Shena menghapus air matanya secara kasar, melihat bagaimana keadaan ayahnya terbujur di kasur rumah sakit. Pria itu harus segera melakukan operasi ginjal, sedangkan Shena tidak memiliki uang untuk membiayai operasi ayahnya.
Shena sekarang hanya seorang janda tanpa anak, bahkan dirinya harus menjadi buruh cuci dan pelayan kafe untuk mencari uang makan selama setahun ini.
Shena dulunya menikah dengan Leo—pria yang memiliki segalanya. Pria yang juga mematahkan hatinya, karena pengkhianatan pria itu. Leo memilih bercerai dari Shena, daripada memutuskan pacarnya.
Hati Shene remuk redam saat menghadiri sidang perceraiannya satu tahun yang lalu. Bagaimana Leo tersenyum menghina pada Shena, mengandeng tangan wanita jalang yang merusak rumah tangganya.
Shena kembali menitikkan air matanya, ketika mengingat bagaimana pengkhianatan Leo padanya. Shena mencintai Leo, dengan hati yang tulusnya. Namun, ternyata Leo tidak mencintai dirinya.
Leo mengatakan saat mereka menikah dahulu, kalau Shena tidak lebih dari istri yang diinginkan oleh ibu pria itu. Selama setahun menikah dengan Leo, Shena tidak pernah disentuh oleh pria itu.
Alasannya?
Leo mengatakan kalau jijik menyentuh Shena, gadis kampungan yang berharap menjadi nyonya besar. Padahal Shena tidak pernah berpikir seperti itu, gadis itu mencintai Leo dengan tulus.
"Shena, ayahmu harus segera dioperasi."
Ucapan Dokter mampu membuat Shena terdiam dan tidak tahu harua mencari uang ke mana. Uang simpananya juga sudah habis untuk membayar ruang rawat ayahnnya. Tapi, dimana sekarang dirinya harus mencari uang.
Biaya operasi tidak sedikit. Tadi Shena menanyakan pada pihak administrasi, biaya operasi sekitar 45 juta. Dimana dirinya mencari uang sebanyak itu?
Shena menghapus air matanya dan berjalan keluar dari ruang rawat ayahnya. Ia tidak bisa membiarkan ayahnya terbaring di sini terus menerus.
"Tidak ada pilihan," ucap Shena sendu.
***
Shena menatap gedung pencakar langit yang berada di depannya. Perusahaan milik mantan suaminya. Shena berjalan memasuki perusahaan yang dahulunya wanita itu sering ke sini mengantarkan makanan dan berkas milik pria itu.
Kini Shena kembali lagi menginjakkan kakinya, memasuki perusahaan milik Leo. Dengan status sebagai janda pria itu.
Shena tersenyum pada satpam yang menjadi pintu, dirinya berjalan menuju resepsionis menanyakan apakah Leo ada di sini atau tidak?
"Mbak Lin, Pak Leo ada di dalam ruangannya?" tanya Shena pada resepsionis yang sudah sangat dikenalnya.
Wanita yang dipanggil Lin itu tersenyum senang melihat Shena berada di kantor. Setelah setahun lebih Leo dan Shena bercerai, mereka tidak pernah melihat Shena lagi.
Karyawan di sini sangat menyukai Shena, wanita itu sangat baik kepada semua orang dan selalu memberikan makanan bila wanita itu memasak cukup banyak. Ketika mendengar atasa mereka bercerai dari istrinya, mereka menyayangkan Leo menceraikan istri yang baik hati.
"Heh, Mbak Shena. Pak Leo ada diruangannya kok, tanya aja sama Mbak Mei nanti di atas."
Shena mengangguk, mengucapkan terimakasih pada Lin dan berjalan menuju lift dan menekan tombol paling atas perusahaan ini. Shena mendesah kasar, tidak tahu harus berkata apa pada Leo.
Shena berniat meminjam uang Leo, dan Shena akan menggantinya secepat mungkin. Dirinya tidak akan mau berhutang lama-lama pada pria yang mematahkan hatinya beribu kali.
Shena tersenyum pada sekretaris Leo yang sangat dikenalnya. Sudah setahun lebih, ternyata sekretaris pria itu tidak diganti juga.
"Mbak Mei, apakah Leo ada di dalam?" tanya Shena pada wanita yang sedang fokus bekerja itu.
Wanita yang dipanggil itu menatap Shena dan tersenyum senang. Mei sangat merindukan Shena, yang sering memberikannya makanan. Semenjak setahun belakangan ini Mei tidak pernah melihat Shena lagi.
"Ahh, Pak Leo ada diruangannya Mbak. Masuk aja, dia nggak ada tamu hari ini."
Shena mengucapkan terimakasih dan berjalan memasuki ruangan Leo, sebelum membuka pintu ruangan pria itu, Shena menarik napasnya perlahan dan membuangnya perlahan.
Pria yang masih mengisi hatinya dan juga memberikan sejuta luka pada dirinya. Shena tidak bisa melupakan Leo, walau sudah banyak pria yang ingin meminangnya. Namun, rasa trauma dalam pernikahan, membuatnya menolak.
Shena membuka pintu ruangan Leo, setelah memberanikan dirinya. Dia terpaku melihat bagaimana seriusnya Leo bekerja dan mengetik di atas keyboard laptop pria itu.
Ya Tuhan, dirinya semakin tidak bisa melupakan Leo. Seharusnya ia tidak datang ke sini dan menemui pria itu lagi.
Leo yang sedang fokus bekerja, mendengar seseorang masuk dalam ruangannya dan hanya diam.
"Mey, kau ingin apa? Cepat katakan!" ucap Leo tanpa mau bernada manis.
Shena mendesah kasar. "Mas, aku bukan Mei."
Leo berhenti mengetik di laptopnya, menatap pada Shena yang berdiri tidak jauh darinya dengan menampilkan senyuman manis gadis itu.
Leo terpaku melihat Shena beberapa saat dalam tangannya. Seolah tersadar, Leo kembali memasang wajah datar.
"Shena, kenapa kau kemari setelah setahun kau tak menampakan wajahmu padaku?!" tanya Leo sembari menutup layar laptopnya.
Shena menunduk melihat tatapan tajam pria itu padanya. Leo tidak pernah berubah, masih saja membenci dirinya. Padahal Shena tidak pernah memaksa Leo menerima pernikahan mereka.
"Aku ingin meminjam uang. Ayahku sedang sakit," ucap Shena memberanikan dirinya menatap wajah Leo kembali.
Leo menyeringai, menatap mantan istrimya yang semakin cantik saja. Ahh, Leo tergoda untuk meniduri mantan istrknya detik ini juga. Melihat bagaimana kain lusuh Shena yang berusaha menutupi p******a wanita itu.
Satu ide muncul di benak Leo, melihat bagaimana Shena membutuhkan uang untuk biaya pengobatan mantan mertuanya itu.
"Aku akan membantumu, tapi, aku ingin kau menjadi pemuas nafsuku!" ucap Leo sinis.
Shena menatap tidak percaya pada persyaratan yang diajukan oleh Leo padanya. Shena sudah bercerai setahun yang lalu dengan Leo, pria itu mengkhianati cintanya dan lebih memilih wanita lain daripada Shena.
Sekarang Shena berdiri di depan Leo, memohon pada pria itu memberikan Shena pinjaman uang untuk kesembuhan ayahnya.
Shena hanya memiliki ayahnya di dunia ini. Shena tidak mau kehilanagan ayahnya. Hanya pada mantan suaminyalah Shena bisa mengadu.
"Aku bukan pelacurmu, Leo! Aku tidak akan mau menjadi pemuas nafsumu!" ucap Shena ketus.
Leo menyeringai, mantan istrinya sungguh menggoda sekarang. Saat bersama dengan Leo dahulu, kenapa Leo tidak sadar kalau mantan istrinya ternyata sangat cantik.
"Kau ingin uang, maka aku ingin tubuhmu!"
Shena menggeleng kembali menangis. Ketika pria itu menjadikan tubuhnya sebagai ganti uang yang didapat Shena dari pria itu. Sama saja Shena menjual tubuhnya pada Leo.
"Aku tidak mau! Aku tidak mau menjadi pemuas nafsumu! Ke mana perginya kekasihmu itu?!" tanya Shena berurai air mata.
Leo berjalan mendekati Shena, menatap mantan istrinya dengan senyuman sinis. "Aku sudah putus dengannya. Ternyata dia tidak bisa memuaskanku. Aku butuh pelajur baru, kau datang kemari ingin uang, maka aku ingin kau menjadi pelajurku," ucap Leo membelai pipi Shena lembut.
Shena menepis tangan Leo. Menatap pria itu dengan tatapan lukanya. "Sakit dihatiku belum sembuh. Kau ingin menambahkan sakit itu lagi?" tanya Shena dengan hati yang terluka.
"Seandainya Paracetamol bisa menyembuhkan sakit dihatiku. Maka aku akan meminumnya setiap detik."
Leo hanya diam melihat air mata Shen terus mengalir dan curahan hati mantan istrinya itu. Leo berjalan menuju sofa dalam ruangannya, dan menatap Shena datar.
"Kalau kau tidak mau tidak masalah. Kau bisa pergi dan kalau kau berubah pikiran datanglah lagi, aku akan menerimamu sebagai pelajurku," ucap Leo.
Shena memegang dadanya dan berbalik menatap pria itu. Ia memikirkan bagaimana keadaan ayahnya sekarang, dokter mengatakan ayahnya harus segera dioperasi.
"Aku akan menjadi pelajurmu. Kapan aku mulai memuaskan nafsu bejatmu itu?" tanyanya dengan terus menangis.
Leo tersenyum senang mendengar ucapan Shena. "Kau bisa memulai malam ini, dan ini uang untuk ayahmu," ucap Leo memberikan sebuah cek pada Shena.
Shena mengambil cek dari tangan Leo, menatap nominal uang dalam cek itu. Shena menahan napasnya. Leo memberikan uang seratus juta, padahal Shena hanya membutuhkan 45 juta.
"Aku hanya butuh 45 juta," ucap Shena dingin.
"Kau dan ayahmu orang miskin, kau bisa menggunakan uang hasil tubuhmu itu untuk usaha ayahmu yang kembali hancur," ucap Leo pedas.
Shena mengepalkan tangannya, melawan Leo percuma saja. Shena keluar dari dalam ruangan Leo tanpa mengucapkan apa pun lagi pada pria itu. Dirinya hanya ingin pergi, karena semakin melihat wajah Leo semakin cinta dan benci itu menjadi satu.
***