Pagi ini Jeslyn pamit kepada maid dan juga beberapa bodyguard untuk berpergian sebentar saja menemui Killen sahabatnya karena sudah empat hari ia menghabiskan waktunya berada di rumah hanya diam dan tak melakukan apa pun.
Lama-lama jadi membosankan.
Ia berencana bertemu Killen di cafe dekat kompleks rumahnya, kali ini Jeslyn di antar oleh supir pribadi yang ada di mansion Alston. Pria itu semacam takut jika Jeslyn kabur dari rumah, sedangkan Alston sudah tau jelas Jeslyn tak akan melakukan itu, karena hidup keluarganya berada di tangannya. Namun, ada saja desir ketakutan menghampiri Alston.
Alston sudah mengizinkannya untuk nenemui Killen serta keluarganya, meskipun dengan pesan agar tak pulang terlalu malam seperti layaknya seorang suami, benar+benar lucu.
Lucu bukan? Alston bersikap seperti seorang suami yang melarang istrinya untuk berpergian terlalu lama.
***
Sampai di sebuah cafe bergaya klasik, Jeslyn lalu masuk kedalam cafe, ia melihat Killen sedang duduk menunggunya di meja pojok bagian kiri.
Ia lalu menyapa sahabatnya.
"Hai, Killen," sapa Jeslyn seraya mencipika-cipiki sahabatnya yang sudah empat hari ini tak di temuinya.
"Ayo duduk sudah ku pesankan minum untukmu," kata Killen seraya menarik lengan sahabatnya seperti orang yang tak sabaran.
"Aku sangat penasaran, Jeslyn, bagaimana dengan Alston? Apa kamu sudah sepakat dengannya?" tanya Killen, ia tak sabaran mendengar cerita sahabatnya, itu terlihat dari wajah penasarannya.
Jeslyn lalu menceritakan semuanya kepada Killen apa yang di lakukannya selama empat hari ini, ia tak melewatkan apa pun tentang kegiatannya dan kesehariannya di mansion milik Alston, Killen hanya mendengarnya seperti pendengar yang baik, cukup Jeslyn menjelaskannya.
"What? Dia menidurimu?" tanya Killen.
Jeslyn mengangguk. "Hem. Cuma semalam waktu paginya kamu menelponku, setelah itu ia sudah tak melakukannya lagi."
"Apa kamu menyukainya?" tanya Killen penasaran.
"What? Menyukainya? Bagiku dia hanya seorang iblis kesepian, itu saja."
"Lantas kenapa kamu menyetujuinya? Apa benar semua ini semata-mata hanya untuk keluargamu?"
Jeslyn mengangguk.
"Tentu saja ini demi keluargaku, dia mengancamku, Killen, gedung sekolah dan gedung tempat tinggal ayahku adalah miliknya, jika tak ku iyakan bagaimana nasib keluargaku? Ayahku butuh pengobatan, adik-adikku butuh sekolah, sebagai tulang punggung keluarga, aku bisa apa? Aku tak bisa apa-apa dan kamu tahu aku akan melakukan apa pun demi keluargaku." Jeslyn terdengar sangat sedih.
"Dengan memberikan tubuhmu segampang itu kepada Alston?"
"Semua akan ku lakukan, walaupun harus mengemis di jalanan, Killen, demi keluargaku."
"Bukankah katamu, kamu lebih baik mengemis dijalanan dibandingkan harus menjual tubuhmu?"
"Aku bisa apa lagi? Aku tidak tahu jika apa yang ku perbuat, akan berakhir seperti ini."
"Kau memang bijaksana, Jes, aku salut."
"Hem, semoga kau bisa mengerti, Killen."
"Jalani saja seperti biasa, jangan membuatnya marah, kamu 'kan hanya menjadi maid di sana, anggap saja kamu sedang bekerja untuk keluargamu atau untuk seorang majikan," kata Killen.
"Aku malah tak sanggup jika harus bertatap muka dengan iblis itu, Killen. Aku benar benar muak."
"Sabar, bukankah kau sering mengatakan Jika semua hal akan indah pada waktunya?"
"Hem, aku berharap ini tidak berlangsung lama."
"Bagus juga kalau kamu bisa jadi istrinya sang Millionare," goda Killen.
"Kau pikir kamu matre?" tanya Jeslyn seraya menggeleng.
"Tentu saja tidak, Sayang. Aku hanya bercanda."
"Bagaimana keluargaku? Ayahku? Adik-adikku?" tanya Jeslyn.
"Ayahmu sedang menjalani pengobatan. Adik-adikmu seperti biasa sekolah, mereka selalu menanyakanmu, aku bilang saja kamu sedang bekerja."
"Hem, terima kasih, Killen. Kau benar-benar sahabat yang benar-benar mengerti kondisiku."
"Bukankah kau akan menemui mereka?"
"Hem. Aku akan menemui mereka."
"Baiklah, ada baiknya kita kesana sekarang."
***
Setelah bertemu Killen dan keluarganya, Jeslyn kembali ke mansion milik Alston dengan keadaan mabuk berat, ia berjalan sempoyongan, pada saat itu pula Alston melihatnya dan menengadahkan tangannya ketika Jeslyn hampir saja terjatuh ke lantai, ia menggendong Jeslyn ala bridal style dan masuk ke dalam kamar Jeslyn dan menyelimutinya.
Ketika sedang menyelimuti Jeslyn, entah keberanian apa yang di miliki wanita ini, Jeslyn lalu menarik Alston ke dalam pelukannya.
"Pangeranku," ujar Jeslyn tanpa kesadaran, seraya mendekap Alston dengan segenap hatinya, Alston tau jika Jeslyn saat ini hanya mabuk karena itu ia tak sadar dengan apa yang ia lakukan.
Alston lalu melepas dekapan Jeslyn dan memperbaiki selimut dan membalut tubuh wanita yang selalu saja membuatnya khawatir.
Lagi-lagi Jeslyn dengan nakal bangun dari tidurnya dan mengalungkan kedua tangannya ke leher Alston dan tepat bibir mungilnya melumat habis bibir alston yang terpaku karena bibir manis wanita ini yang baru saja meminum-minuman keras, rasanya manis sekali, masih ada rasa alkohol di sekitar bibir Jeslyn. Alston tak bergeming sama sekali dan membiarkan Jeslyn melumatnya habis seperti sebuah lelehan coklat.
Dengan gairah yang luar biasa dan gairah yang bangkit. Alston lalu membalas lumatan Jeslyn ketika merasakan lumatan gadis itu menjadi begitu liar.
Gairah Alston kembali bangkit, Alston memang sangat kecanduan dengan bibir serta tubuh Jeslyn yang begitu mungil dan begitu menarik ketika di pandang, Alston ingin memangdangnya lebih lama.
Bibir Alston lalu memagut serta menjilati leher Jeslyn dan menandai kepemilikannya di sekitaran leher Jeslyn, lenguhan tertahan lolos dari mulut Jeslyn, akhirnya lenguhan itu membuat Alston semakin b*******h dan menempelkan tubuh Jeslyn ketembok, iapun mendekap Jeslyn dengan cumbuan yang membuat desahan napas wanita itu semakin kencang dan mengerang.
Entah yang mereka lakukan atas dasar cinta atau hanya nafsu semata, hanya mereka yang tau.
Jeslyn mengerang dan deru nafasnya semakin kuat, membuat Alston semakin liar saja melakukan cumbuannya, leher Jeslyn kembali memerah karena Alston menandai kepemilikan nya di sekitaran sana.
Deru napas Jeslyn semakin memekik ketika lumatan Alston menuruni lehernya dan turun di dua gundukan yang masih terbalut bra hitam itu, Jeslyn bergerak gelisah membuat Alston tak kuasa menahan nafsunya.
Desahan napas Jeslyn semakin kuat dan memecah di dalam ruangan kedap suara ini.
Jeslyn lalu mengalungkan kakinya di pinggang Alston, tubuh mereka bergesek tanpa mengenakan sehelaipun, gesekan tubuh mereka membuat keduanya semakin liar saja dalam aksinya.
Alston lalu membawa Jeslyn yang masih dalam keadaan bergantung di tubuhnya menuju ke ranjang yang sudah siap menjadi saksi bisu, mereka berdua memanas malam ini, bedanya kali ini Alston bermain begitu lembut tak seperti waktu itu meninggalkan bekas luka di tubuh wanita yang ingin ia lindungi itu.
Angin sepoy-sepoy dari arah jendela membuat keduanya semakin kalap.
"Please ... help me," bisik Jeslyn dengan suara yang parau karena di kuasai nafsu.
Alston sengaja membuat suara Jeslyn mengerang, mendesah dan menderu karena waktu pertama kali ia meniduri Jeslyn, wanita itu tak bersuara sedikitpun hanya menahan sakit dan meneteskan air mata saja.
"Ya tuhan kenapa ini nikmat sekali?" batin Jeslyn.
"Sadarkan aku, please." Lagi-lagi Jeslyn membatin.
Alston terpukau melihat keindahan dibawah tindihannya saat ini, molek tubuh sang gadis berusia 25 tahun, bening tak ada noda.
Alston lalu mempercepat gerakannya, semakin di percepat dan suara keduanya memecah kamar ketika sejuta sel milik Alston masuk kedalam rahim Jeslyn, dingin dan ia merasakannya.
Jeslyn lalu mempercepat napasnya karena merasa begitu lelah, keringat membasahi dahinya begitu pun tubuh Alston berkeringat karena kerja kerasnya.
Alston lalu mengecup kening Jeslyn penuh kelembutan.
Berbisik dengan mesra.
"Kau tak akan ku lepaskan, Sayang." Bisikan itu mampu membuat Jeslyn melayang.
Alston mendekap Jeslyn oembut, tubuh mereka masih bergesek karena tak mengenakan apa pun, Alston melihat jeslyn lagi-lagi tertidur seperti waktu pertama kali mereka bercinta di kamar ini.
Alston tersenyum simpul melihat gaya tidur Jeslyn yang benar-benar menarik, Alston menatap tubuh mungil yang tergolek lemah tak berdaya dihadapannya.
Kenapa wanita ini sangat cantik? Meski ia sederhana, namun kerja kerasnya mampu membuat Alston mau melindunginya, apa yang menarik dari Jeslyn? Hanya Alston yang mengetahuinya.
Tbc.