja mengikuti langkah kakinya, para bodyguard kepercayaan Alston akan berhenti membuntuti nya jika Jeslyn masuk ke kamar. Kali ini Jeslyn meminta para Bodyguard untuk berhenti mengikutinya karena ia masih berada di sekitaran mansion, jadi tak ada yang perlu di takutkan. Ini sebagai bentuk pengawasan Alston yang sudah membuat Jeslyn berada di hatinya, karena itu ia menyuruh bodyguardnya agar menjaga Jeslyn kemana pun wanitanya itu pergi. Jeslyn sampai di sebuah ruang kerja begitu mewah, ruang kerja milik Alston pastinya. Cat di ruang kerja ini berbeda dengan cat yang berada di dalam mansion. Cat di ruang kerja milik Alston di cat serba putih dengan nuansa sederhana tak seperti di luar sana. Kesan mewah terlihat anggun. Jeslyn tercengang melihat keindahan dan tataan yang begitu rapi yang berada di ruangan ini, jendela samping membuat suasana semakin nyaman saja, setelah beberapa saat Jeslyn melanjutkan langkah kakinya dan melihat sebuah ruangan dengan pintu kembar yang begitu tinggi, Jeslyn penasaran dan hendak membukanya, menggunakan remot yang berada di atas meja dekat ruangan ini. Ketika Jeslyn membukanya ternyata sebuah perpustakaan pribadi. Wanita cantik itu lagi-lagi tercengang melihat keindahan yang ada dibalik pintu kembar yang begitu tinggi. Perpustakaan pribadi dengan interior klasik di dalamnya ada api unggun di bawa rak buku yang ada di perpustakaan pribadi ini, rasanya benar-benar nyaman dan membuat Jeslyn tenang, dan di perpustakaan ini jg ada meja kerja Alston. "Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Vileks, tegas. "Oh saya hanya melihat-lihat. Ada apa? Tidak boleh?" "Kamu tak di perbolehkan masuk ke dalam ruangan ini bukan cuma di ruangan ini tapi di ruangan manapun terkecuali kamar yang kamu tempati. Siapa kamu? Kamu tak berhak atas apa pun dalam mansion ini, kamu hanya lah pekerja, jadi jangan menyentuhkan tanganmu pada barang-barang di mansion ini," ujar kepala maid dengan tegas, kepala maid ini memang tak menyukai Jeslyn sejak awal. "Saya hanya melihat-lihat saya tidak mengambil dan tak mencuri, Nyonya," kata Jeslyn. "Keluar! Keluar sekarang juga, jangan banyak bicara," kata kepala maid, seraya menarik lengan Jeslyn keluar dari perpustakaan pribadi. "Anda jangan memperlakukanku seperti pencuri, aku di sini atas kemauan tuanmu, daripada mengurung diriku di kamar lebih baik aku kemari jalan-jalan." "Meski dengan kemauan tuanku kamu di sini, kamu tetap tidak berhak atas apa pun di mansion ini. Jaga sikapmu jika berada di mansion ini." Vileks menunjuk Jeslyn, lalu berjalan meninggalkan Jeslyn. "Ada apa dengannya? Kenapa memperlakukanku begitu kasar?" tanya Jeslyn, lalu melangkah pergi menjauh dari ruangan perpustakaan pribadi milik Alston. Jeslyn lalu kembali ke kamarnya. Semua yang ada di mansion ini tidak boleh dipegang Jeslyn. Vileks selalu mengatakan bahwa, semua ini bukan haknya. Wanita cantik itu melihat jam di atas nakas dan melihat malam sudah menunjukkan pukul 7, biasanya Alston kembali ke mansion sebelum jam 7 malam, namun sekarang sudah jam tujuh pas tapi batang hidung pangeran iblisnya itu belum juga muncul. Jeslyn khawatir dan sangat ingin mengadukan pada Alston tentang sikap kasar kepala maid nya. Namun entah mengapa Jeslyn merasa tak berhak atas itu, karena benar kata Vileks ini bukan tempatnya dan dia tak berhak atas apa pun. Jeslyn menuruni tangga dari sisi kanan dan melihat seorang pria dan wanita sedang menatapnya penuh pertanyaan, Jeslyn tak pernah melihat pria dan wanita itu sebelumnya di rumah ini, tatapan mereka penuh pertanyaan, membuat Jeslyn sedikit gugup, takut jika penilaian kedua pasangan itu terhadapnya jelek, Jeslyn menghentikan langkah kakinya dan berdiri mematung di tangga, ia seakan tidak bisa melanjutkan kakinya. Kepala maid melayaninya dengan hangat dan santun, Jeslyn mencoba menghindari tatapan kedua orang itu yang terlihat seperti suami istri, namun ia tidak bisa menghindarinya, karena ia sudah berada di posisi yang memang terlihat. "Siapa dia?" tanya pria itu yang tak lain tak bukan adalah Paman Alston dan bibinya—Lazuardy Leonard dan istrinya Celiandra Pulots— "Dia salah satu maid di sini, Tuan," jawab Vileks dengan tatapan yang begitu mengintimidasi Jeslyn, memberi kode kepada Jeslyn agar menunduk, namun Jeslyn tak melakukannya, karena buat apa? Ia tidak seharusnya selalu menundukkan kepala kepada orang yang tidak ia kenal. "Kenapa dia seenaknya saja turun dari atas sana? Dan kenapa dia tak memakai pakaian seragam seperti kalian?" tanya Celiandra istri Lazuardy sedikit meremehkan. "Dia maid istimewa milik, Tuan," jawab Vileks. "What? Milik Alston? Sekarang Alston bermain dengan maid? Woah ... luar biasa kedengarannya." Celiandra terkejut mendengar Jawaban Vileks dan sesekali Celiandra tersenyum meremehkan. Jeslyn tak dapat bergeming dari tempatnya karena merasa sudah terkunci di sini, ia sangat susah untuk melanjutkan langkah kakinya. Tatapan suami istri itu semakin tajam melihatnya tatapan yang begitu membunuhnya saat ini juga, tatapan hinaan yang memang mungkin seharusnya dan pantas ia terima. Sesaat kemudian Alston kembali dari kantor di susul beberapa bodyguard dan juga Asistennya. Ia melihat Jeslyn sedang berdiri terdiam tanpa menyambutnya, ketika di lihat lagi tatapan Jeslyn mengarah kepada kedua orang yang sedang duduk di sofa klasik miliknya, Alston lalu menghampiri Paman dan bibinya itu yang masih setia menatap tajam ke arah Jeslyn. "Apa yang kalian lakukan di sini?" tanya Alston kepada Lazuardy dan juga Celiandra dengan tatapan tak suka. Melihat Alston, Jeslyn menghela napas panjang karena lega, akhirnya pangeran iblisnya itu datang juga, Jeslyn merasa terselamatkan. "Kamu sudah pulang? Kami kemari untuk menengokmu. Sopanlah pada kami," ujar Lazuardy. "Kenapa menengokku? Aku bukan anak kecil." "Ayolah, Alston. Jangan seperti itu pada pamanmu," sambung Celiandra. "Saya mau tanya siapa dia?" tanya Lazuardy dengan tegas menujuk ke arah Jeslyn yang sedang berdiri diatas tangga. "Dia pacarku." "Tapi ... kata Vileks dia adalah maid." "Maid?" Tatapan Alston mengarah kepada Vileks yang sedang setia berdiri melayani, Alston rasanya ingin membuat Vileks memohon ampun padanya sekarang juga. Vileks menunduk karena tau arti tatapan majikannya itu. "Ada apa denganmu? Apa kamu sudah kehilangan akal? Kenapa bermain dengan seorang maid? Apa sudah tak ada wanita lain di luar sana? Sampai kau bermain dengan seorang maid?" tanya Celiandra penuh penekanan. "Apa yang kalian katakan? Maid? Dia bukan maid di sini. Dia kekasihku. Salah? Dan ... aku tak membutuhkan wanita di luar sana." Alston begitu marah saat ini terlihat sangat jelas di matanya. "Telusuri dulu latar belakangnya setelah itu kamu bisa memacarinya. Jangan sembarangan, Alston, banyak wanita yang menginginkan hartamu, jangan sampai kau salah mengambil langkah yang dapat merugikanmu, lebih jeli lah melihat mana yang sungguh-sungguh dan tidak." "Aku tak pernah menyuruh kalian untuk memberikanku saran dalam mencari kekasih. Aku harus beristirahat, aku tak bisa menemani kalian, ada baiknya kalian pulang saja setelah menghabiskan teh kalian," kata Alston seraya melangkah naik ke atas tangga, lalu mengenggam tangan Jeslyn dan membawanya pergi bersamanya. Tatapan Lazuardy dan Celindra benar-benar tak suka, Celindra penasaran pada latar belakang Jeslyn yang di anggapnya sangat tak pantas untuk bersanding dengan Alston. "Vileks, laporkan padaku, apa saja yang di lakukan wanita itu di mansion ini." Perintah Celindra. "Baik, Nyonya." "Jangan sampai mengatakannya pada Alston, aku tak mau sampai wanita kampung itu jadi nyonya besar di mansion ini. Bisa besar kepala dia." "Iya, Nyonya. Saya juga tak suka padanya," sambung Vileks "Lakukanlah diam-diam." Vileks mengangguk. "Apa keponakanmu itu sudah tidak waras? Bermain dengan maid? Benar-benar memalukan keluarga saja. Menunjukkan dirinya tidak laku dan hanya ada maid itu," ujar Celindra. "Aku juga heran, Sayang. Ada apa dengan Alston sampai memacari maid itu, jangan sampai maid itu mau mengambil harta Alston," sambung Lazuardy. "Aku akan membunuh wanita itu kalau dia berani mengambil yang bukan haknya." "Tentu saja, Sayang. Jika wanita itu berani, rencana kita akan gagal," ujar Lazuardy. *** Di Kamar, Alston terlihat geram, ia seperti tak suka akan kehadiran Lazuardy juga Celindra. "Ada apa?" tanya Jeslyn penasaran. "Aku ingin mandi." "Baiklah." "Jangan mengambil hati perkataan kedua orang itu tadi, mereka tak berhak atas diriku dan tak berhak mengaturku," ujar Alston. Tbc.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN