Pertanyaan Sean seperti menggodanya. Memangnya apa yang harus dilakukannya? Zia refleks menggigit bibir bawahnya. Ia bingung dan detak jantungnya makin tak karuan. Zia kembali menjinjitkan kedua kakinya. Ia mendekatkan wajahnya lebih dekat pada Sean. Tepatnya mendekatkan bibirnya pada Sean. Tentu saja Sean langsung menyambutnya. Ia melumat lembut bibir Zia. Tak peduli rasa perih pada pelipis bibirnya yang baru saja diobati gadis kecilnya. Kali ini ciuman mereka juga tak berlangsung lama. Hanya lima detik saja Zia menjauhkan wajahnya dari Sean. Ya, ia ingat lelaki di hadapannya sedang terluka pada sudut bibirnya. Seharusnya ia tak memulai ciuman tersebut. “Maafkan aku, Paman,” Zia memasang wajah menyesal. “Kenapa minta maaf?” tanya Sean seraya mengusap lembut bibir Zia. “Haruskah saya