Kadang Lean berpikir, selucu itukah hidupnya hingga Tuhan membuatnya sebentar menangis dan sebentar kemudian tertawa. Kemarin dia seharian tertawa lepas bersama mereka. Bahkan, sepertinya seumur-umur baru itu dia bisa bahagia sampai lupa kalau hatinya masih berdarah-darah. Namun, baru juga sebentar sekarang dia harus mati-matian menahan denyut nyeri ketika sampai di depan sebuah rumah megah. Sakit! Jadi disini lah mama dan adiknya tinggal selama ini. Di dalam istana yang bahkan masih satu kota dengannya, tapi tidak sekalipun datang menengoknya. Bukan masalah iri mereka bergelimang kemewahan, sedang dirinya makan saja diungkit diperlakukan layaknya benalu di rumah papanya. Bukan seperti itu. Lean hanya tidak habis pikir, apa yang membuat mamanya setega itu tidak pernah mau datang mencariny