Pernikahan Alexander, Ceo sekaligus sang Putra Mahkota pewaris perusahaan WM Tech Creations dengan Rachel Grizelle Maven, putri bungsu Pengusaha Hotel digelar dengan sangat meriah di Hotel Bintang Lima, milik orang tua Rachel. Nuansa gemerlap putih dan biru menghiasi konsep pernikahan kedua keluarga Pembisnis sukses tersebut.
Pernikahan terpaksa terjadi demi menjaga nama baik Alexander, keluarga dan perusahaan besar yang kini berkembang pesat di Mancanegara. Alexander tidak ingin mengambil resiko jika perbuatan tidak sengajanya mengakibatkan saham perusahaan yang sedang naik menjadi turun. berita panas dirinya dan Rachel hanya orang tertentu dan kedua keluarga yang tahu. Alexander membayar mahal untuk menutup berita itu.
kini Alexander tampak mengagumkan mengenakan setelan Jas bewarna putih. potongan Jas yang Sharp dan seksi. Jas putih itu menjadi kunci untuk meningkatkan tampilan siluet tubuhnya yang tegap. Alexander memilih tampil menggunakan dasi pita bewarna hitam supaya tetap terkesan formal.
Manik mata biru safir milik pria tampan dengan fisik sempurna itu berpendar ke penjuru ruangan Hotel. Ia berdiri gagah dan terlihat rupawan dengan warna rambut aslinya yang blonde. Alexander menunggu kehadiran mempelai wanitanya. Tak beberapa lama, Rachel memasuki ruangan pemberkatan didampingi sang kakak, Erland Eduard Maven. Semua pasang mata lantas terfokus memandangi pesona kecantikan Rachel meski terhalang Veil pengantin yang mengurung fitur wajah perempuan yang berprofesi model tersebut.
Senada dengan Alexander, Rachel mengenakan gaun pengantin ekor panjang bewarna putih. terbuka pada bagian punggung memperlihatkan kulit putih semulus porselen. Gaun mewah dan elegan itu menunjukkan bentuk bahu dan tulang selangka miliknya. Rachel tampak memukau dengan tatanan rambut ikal blondenya, disanggul dan dipilin secara elegan menggunakan sulur longgar dan poni samping membingkai wajahnya, tampak indah memperlihatkan leher jenjang Rachel. dekat gulungan rambutnya, terdapat hiasan permata berkilauan.
"aku tidak menyangka dia mengalahkan kecantikan semua wanita di sini. bahkan Clarissa kalah darinya. dia bagai seorang Dewi!" puji seorang pria berada diantara kerumunan orang-orang yang terperangah menyaksikan kecantikan Rachel.
"benar. dia jarang terlihat, tidak seperti Clarissa. padahal mereka bersaudara mengapa sepertinya keluarga Maven lebih menonjolkan Clarissa dan Erland dalam memperluas bisnis Hotel?"
"aku tidak tahu. Tuan Muda pertama sangat beruntung mendapatkan wanita secantik nona Rachel. jika aku jadi dirinya, aku tidak akan tidur dan selalu melihat paras cantiknya yang tak tertandingi."
"bodoh!, Nona Rachel juga sangat beruntung mendapatkan Pewaris perusahaan Teknologi terbesar se-Asia."
Rachel tidak pernah mengira akan menggantikan posisi Clarissa, menikah dengan orang yang sama sekali tidak dicintainya. Rachel tanpa sadar meremas lengan Erland menyalurkan emosinya.
"Rachel, kamu telah menghancurkan kebahagiaan Clarissa. Tidakkah kamu menyadarinya?" sindir Erland.
"Baik keluarga kita dan Alexander sama-sama tahu siapa yang merancang permainan kotor. Kalau ada yang hancur, seharusnya itu aku bukan kak Clarissa!. Mahkota yang kujaga dirusak oleh orang asing. tidak ada yang bisa dibenahi, tidakkah kamu menyadarinya kakak?!" Rachel membalas sinis.
Erland tertegun, ia menyembunyikan semburat marahnya di tengah serbuan tatapan orang-orang yang menyaksikan keduanya berjalan menuju Alexander. ia marah karena keperawanan Rachel harus terenggut namun ia lebih marah melihat Clarissa terpuruk. di hati Erland, pria itu lebih menyayangi Clarissa dibanding adik bungsunya.
di hadapan Alexander, Erland melepaskan tangan Rachel yang menggandeng lengannya lalu menyerahkannya pada Alexander. keduanya menyapa menganggukkan kepala tanpa senyuman. Manik mata biru Rachel menghindari tatapan Alexander.
"sampai kapanpun aku tidak bisa mencintaimu," desis Rachel.
"aku juga tidak memintamu untuk mencintaiku. jelas-jelas dirimu yang merangkak naik ke ranjangku," Alexander menjawab santai, meski mereka tengah berdebat pelan, wajah mereka tetap menunjukkan ketenangan.
"Ayo pegang lenganku," Alexander yang terbiasa berwajah dingin baru saja tersenyum singkat dan menawan sehingga membuat para wanita single yang hadir disana merasa tertawan.
Rachel terpaksa menyentuh lengan Alexander. sepasang pengantin itu terlihat Bahagia dianggapan orang lain yang memandang. Padahal suasana hati keduanya sebaliknya. Alexander tahu dengan menikahi Rachel sama saja telah mengibarkan bendera perang pada adiknya.
Di depan Altar, Rachel sering kali mengusap air matanya perlahan menggunakan tissu yang ia genggam. Sementara Alexander hanya memandang datar ke depan.
Pendeta memimpin pemberkatan Alexander dan Rachel. Selesai mendengarkan khotbah dari pendeta, mereka langsung mengucap janji suci pernikahan. Alexander dan Rachel berdiri berhadapan dan saling bertatapan.
"Alexander Smith William Maxime, bersediakah engkau menerima Rachel Grizelle Maven menjadi istrimu dan berjanji setia dalam susah maupun senang, sehat ataupun sakit, serta mengasihi dan menghormati dia sepanjang hidupmu?"
"Ya, Bersedia."
"Rachel Grizelle Maven, bersediakah engkau menerima Alexander Smith William Maxime menjadi suamimu dan berjanji setia dalam susah maupun senang, sehat ataupun sakit, serta mengasihi dan menghormati dia sepanjang hidupmu?"
Rachel menggigit bibirnya sampai berdarah lalu menjawab dengan berat, "Bersedia."
Alexander mendapati cairan kental berwarna merah di bibir Rachel. warna itu lebih pekat dari perwarna bibir Rachel.
Pendeta memberkati cincin kedua pengantin sambil memercikkan air suci. setelah itu Pendeta mempersilahkan kedua mempelai mengambil cincin dan mengenakannya kepada pasangannya.
Alexander menyematkan cincin bermata berlian di jari manis Rachel. dengan rasa terpaksa, Rachel menyematkan pula cincin pada jari manis Alexander.
Alexander membuka Veil pengantin yang menutupi wajah Rachel dan secara agresif mencium bibir Rachel.
nafas Rachel memburu bersama rasa kagetnya. Alexander menghentikan ciumannya, memberi jarak, membiarkan Rachel menghirup rakus oksigen. Alexander mendekatkan wajahnya di telinga Rachel dan menempelkan tubuhnya pada tubuh Rachel, sehingga terlihat seperti sedang berpelukan.
"noda darah di bibirmu membuatku tertarik merasakannya," bisik Alexander, perkataannya tajam.
"menjauhlah!. aku benci bila harus dekat denganmu!. lagi pula orang-orang tidak akan tahu alasan dibalik pernikahan kita."
"apa kamu ingin mereka mencari tahu?"
"kalau mereka tahu berarti mereka lebih pintar mengalahkan kekuasaanmu," balas Rachel meremehkan.
"jika ada yang tahu dan membuat berita panas kita merusak Citraku, aku akan langsung membunuhmu!" ancam Alexander.
Rachel menelan paksa salivanya, baru kali ini ia melihat tatapan mengintimidasi Alexander.
"lakukan senatural mungkin," bisik Alexander menyatukan kembali bibirnya pada bibir Rachel. ia tidak dari hati melakukannya. semua hanya kamuflase.
Rachel tak menjawab, ia menutup mata tak ingin melihat wajah Alexander dari dekat. Rachel semakin membenci pria di hadapannya.
Alexander sedikit memiringkan kepalanya agar kedua hidung bangir mereka tidak bertemu. lalu melumat bagian kenyal milik Rachel. Alexander memejamkan matanya bukan karena sedang menikmatinya namun perasaan bersalah singgah di hatinya.
"ciuman ini begitu nikmat, karena aku membayangkan dirimu Olivia," batin Alexander.
"maafkan aku Lucas. aku tidak berdaya menolak pernikahan ini. apa aku gila jika aku masih mengharapkanmu yang menjadi suamiku," batin Rachel.