NE 43 - Teror kedua

1892 Kata

“Dia adalah calon istri gue, Dilan, sekaligus menjabat sebagai sekretaris gue sendiri. Dia cantik luar dan dalam, jadi jangan pernah ganggu hidup gue lagi. Lo harus inget kalau gue sekarang udah punya kehidupan gue sendiri dan udah ada kebahagiaan gue sendiri. Semua itu nggak bersama lo, Dilan.” Suara tegas laki-laki itu seakan kembali terulang merdu di telinganya, sejak semalam ia tak berhenti mengingat ucapan Aksara itu dan juga dekapan tangannya yang terasa hangat sekali di pinggangnya. Mengingat semua itu membuat pipinya menjadi merah merona seperti tomat, tak hanya itu senyuman Aksara pun juga ikut terngiang-ngiang dikepalanya. Ia tak menyangka jika laki-laki itu bisa membuatnya merasa terhantui kemana pun pergi, bahkan memandang layar laptop seperti saat ini pun terasa semua tulisan

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN