Tidak bisa berbuat apa pun membuat Devon akhirnya beranjak pergi dari sana. Ia masuk ke mobilnya dan mundur untuk masuk ke garasinya di rumah sebelah. Menjelang tengah malam, Devon masih berusaha menghubungi Izzy. Ia ingin menyelinap masuk tapi harus membobol pintu lagi. Rasanya ini bukan saatnya untuk melakukan hal tersebut. “Apa yang harus aku lakukan sekarang? Kenapa dia bisa marah?” gumam Devon pelan berbaring di atas ranjangnya. Ia memutuskan untuk mengirimi Izzy pesan. ‘Sayang, kenapa kamu pulang sendiri dan tidak mau mengangkat panggilanku?’ Izzy yang berbaring di ranjangnya melirik pada ponsel yang bergetar dua kali tanda pesan masuk via chat pribadi. Tangannya mengambil ponsel untuk memeriksanya lalu membaca pesan Devon. Dengan bibir yang dimajukan karena kesal, Izzy mengambe