Jeslyn terbangun karena haus ketika melihat jam yang di pajang di dinding ternyata malam sudah menunjukkan pukul 3, semalam begitu melelahkan baginya sampai ia kehausan tak tertahankan saat ini, ketika hendak beranjak dari tidurnya, Alston dengan cepat menariknya kembali tidur dalam pelukannya, Jeslyn lalu menyerendengkan kepalanya di atas bulu d**a pangeran iblisnya.
"Aku haus," ujar Jeslyn mencoba melepas dekapan Alston.
"Aku akan mengambilkannya untukmu, kamu tetap di sini saja," ujar Alston seraya memakai jubah putih miliknya, lalu melangkah ke meja kerjanya di mana ada segelas minuman di sana.
Setelah itu segelas air itu di berikan kepada Jeslyn, Alston kembali duduk di samping Nancye. Kini Alston menatap Jeslyn, dengan d**a yang terekspos, banyak bulus halus yang tumbuh di sekitaran dadanya. Jeslyn ternyata sudah tak pernah malu-malu lagi memperlihatkan kemolekan tubuhnya kepada Alston, Semua sudah biasa baginya, menjadi seperti ini bukan kemauannya, namun semua karena kebiasaan yang sudah menjadi-jadi.
Hal itu sudah terbiasa baginya jadi tak ada kata menolak.
Setelah meminum segelas air putih, Jeslyn lalu kembali tertidur, dan Alston menyusulnya setelah menaruh gelas kembali ke atas mejanya.
"Besok temani aku ke New york," Kata Alston.
"Buat apa?"
"Aku ada pekerjaan di sana, kemungkinan aku akan seminggu jadi aku memintamu menemaniku, karena aku tak akan tahan jauh darimu dalam waktu seminggu, jangankan seminggu, sehari saja mungkin aku tak sanggup," rengek Alston.
"Kan hanya seminggu lagian New York kan dekat."
"Seminggu bagiku adalah setahun, dan bukan New York seperti yang kamu pikirkan, Sayang."
"Baiklah." Jeslyn mengiyakan ajakan pangerannya itu.
"Aku senang dan bahagia, Jeslyn, karena kamu sekarang ada di sini. Dulu ... semua waktu yang kulewati bagiku tak ada yang istimewa, namun sekarang semua waktu yang kuhabiskan istimewa, itu berkat dirimu."
"Apa aku sangat berarti?" Jeslyn menatap Alston.
"Of course, Sayang."
Jeslyn tersenyum mendengar pernyataan Alston.
"Tapi ... tadi aku berjalan-jalan di sekitaran mansion, aku juga melihat ruangan kerja yang sedikit berbeda."
"Oh itu? Itu ruangan kerja ayahku, ayahku sangat suka hal yang sederhana, karena itu ruang kerjanya sengaja ayahku design khusus agar di saat bekerja ia bisa lebih nyaman."
"Aku pikir itu ruangan kerjamu."
"Aku juga sempat menempatinya, namun karena akses agak jauh dari perpustakaan jadi aku lebih banyak bekerja di sini."
Jeslyn mengangguk paham.
"Lihat itu, mereka orang tuaku." Tunjuk Alston pada poto yang terpajang di dinding.
"Ternyata kamu lebih mirip dengan wajah ibumu."
"Tentu saja. Kami memiliki banyak kesamaan, bukan hanya wajah tapi sifatpun km identik lebih sama," jawab Alston.
***
Esok paginya, setelah semua sudah siap, supir pribadi Alston sudah siaga di depan mansion setelah memasukkan koper milik Alston kedalam bagasi mobil.
Isi koper yang di bawa Alston bukan pakaian, atau pun keperluannya di sana, namun beberapa dokumen penting yang menumpuk.
Alston dan Jeslyn terlihat keluar menuju pintu utama, supir pribadi yang bernama Wef lalu membukakan pintu mobil untuk Tuannya dan kekasih tuannya dengan santun, sesekali menundukkan kepala tanda hormat.
Setelah masuk kedalam mobil, Wef lalu melajukan mobil meninggalkan pintu utama mansion.
Alston masih sibuk dengan tablet miliknya dan Jeslyn sibuk dengan menekuri jalan di sepanjang perjalanan mereka lewat kaca mobil.
Jeslyn mengerti kesibukan Alston jadi ia berusaha tak mengganggu kegiatan kekasihnya itu dengan tablet miliknya.
Di dalam perjalanan sesekali Jeslyn melirik ke arah Alston yang sedang sibuk dengan tab kesayangannya, Jeslyn sesekali tersenyum melihat keseriusan pangerannya itu bekerja.
"Aku tahu, kamu menatapku." Alston sekilas menoleh melihat Jeslyn.
"Ha ha ... oke oke, aku tidak akan mengganggumu," jawab Jeslyn.
"Aku kerjakan ini dulu." Alston membelai lembut rambut Jeslyn, membuat wanitanya itu tersenyum.
***
Lima jam kemudian ...
Perjalanan yang benar-benar sangat panjang.
Sampai di sebuah Villa, Jeslyn terkejut ketika melihat keindahan villa dengan panaroma laut di sekitarnya, di villa itu juga dia bisa melihat terbitnya fajar dan terbenamnya matahari.
Amazing. Everything is of interest.
"Tunggu aku di sini, Sayang. Aku akan kembali sejam lagi, aku ada urusan dengan pengurus villa ini," ujar Alston seraya melangkah keluar dari kamar.
"Aku di tinggal lagi," gumam Jeslyn lalu mengangkat kedua bahunya.
Jeslyn menarik nafasnya begitu dalam dan mengeluarkannya lewat mulut, ia merasakan kesejukan yang masuk kedalam kamarnya saat ini. Angin yang sejuk dan keindahan di sekitar laut membuat Jeslyn tak ingin melewatkan itu dan menggunakan ponselnya mengambil beberapa foto pemandangan yang begitu indah yang ada di hadapannya.
Setelah lelah mengambil beberapa foto pemandangan, Jeslyn lalu merebahkan tubuhnya di atas ranjang....dengan Kantuk yang begitu Menyerangnya saat ini.....ia pun tertidur pulas tanpa memperdulikan udara terbuka di sekitaran kamarnya.
Jeslyn lelah, wajar saja ia merasa Lelah ketika Alston lebih banyak bercengkrama dengan Tablet kesayangannya dengan orang orang Penting di kantor yang melakukan Video Call bersamanya.
***
Beberapa jam berlalu Jeslyn terbangun dari tidurnya dan merasa berat di atas perutnya ternyata pelukan Alston yang sedang tertidur lelap.
Jeslyn lalu menatap wajah tampan pangeran iblisnya itu dengan penuh pertanyaan.
"Apakah aku mencintaimu? Apakah aku sudah mencintaimu? Kenapa hati ini sangat susah mengatakan aku mencintaimu seperti yang kau katakan dulu" Batin Jeslyn.
Pangeran iblisnya lalu membuka matanya dan melihat Jeslyn sedang menatapnya.
"Kamu sudah bangun?" tanya Alston.
Jeslyn mengangguk.
"Sudah jam berapa sekarang?" Alston lalu meraih tangannya dan melihat jam yang melilit di pergelangan tangannya, Menunjukkan Pukul 10 malam.
"Ya Tuhan, aku ketiduran, kamu pasti lapar....akan ku suruh pengurus villa membawakan makanan untuk kita" Ujar Alston sembari beranjak dari tidurnya.
"Apa kamu sudah lama tertidur di sampingku?" tanya Jeslyn sembari beranjak dari tidurnya menyusul Alston.
"Lumayan lama" jawab Alston.
Ponselnya berdering dan telfon itu dari Asistennya yang ia tinggalkan di Amerika Untuk mengurus beberapa hal untuknya.
"Ada apa?" tanya Alston dengan tegas ketika Mengangkat telfon dari Asistennya Miltos.
"..........."
"What? Kamu serius dia telah melakukan hal itu?" Ruangan hening memecah ketika Jeslyn mendengar Alston geram seketika.
"............"
"Baiklah untuk sementara Biarkan saja seperti itu, akan ku lihat seberapa kuat dia" kata Alston.
"..........."
"Iya" jawab Alston dan mengakhiri telfonnya bersama asistennya Miltos....
"Ada apa?" Tanya Jeslyn ketika melihat Alston berwajah kesal saat ini bak iblis yang akan membunuh seseorang dengan belati.
"Miltos menelfon"
"Apa yang ia bicarakan sampai membuatmu marah seperti ini Alston?"
"Paman Lazuardy membatalkan Proyek yang ada di Spanyol, dia selalu saja membuatku kesal"
"Trus?"
"Begitulah Paman lazuardy selalu saja memutuskan semuanya sendiri karena itu aku tak mempercayainya..." Ujar Alston geram.
"Apa itu proyek penting?"
"Iya sangat penting bagiku"
"Apa ada hubungannya dengan proyek yang berada disini?"
"Di Sini aku melakukan Bisnis Raksasa sayang....dan tak ada hubungannya dengan Proyek di spanyol, aku akan menjelaskannya nanti" Ujar Alston sembari menyuruh Anak Pengurus villa untuk masuk menyiapkan makanan untuknya dan juga Untuk Jeslyn.
"Apa kamu sejak dulu memang tak akur dengan Pamanmu?" Tanya Jeslyn.
"Hmm, semenjak Ayahku masih hidup Lazuardy selalu memutuskan semua hal dengan seenaknya, karena itu aku tak menyukainya dan selalu menentang keputusannya"
"Aku juga melihat sesuatu yang ganjal dari Pamanmu, aku minta maaf, mungkin aku hanya terlalu berpikir sejauh itu" Ujar Jeslyn tak enak Hati.
"Itulah, aku tak percaya padanya, dia tak pernah berada di Pihak Ayahku ataupun di Pihakku"
"Tapi walaupun begitu, Dia tetap dan akan selalu menjadi Pamanmu"
"Paman macam apa yang selalu menusuk keponakannya dari belakang?"
"Aku Percaya, kamu bisa mengatasinya"
"Karena itu Aku curiga, Kematian ayah dan Ibuku ada hubungannya dengan Lazuardy" Ujar Alston Geram.
"Jangan sampai kamu berpikir buruk tentang Pamanmu Alston, Mungkin saja Dia hanya__"
"Tuan muda, Nona, makanan sudah siap" Ujar Anak Gadis pengurus Villa.
"Terima kasih ya, Kau bisa kembali" Ujar jeslyn.
"Tentu" Anak Pengurus Villa Menundukkan kepala tanda hormatnya dan Berjalan Meninggalkan Alston dan Jeslyn yang sedang bercengkrama.
"Ini salahku, Karena aku terlahir sebagai penerus ayahku"
"Dan kamu menyesalinya?"
Alston terdiam.
"Aku tak menyesalinya, aku hanya tak ingin orang tuaku sampai Terbunuh hanya karena kekayaan ini" Ujar Alston
"Kita bisa membicarakannya nanti, sekarang kita harus makan, aku sangat Lapar" Ujar Jeslyn.
"Hmm, Tentu saja, kau sepertinya sudah kehilangan separuh Jiwamu karena lapar" Ejek Alston.
"Haha, jangan mengejekku"
"Aku tak mengejekmu sayang, itu terlihat jelas di wajahmu"
"Kamu sudah tau ternyata, lumayan menahan lapar sampai jam 10 malam karena aku tertidur"
Jeslyn dan Alston bercengkrama sambil menikmati makanan di atas meja yang sudah di siapkan anak gadis pengurus Villa.
"Aku suka makanan ini" Ujar Jeslyn kagum.
"Bukankah kamu memang suka semua makanan? Dan makanan lah yang selalu membuatmu bangkit" Ejek Alston
"Apaan sih, jangan mulai mengejekku"
"Oke oke makanlah"
TBC