Perempuan berambut hitam legam tersebut bingung harus bagaimana ia berekspresi menggambarkan kondisi hatinya hari ini, setelah tertampar kasus kekasihnya yang selingkuh dengan sahabatnya sendiri ia juga harus keluar dari perusahaan tersebut secara sadar diri sebab posisinya tak lagi dibutuhkan. Ia berjalan gontai dengan pandangan melamun, pikirannya terbang entah kemana. Suara klakson motor dan teriakkan dari beberapa orang yang berlalu lalang berhasil menyadarkan lamunannya, tubuhnya terasa tertarik ke samping hingga semua barangnya jatuh berhamburan. Hampir saja ia menjadi korban kecelakaan.
Perempuan tersebut bangun lalu menatap laki-laki yang baru saja menolongnya itu. Ia berusaha mengatur napasnya yang masih ngos-ngosan. “Kamu nggak papa? Lain kali jangan melamun kalau jalan.”
“Nggak papa, Pak, terima kasih. Maaf merepotkan.” Perempuan itu lalu membereskan barang-barangnya.
“Habis di pecat?”
“Saya nggak di pecat, Pak, tapi sengaja resign. Soalnya sadar diri, Pak, kalau sudah tidak dibutuhkan kembali sama perusahaan tersebut.”
Laki-laki tersebut terkekeh pelan, ia menggelengkan kepalanya singkat. Tangannya terulur membantu merapikan barang-barang yang berhamburan di jalan tersebut. “Greesa? Nama yang bagus. Oh iya kamu butuh pekerjaan kan? Kebetulan posisi sekretaris pribadi saya kosong, kamu mau isi?”
Perempuan yang semula menulikan pendengarannya lalu menoleh ke laki-laki yang menunggu jawabannya itu. “Beneran, Pak? Kebetulan pekerjaan terakhir saya dengan perusahaan lama itu sekretaris, kapan saya bisa mulai bekerja?”
“Nama saya Aksara Danu Ganendra, kamu bisa ikut saya sebentar untuk tanda tangan kontrak.”
“Tapi, saya nggak ada tempat tinggal. Nggak mungkin saya satu atap sama pengkhianat kan, Pak? Jadi saya harap anda paham maksud saya,” ucap Greesa dengan menghembuskan napasnya.
Aksara menganggukkan kepalanya, ia mengeluarkan ponselnya lalu menyuruh anak buahnya untuk datang menjemput. “Karena posisi kamu bekerja sebagai sekretaris pribadi, jadi kamu tinggal di apartemen sebelah apartemen saya. Semua akan di urus asisten saya, nanti dia bakal kasih tau kontrak dan juga jadwal saya selama seminggu ini.”
###
“Jadi ini jadwal Pak Aksara beberapa hari ke depan yang sudah saya rekap, yang lain berkas-berkasnya udah saya tumpuk di ruangan kamu ya. Oh iya, kalau ada perlu sesuatu bisa hubungi saya. Tolong nanti tanda tangan kontrak kirim ke email saya,” ucap Sagara dengan memperkenalkan ruangan di apartemen tersebut. Greesa membaca perlahan dokumen tersebut, lalu menganggukkan kepalanya.
“Bagaimana Nona Greesa? Saya harap anda segera menyesuaikan situasi dan kondisi di sini ya, Pak Aksara itu orangnya disiplin sekali dan tidak suka membuang sia-sia waktunya yang berharga. Ada yang ingin ditanyakan Nona Greesa, sebelum saya tinggal?” Greesa menggelengkan kepalanya.
“Terima kasih, Pak Sagara, untuk saat ini belum ada.”
Tak berselang lama laki-laki itu pun mengundurkan diri dari apartemen barunya, Greesa membuka perlahan ruang kerjanya yang ternyata terhubung dengan apartemen bosnya. Ia menghembuskan napasnya perlahan. “Udahlah terima aja daripada lontang-lantung di jalanan.”
“Gue belum lihat jadwal Pak Bos sampai minggu depan, mungkin gue data semua aja kali ya biar nanti enak. Lagian gue mau ngapain nggak ada kerjaan gini, mending kerja. Ayo semangat kerja lagi Gree, lo sekarang punya bos baru sama lingkungan baru. Lo harusnya makin kuat, ayo semangat!” Tanpa ia sadari air matanya mengalir tanpa dapat dicegah. Tangannya mengusap air mata tersebut dengan kasar.
“Nggak usah nangis, Gree, lo tuh cuma buang-buang air mata buat orang nggak jelas. Mending simpen energi lo buat kerja,” lanjut Greesa dengan mengatur napasnya.
“Lo nggak boleh nangisin apa yang udah buat lo sakit hati, nggak ada gunanya sama sekali. Udah jangan nangis lagi ya, Greesa kan cantik.” Lagi-lagi air mata tersebut kembali berderai. Sekuat apapun ia menahan akhirnya luruh juga benteng pertahanannya.
###
“Kemana lagi nih, Bos? Lo mau pulang aja apa mau mampir mana dulu gitu?” Laki-laki yang duduk di kursi sampingnya tersebut tetap fokus memperhatikan perempuan di seberang jalan, dari pandangan mata dan juga jalannya bisa dipastikan jika perempuan tersebut tengah memiliki masalah berat.
“Gue rasa tuh cewek banyak beban hidup banget deh, Ra, lihat deh pandangannya aja nggak fokus sama sekali. Bentar lo jangan jalanin mobil dulu, gue takut terjadi hal yang enggak-enggak sama tuh cewek.”
Laki-laki yang dipanggil Ra tersebut hanya tersenyum miring, ia menggelengkan kepalanya perlahan. “Tumben banget lo perhatian sama lingkungan dan manusia di dalamnya, biasanya enggak. Lo naksir sama dia? Tapi emang bener sih, tuh cewek bisa aja dikepung begal atau rampok ntar di tempat sepi.”
Tak selang beberapa lama, laki-laki berjas tersebut keluar mobil lalu berlari ke arah perempuan tersebut. Ia menarik tangan perempuan tersebut hingga barang-barang bawaannya berceceran, hampir saja perempuan itu menjadi korban kecelakaan.
Bahkan warna bola mata mereka sangat mirip sekali, apa benar perempuan ini reinkarnasi?