Seperti pepatah

1465 Kata
Pada akhirnya Baina hanya menghela nafas karena Emma sama sekali tidak peduli. “Aku ingin tahu kenapa kau begitu sulit dihubungi akhir-akhir ini. Apakah kau tidak memiliki waktu untuk kebersamaan kita?” tanya Abyan dengan mata tertuju pada karla. Sikap Karla masih sama seperti saat dia datang. Berpikir kalau dirinya seorang bintang sehingga begitu sulit menjejak bumi. “Kau masih bekerja di HSP sebagai karyawan event planner sehingga aku yakin kau tidak tahu bagaimana kesibukan sebagai model. Aku bukan lagi karyawan hotel yang kerjanya hanya menyambut tamu,” kata Karla kembali. Kembali senyum Abyan terlihat di bibirnya. Ternyata penilaian keluarganya benar. Karla tidak sebaik dugaannya. Selama ini dia hanya memanfaatkan dirinya. Bukan karena Abyan yang bodoh karena sejak awal-pun dia sendiri tidak yakin. Dia hanya berpikir untuk membuktikan kalau Karla tidak seperti yang keluarganya pikirkan. Setidaknya ada sisi positif yang bisa dia perlihatkan. Sayang, semua keinginan Abyan tidak terwujud. Karla hanya memanfaatkan dirinya saja karena dia sudah memiliki rencanya sendiri. Di belakang mereka, Emma dan Baina tidak memiliki keinginan untuk menguping tetapi Karla memang berencana agar mereka mendengarnya. Di belakang mereka, tanpa ragu Karla mengungkap alasan mengapa dia mulai keberatan bila dia terus berhubungan dengan Abyan. “Maksudmu berhubungan denganmu membuatmu rugi?” tanya Abyan tajam/ "Kau sangat tahu apa yang ada di dalam pikiranku. Aku tidak bisa terus bertemu hanya untuk hubungan yang tidak ada manfaatnya. Aku ingin kau tahu bahwa karier yang sejak lama aku inginkan sudah ada di depan mata dan aku tidak mau siapa pun merusaknya," kata Karla tenang. "Jadi, dengan berhubungan denganku, kariermu akan hancur? Kau lupa siapa yang sudah membantumu?" tanya Abyan memperjelas kalimat yang sudah diucapkan oleh Karla. Entah untuk yang keberapa kalinya. Abyan memang membantunya hingga menjadi sekarang ini, tapi apakah dia bisa terus bersama dengan lelaki yang dia tidak tahu apakah Abyan mengenal barang branded atau tidak. Kalau Abyan tahu, dia pasti memberikan uang yang jauh lebih besar untuk mendukung penampilannya bukan lagi memberi pada saat dia minta "Aku tidak lupa, tapi kau juga harus ingat kau tidak melakukannya secara total. Kau bahkan tidak bisa memberiku barang-barang mahal dengan kwalitas terbaik. Apa yang bisa kau berikan dari uang yang tidak seberapa itu?" Abyan tidak menjawab pertanyaan Karla. Dia sudah memiliki rencana untuk membuat mata Karla melihat seberapa penting dirinya dalam perjalanan karier seorang model. Karla, baginya hanya seorang perempuan yang tidak tahu membalas budi. Dia hanya model yang tidak bisa melihat dunia dengan matanya. Nama Abyan di dunia model bukan nama yang asing. Banyak agen yang mencari dirinya agar model yang berada di bawah naungannya bisa memakai produk Pravitel yang terkenal. Namun, Karla adalah pengecualian. Bagi dia nama Abyan sangat banyak dan Abyan yang dekat dengannya hanya beruntung bisa memiliki nama yang sama dengan pengusaha batu mulia dari Rusia. “Menurutmu dia manusia normal gak?” tanya Baina dengan suara yang sengaja dibuat agar Karla mendengarnya. “Normal karena dia mempunyai cita-cita. Bagiku dia terlalu pintar hingga aku tidak yakin apa dia masih membutuhkan otaknya atau tidak,” sahut Emma. Dia memang tidak mempunyai kepentingan dengan wanita yang menjadi kekasih Om ganteng, tetapi dia tidak rela kalau ada wanita yang memiliki mental benalu. Abyan mendengar jelas ucapan Emma dan dia tersenyum mengejek saat memandang Karla. Kenapa seorang gadis remaja yang baru dia temui sebanyak 2 kali bisa memberikan penilaian yang begitu tepat sedangkan dia tidak yakin kalau Karla pernah bertemu dengan Emma sebelumnya. Tentu saja Abyan tidak tahu karena Karla pernah bertemu dengan kedua gadis yang sedang menyindirnya. Dia bisa mengenali seorang Baina yang duduk menghadapnya sementara gadis yang membelakangi mereka? Karla tidak peduli sama seperti dia tidak peduli untuk memperpanjang waktu pertemuannya dengan Abyan. Baina seolah menantangnya pada saat dia berjalan menuju kasir sementara Emma masih duduk dan bersiap-siap bangun. Dengan wajah yang menyiratkan kemarahan, Karla bangun dari duduknya. Dia seolah tidak menerima ucapan dan tantangan yang diberikan oleh Baina sehingga dia menyusulnya cepat menuju kasir dan menyela Baina. “Aku duluan. Aku sangat sibuk sehingga waktu-ku sangat berharga,” kata Karla menyerobot Baina. “Eh, bebek aja tau yang namanya antri,” tegur Baina yang tidak terima dirinya di dorong dengan kasar oleh Karla. Emma yang melihatnya langsung menyusul Baina ke kasir begitu juga dengan Abyan. Dua pasang mata saling melempar pandangan. Satu dengan marah dan satu lagi dengan permohonan maaf. “Kau bilang aku bebek? Kau tahu siapa aku?” teriak Karla marah. “Tentu saja aku tahu. Kau adalah seorang resepsionis yang sekarang menjadi model. Seharusnya selama menjadi resepsionis kau sudah bisa belajar bagaimana bersikap ramah. Sayangnya kau bukan orang yang bisa memanfaatkan pengalaman yang sudah kau terima selama ini,” sahut Baina berani. “Kau berani melawanku?” tantang Karla galak. “Tentu saja. Di sini ada kamera cctv yang bisa melihat sikapmu yang tidak tahu aturan. Aku ingin tahu apa yang dikatakan media bila mereka tahu seperti apa dirimu. Apakah kau sudah sangat terkenal hingga bisa membungkam media?” Setiap kata yang diucapkan oleh Baina membuat Karla tidak berkutik. Sebelumnya dia begitu berani bicara kasar bahkan untuk melakukan tindakan yang paling kasar. Tetapi, begitu dia mendengar Baina menyebut cctv, mentalnya langsung anjlok. Seperti yang diucapkan Baina dengan lantang, dirinya belum sampai pada julukan artis terkenal sehingga dia tidak yakin nama dan popularitasnya bisa dipertahankan kalau dia bertingkah. “Aku tidak tahu kalau kau mempunyai pendukung gadis tidak tahu sopan santun ini. Atau kau memang sengaja mengundang diriku ke sini agar bisa dipermalukan?” cibir Karla. “Bukankah kau yang sudah memesan tempat ini? Aku bahkan tidak tahu kalau kau biasa makan di sini,” ejek Abyan. “Benarkah? Berarti café ini memiliki keberuntungan karena aku memilihnya. Sayang di sini menerima pelajar yang bisa-nya hanya mengganggu obrolan orang saja,” cibir Karla kembali. “Benar. Aku beruntung mendapatkan dukungan dari kedua gadis cantik ini dan aku berpikir untuk menjadikan mereka model yang berhasil dan tahu bagaimana menjadi manusia yang tahu terima kasih,” sahut Abyan. Dalam hati Abyan mengumpat kasar. Bagaimana dia bisa kehilangan pengendalian diri sementara sikap yang baru dia perlihatkan bukan kebiasaannya. Dia bukan lelaki yang banyak bicara dan dia tidak perlu bicara hanya untuk menyelesaikan masalah terhadap orang yang tidak dia sukai. “Benarkah? Kau pikir aku percaya. Aku mengenal gadis yang berdiri di sampingmu. Dia bahkan tidak berminat menjadi model dan aku yakin karena dia tidak memiliki kepercayaan diri yang sangat tinggi. Lalu apa yang akan kau lakukan?” ejek Karla. Karla sudah hilang akal karena ucapan Emma yang mengatakan kalau dia terlalu pintar dan tidak memerlukan otaknya lagi. “Dia bukan tidak memiliki kepercayaan diri, tetapi karena dia tahu menghargai siapa aku. Dia tidak akan pernah menjadi model karena dia adalah kekasihku yang sebenarnya,” jawab Abyan dengan bibir tersenyum. “Kekasih? Kau pikir aku percaya?” “Mengapa tidak. Kami bahkan pernah melakukan penerbangan ke Rusia dan dia selalu berada di dalam pelukanku. Hanya karena usianya yang masih muda sehingga aku memberinya kesempatan untuk menikmati masa remajanya lebih dulu,” jawab Abyan. “Kau…kau pikir aku percaya,” tanya Karla. Dia ingat kalau Zeny memberikan perhatian lebih pada Emma. Bahkan dia pernah mendengar Zeny dan Tania membujuk Emma agar dia ikut pencarian bakat yang diadakan oleh HSP. “Apakah ucapan Abyan benar dan dia hanya mempermainkan diriku sambil menunggu gadis itu cukup umurnya?” batin Karla. Wajahnya begitu jelek saat menantang Abyan agar membuktikan kalau mereka memang sepasang kekasih. Tanpa bicara atau kata-kata yang tidak berguna, Abyan segera menarik lengan Emma yang berada di sampingnya lalu merangkulnya erat dan menciumnya dengan lembut dan menuntut. Suara tertahan keluar dari mulut Baina sementara Emma yang tidak menduga Abyan berani berbuat macam-macam berusaha melepaskan diri tetapi lengan Abyan begitu kuat menahan kepalanya. Suara sepatu yang melangkah cepat lalu suara pintu yang tertutup cukup membuat Abyan mengangkat kepalanya. Plak!!! Suara tamparan yang dilakukan dengan keras membuat Abyan terhuyung kebelakang. Dia tidak menduga tenaga Emma begitu besar hingga dia sangat terkejut. Di depannya Emma berdiri dengan wajah memerah dan bibir yang sedikit bengkak karena dia sudah menahannya sebelum Karla pergi. Tidak ada suara yang keluar dari mulut Emma karena dia masih sangat terkejut. Hanya matanya yang memancarkan kemarahan yang sangat besar sementara wajahnya begitu pucat. “Maafkan aku. Tidak seharusnya aku melibatkan dirimu,” kata Abyan sambil memegang pipinya. ‘Gila, tamparannya ternyata bertenaga’. “Kalau kau tahu kenapa kau lakukan? Kita memang pernah berada di satu pesawat tapi aku bukan kekasihmu.” “Aku mengerti. Maafkan aku,” ucap Abyan lagi. Emma terlalu marah sehingga dia langsung menarik tangan Baina yang sudah selesai melakukan p********n. Dengan kasar, Emma melewati Abyan. Bukan sekedar lewat karena kakinya menginjak kaki Abyan dengan keras hingga Abyan nyaris menjerit kesakitan. Emma benar-benar meluapkan kemarahannya dan Abyan tidak bisa menyalahkan karena semua itu dia lakukan tanpa dia sadari. Gerakannya begitu spontan saat menarik kepala Emma dan memberikan ciuman yang bagi seorang Emma mungkin ciuman pertama.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN