Prolog
Rasa sakit yang baru saja mencengkeram kuat-kuat dari hasil pengkhianatan di depan mata, sepertinya belum cukup untuk membuat sosok di depannya puas, lalu di susul teriakan dan kata-kata kasar. Mata itu makin mengilat tajam, dagu terangkat tinggi-tinggi terlihat begitu pongah, angkuh, kejam, terus saja membela diri, membenarkan tindakan pengkhianatannya.
Menggemeretakkan gigi kuat-kuat, menahan sakit dari cengkeraman di lengannya, setelah ini seperti biasa pasti akan menimbulkan lebam, menambah daftar lebam lain di tubuhnya. Melawan, hanya akan sia-sia karena jelas-jelas dari postur tubuh saja, dia terlihat sangat lemah dan tidak berdaya seperti biasanya.
Terus berusaha menyeretnya.
Sementara dirinya sendiri sudah tak peduli lagi dengan rasa malu.
Harusnya, orang-orang di sana dari pada hanya menghunjam dengan tatapan iba sambil hanya berbisik-bisik, tidak ada niatan untuk memisahkan pasangan tersebut, padahal jelas wanita yang diseret itu sudah terlihat sangat tak berdaya.
Di mana hati nurani mereka, sedikit saja tidakkah merasa kasihan melihat seorang perempuan di perlakukan begitu kasar di muka umum?!
Tidak tinggal diam, mencari cara karena dia harus selamatkan diri sendiri.
Kembali berdebat saat sosok itu tidak juga melepaskannya, terus berusaha mendorong sekali lagi dengan kekuatan penuh yang tersisa hingga berhasil terlepas, tanpa berpikir sedetik pun dia berlari dan sosok itu kembali mengejar sambil terus memanggil namanya dengan suara menggelegar dan memekakkan telinga.
Dia hanya bisa terus menangis, menatap lurus dan fokus pergi sejauh mungkin biarpun tubuhnya sudah gemetar. Langkahnya terburu-buru dan tidak tahu arah sampai—
BRAK!
Sebuah mobil menabrak, membuat ia terpental keras, tubuhnya berputar sebelum tergeletak pada aspal basah sehabis di guyur hujan.
Teriakan orang-orang di sekitarnya juga sosok itu memanggil namanya adalah hal terakhir yang di dengar.
Lalu dia tersenyum, akhirnya dia menemukan pelarian terbaik.
Ya, Mati adalah jalan terbaik untuk membebaskannya dari belenggu rasa sakit juga tidak akan bisa di temukan sosok itu lagi.
Pada cinta pertama yang menimbulkan luka.
--Bukan cinta pertama--
.
.
JUDUL : BUKAN CINTA PERTAMA
PENULIS : UNAARTIKA