“Ngomong apa lo barusan, hah? Lo tinggal ngaku dan minta maaf, bakal selesai masalah ini. Tapi lo masih mau menyangkal dari kesalahan lo?” tanya Doni dengan nada suara lebih tinggi, maka akhirnya sekarang siswa yang masih belum pulang pun tertarik melihat keributan yang terjadi. Panca yang makin terpojok karena dilihat banyak orang, bukannya mengikuti apa yang Doni katakan, dia malah makin menjadi. “Lah buat apa gue ngakuin kesalahan yang bukan gue buat! Minta maaf pun buat apa? Andin cuma pengen nuduh gue dan elo termakan bujukan dia, ya?” Sekali lagi Doni maju dan hendak memukul Panca, tapi untung saja Bagus dan Anjar dengan cepat menahannya. “b*****t! Lo nggak tahu malu, hah!” umpat Doni. “Ada apa ini?!” Semua siswa yang ada di sana seketika menoleh melihat kemunculan ketua OSIS di