Ndusel-ndusel, ketjup wajahnya banyak-banyak, gesek-gesek hidung, cium bibirnya agak lamaan. Repeat! Usai pengulangan ketiga, baru gue berhenti. Kayak apa rasanya ketemu Ayra? Gue sendiri ngga bisa menarasikan perasaan bahagia yang ada di hati gue saat ini. Ayra tersenyum lalu mengecup punggung tangan gue sebelum ia lekatkan ke keningnya. “Kok Abang lama?” tanyanya kemudian. “Nulis laporan kematian dulu. Terus, diskusi sebentar sama konsulenku.” “Pasien Abang ada yang meninggal?” Gue mengangguk. “Kanker berulang, Ay. Pengidap sindrom Li-Fraumeni. Pernah dengar?” Istri gue menggeleng. “Penyakit genetik langka karena mutasi pada gen penekan tumor. Efeknya, tubuhnya banyak memproduksi tumor, Ay.” “Ya Allah … kasihan.” “Hmm. Tapi sekarang dia udah ngga sakit lagi.” Ayra mengangguk-an