“Biar bagaimanapun, aku harus menemui Arion karena setelah ini semuanya benar-benar sudah berakhir.” Izzy melanjutkan. Devon menghela napas panjang lalu mendekat dan memeluk Izzy. Sebuah kecupan diberikan Devon pada puncak kepala Izzy sambil menghirup wangi shampo yang disukainya. “Ayo, kita ke kamar.” Devon mengajak Izzy yang langsung melepaskan diri dari Devon lalu menggeleng. “Oh, aku lupa. Kamu lapar ya?” tawar Devon pada hal lain yang ia pikirkan. “Bukan itu ....“ “Atau kamu mau pesan makanan di luar? aku hanya bisa membuat sandwich!” aku Devon makin konyol. Izzy cepat menggelengkan kepala tak terpancing oleh lelucon tersebut. “Aku minta kamu pergi dari rumahku.” Kedua bahu Devon kembali turun karena kecewa. Izzy kembali mengusirnya untuk yang ke sekian kalinya. “Kenapa lagi?” p