“Selamat pagi, Nona Zia,” sapa bi Asti saat Zia baru saja membuka pintu kamarnya. “Selamat pagi, Bi Asti,” balas Zia diakhiri senyuman ramahnya. Gadis melirik ke lantai dua, tepatnya ke arah kamar Sean setelah menjawab sapaan bi Asti. Entah kenapa ia merasa penasaran dengan lelaki itu. Sepulangnya tadi malam, tepatnya setelah ia mengatakan tak akan mengelak, Sean hanya memilih diam dan tak banyak bertanya. “Tuan Sean sudah berangkat pagi-pagi sekali, Nona,” ucap bi Asti menyadari raut wajah Zia penuh tanya. Zia hampir tersentak. Sejelas itukah rasa penasarannya di wajahnya? Gadis itu menggigit bibir bawahnya menyadari bi Asti tersenyum padanya. Ia lalu menatap jam dinding pada tembok ruang tengah. “Pagi-pagi sekali?” guman Zia seraya memasang wajah heran. Mungkinkah Sean menghindari