Robert melangkah pelan menuju ruang tahanan tempat dia menahan 2 orang pria tak dikenal yang membawa senjata ilegal dalam jumlah besar. Entah ke mana persenjataan itu akan dikirim, yang jelas. Ada sesuatu yang mencurigakan di sini. Sudah bertahun-tahun lamanya, dia tidak menemukan kasus seperti ini lagi. Negaranya aman dari barang-barang ilegal dan penyelundupan senjata seperti yang terjadi saat ini. Bahkan perlindungan Dave sebagai The King yang menyeluruh, membuat situasi semakin terkendali dengan kerja sama yang terjalin kuat dengan sistem keamanan milik negara. Mengingat penyelundupan senjata-senjata itu menggunakan jalur darat, sepertinya dalang dibalik penyelundupan senjata-senjata itu sudah memiliki akses. Ha, tidak salah lagi. Ada perdagangan ilegal yang kini menyambangi negaranya lagi.
Beberapa kali, Robert mengangkat sebelah tangannya kemudian tersenyum tipis ke arah para tawanan yang berada di sana. Meninggalkan Viora dan Queen di rumah sakit hanya berdua, tentu saja membuatnya cemas. Oleh karena itu, pagi-pagi sekali dia mengunjungi sel tahanan untuk melihat situasi dan berjaga-jaga kalau saja beberapa jam lagi, Viora akan bangun dari tidurnya. Dan mendapati dirinya yang tak berada di dekat Viora, tentu saja akan membuat Viora marah. Ke tidak adilan dirinya di penampilan Viora tadi malam, sudah membuat Viora kesal. Ditambah, kesibukannya hari ini. Entah bagaimana dia akan menghadapi Viora nanti.
Trang!
Robert mengambil rantai yang menutup pintu jeruji besi itu, kemudian menepuknya pelan sehingga menimbulkan suara sedikit nyaring begitu berbenturan dengan besi sehingga membuat dua orang pria itu terbangun.
“Selamat pagi,” ucap Robert membuat dua pria itu duduk setelah bangkit dari pembaringannya yang hanya terdapat kasur dan bantal tipis berwarna putih.
Ke dua pria itu saling berpandangan sejenak. Mereka ingat siapa polisi yang saat ini mengunjungi mereka pagi-pagi sekali. Polisi itu, adalah Polisi yang menangkap mereka tadi malam. Hanya saja, mereka tak habis pikir bagaimana bisa polisi itu mencurigai barang bawaan mereka yang sudah dikenal rapi ke dalam truk makanan.
Berita penangkapan ini pun, pasti sudah sampai ke telinga pemimpin mereka. Dan sepertinya, saat ini pemimpin mereka sedang marah karena kesenangannya sudah di usik dan sebentar lagi pasti akan terjadi kekacauan besar di negara ini.
“Kemari!” suara Robert yang dingin, tentu saja membuat ke dua pria itu mendekat. Sebisa mungkin, mereka harus tetap merahasiakan siapa pemimpin klan mereka meskipun nyawa mereka harus menjadi taruhannya.
“Ya, Sir!” jawab salah satunya dengan tegas setelah mendekati Robert dan hanya dipisahkan oleh besi-besi kurungan itu saja.
“Aku tidak punya banyak waktu,” ucap Robert dengan suara sedikit memelan. “aku juga tidak punya banyak penawaran.” Lanjutnya sambil menatap ke dua pria itu tajam. “sekarang, katakan siapa pemimpin kalian dan aku jamin, kalian akan bebas hari ini juga.” Tegas, padat dan menjurus ke pokok permasalahan. Seperti itulah, kinerja Robert selama bertahun-tahun sebagai aparat keamanan negara. Dia memang tidak suka bertele-tele untuk menginterogasi penjahat dan menemukan dalang dibalik kejahatan seperti ini. Usianya boleh melewati setengah abad, tapi semangatnya untuk menumpas kejahatan tentu saja masih berkobar.
Ke dua pria itu kembali menatap satu sama lain. Polisi di depan mereka saat ini, tak bisa di anggap remeh. Polisi itu sangat cerdik memanipulasi keadaan.
“Kami memperjual belikannya sendiri. Tanpa perintah siapa pun,” jawab salah satu dari pria itu yang kulitnya lebih gelap.
“Apa kalian yakin?” tanya Robert sambil mengangguk kecil seolah sedang mencoba untuk mempercayai apa yang pria itu katakan.
“Ya. Kami tidak bekerja pada siapa pun.” Imbuh pria satunya.
“Apa kalian siap menerima hukuman atas kejahatan yang kalian lakukan dengan menyelundupkan senjata-senjata Ilegal itu?” tanya Robert dan ke dua pria itu sama-sama mengangkat ke dua tangannya pertanda mereka tidak bisa melakukan apa pun lagi untuk membebaskan diri.
“Kami tidak bisa menyangkal lagi. Jadi, kami siap di adili.”
Mendengar jawaban ke dua pria itu, Robert menghela napasnya pelan. Hal yang paling sulit untuk menginterogasi seseorang adalah, saat orang itu memegang teguh janji yang dibuatnya pada seseorang yang orang itu percayai. Dia pun mengambil dua buah kartu identitas dari saku celananya. Kartu identitas itu, adalah milik ke dua pria yang saat ini berada di depannya.
“Kartu identitas kalian palsu. Kalian bukan warga Inggris tapi, warga Italy. Sekarang, apa kalian masih ingin menyangkal, jika sebenarnya kalian memiliki pemimpin? Satu-satunya orang yang menjadi dalang dibalik perdagangan senjata ilegal ini?”
Sekakmat!
Ke dua pria itu menelan salivanya kasar. Mereka tidak tau, polisi itu akan membongkar penyamaran mereka semudah ini. Sepertinya, polisi itu juga memiliki jaringan khusus di dunia pasar gelap sehingga untuk meretas sistem buatan pemimpin mereka pun bisa dilakukan dalam waktu sesingkat ini.
***
Viora merasakan hembusan angin yang menerpa wajahnya. Silau cahaya yang mengganggu kegelapan dalam kelopak matanya, akhirnya membuat dirinya membuka matanya yang terasa lelah.
Terang dan serba putih. Itulah kesan pertama yang dia temui pertama kali. Dan begitu, dia menolehkan kepalanya ke samping kiri, akhirnya dia mengetahui jika saat ini dirinya berada di rumah sakit.
“Ibu?” lirihan suara Viora, membuat seorang wanita yang saat ini sedang tertidur berbantalkan lengannya di samping tangan Viora, terjaga kemudian menatap Viora dengan cemas.
“Viora? Kau sudah bangun, Sayang? Kau baik-baik saja ‘kan?” Queen yang mendapati Viora memanggilnya, tentu saja sangat senang. Tangannya pun terulur menyentuh pipi Viora yang pucat.
Viora tersenyum tipis kemudian mengangguk. “Aku baik-baik saja, Bu. Jangan khawatir,” jawabnya. Tapi, se detik kemudian raut wajahnya berubah tegang saat dia tidak bisa menggerakkan pergelangan kaki kanannya sama seperti kaki kirinya yang masih bebas bergerak. Dan akhirnya, ingatan tentang bagaimana penampilannya tadi malam yang hancur berantakan, membuatnya tau jika kondisinya cukup parah sehingga harus berakhir di tempat ini sekarang.
“Ibu, kakiku ...?”
Queen yang menyadari perubahan Viora, tentu saja segera menenangkan Viora dengan memegang tangannya. Viora pasti akan merasa semakin terpukul setelah mengetahui jika kakinya cedera dan tak bisa menari lagi untuk sementara waktu.
“Tidak apa-apa, Sayang. Kakimu hanya cedera. Setelah sembuh nanti, kau bisa menari lagi,” ucap Queen meyakinkan. “kau tetap membuat ibu bangga, Vio. Jika saja, sepatumu tak mengalami masalah, kau pasti akan mempersembahkan penampilan terbaikmu seperti sebelumnya.” Lanjutnya meski dia tak yakin, apa yang dikatakannya tadi akan membuat Viora tenang setelah mengalami semua ini.
Viora menggigit bibirnya dalam. Pertunjukan tadi malam, adalah pertunjukan terbesar dalam hidupnya dan dia malah gagal. Sekarang, kakinya cedera dan dirinya tidak bisa menari lagi entah sampai kapan. Tentu saja, kegagalan ini menjadi pukulan terberat untuknya.
“Kapan, aku bisa menari lagi, Bu?” tanya Viora dengan manik matanya yang mulai berkaca-kaca.
Queen menelan salivanya kasar. Dia tau, apa maksud Viora menanyakan hal itu padanya. “Kau akan segera sembuh, Sayang,” jawabnya meski bukan hal itu yang ingin Viora dengar.
“Tolong, jangan mengalihkan pembicaraan kita, Bu. Aku ingin mendengar kapan kakiku bisa sembuh. Hiks!”
Queen memeluk Viora dengan erat. “2 minggu lagi, kau akan sembuh, Vio. Jangan menangis.”
“Bagaimana aku tidak menangis, Bu. Dalam 2 minggu ke depan, ada banyak pertunjukan besar dan aku tidak bisa ikut di dalamnya.” Isak Viora. Demi apa pun, dia merasa sangat sedih saat ini. Mungkin, keluarganya bisa membuatkan pertunjukan besar khusus untuk dirinya. Tapi, sungguh. Dia tidak pernah mau. Dia ingin merasakan bagaimana berjuang sendiri dan membuat dirinya sendiri bangga atas prestasi yang dia dapat.
Queen mengusap punggung Viora dengan lembut. Beginilah Viora. Anak tunggalnya itu, selalu semangat mengejar mimpinya untuk menjadi penari terbaik. Sejak remaja, Viora tak pernah lelah berlatih dan selalu mengikuti ajang perlombaan bahkan pertunjukan besar demi mencapai mimpinya. Atas kerja kerasnya sendiri, tanpa bantuan orang lain atau pengaruh kekuasaan keluarga besar yang Viora miliki.
“Jangan bersedih, Sayang. Sekarang pikirkan kesehatanmu dulu. Masih banyak waktu untuk mengikuti pertunjukan-pertunjukan itu. Yang terpenting bagi ibu dan ayah, adalah kau sehat dulu Viora. Jangan memikirkan hal lain.”
Queen melepaskan pelukannya. Dia mengusap wajah Viora yang basah oleh air matanya. Dia tau, bagaimana kesedihan yang Viora rasakan sekarang. Entahlah, dia pun tak tau bagaimana bisa sepatu yang Viora pakai memiliki cacat. Padahal, sepatu itu selalu bersama Viora saat pertunjukan tari Viora yang lain.
“Beristirahatlah, Vio. Ibu akan marah, jika kau menangis lagi dan tak memikirkan kondisimu saat ini. Ingat, kesempatan tak hanya datang sekali. Kau masih muda, dan masa depanmu masih panjang, Sayang. Masih banyak pertunjukan besar yang akan menanti kehadiranmu,” ucap Queen. “kegagalan tidak seharusnya membuat kita lemah dan menyerah, Viora. Justru dari kegagalan lah, kita bisa lebih memaknai arti perjuangan yang sesungguhnya.”
Viora hanya mengangguk kecil. Meski dia merasa sangat sedih, tapi yang ibunya katakan benar. Kegagalan ini tidak boleh membuatnya menyerah sampai di sini. Perjuangannya masih panjang, dan dia akan membuktikan pada dunia, jika dirinya adalah penari terbaik di masa ini.
***
Catatan: Cerita ini berkaitan dengan n****+ berjudul Trapped By The Boss. Silakan baca n****+ tersebut jika berkenan dan ingin mengenal siapa tokoh-tokoh yang berada di dalam cerita ini karena karya tulis saya saling berkaitan dengan n****+-n****+ saya yang lainnya.
Cerita ini akan update setiap hari kamis dan minggu sebelum update setiap hari. Jadi, jangan lupa tap Love dan komentar, karena n****+ ini akan gratis sampai tamat nanti. Terima kasih.
Part ini sudah diperbarui.