27:AYRA: TAK GENTAR

1954 Kata

Dua hari kemudian. “Hai, Ayang,” sapa Abang hangat saat mengangkat panggilan video dariku. Di Jakarta saat ini menjelang pukul tujuh malam. “Tunggu ya, aku buka sweater sebentar.” “Abang habis pergi?” tanyaku kemudian. Layar ponselku kini mengarah ke langit-langit paviliun. “Iya, habis dari pasar. Mau ngisi kulkas. Kan besok aku udah kerja.” Abang pun muncul lagi. Sepertinya kini ponselnya ia letakkan di penyangga. Ia memberiku kecupan virtual, membuatku otomatis tergelak. “Apa kabar, Ay?” “Alhamdulillah baik. Abang gimana?” “Mmm … sibuk.” “Sibuk apa?” “Sibuk ngapain aja biar kangen ke kamunya ngga terlalu terasa.” Kembali aku terkekeh, sementara Abang tengah mengenakan apronnya. “Ya ngapain aja? Siapa tau Ayra bisa niru Abang,” ujarku lagi. “Pas sampai kemarin langsung bersih

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN