Part 09

2086 Kata
"Berhenti, jangan sentuh dia !" *** Kemudian dengan langkah yang cepat Christ berjalan mendekati gadis tersebut, menyingkirkan tangan yang hendak menyentuh kepala sang wanita. "Menyingkir, Jangan sentuh dia !" Ucapnya lagi dengan lugas, menepis uluran tangan tersebut. Digantikan dengan uluran tangan darinya, Christ menyentuh pelan puncak kepala wanita didepannya. "Kamu ?" Tanya-nya sengaja di jeda, sambil kedua matanya menatap tajam wanita tersebut. Christ menarik pelan dagu yang tengah di tenggelamkan habis oleh wanita didepannya menuju kearah atas. Sambil menarik napasnya dalam, Christ memejamkan matanya ketika salah satu tangannya mulai menarik dagu tersebut kearah atas. "Hiks, Hiks, Hiks ...." Hanya suara isak tangis yang terdengar, membuat Christ semakin menghembuskan napasnya kasar. "Oke Rileks Christ, Rileks !" Monolognya dalam hati mencoba menguatkan diri sendiri jika saja dugaannya tersebut adalah benar ? Atau mungkin, sebaliknya ?. Namun baru juga setengahnya dagu tersebut terangkat, satu kernyitan halus kembali tercetak jelas di sana. "Dia ? Oh, my. ternyata dia bukan orang itu ?" Ucapnya sambil melongo tak percaya, syok dengan dirinya sendiri yang terlalu PD tapi ternyata dugaannya salah. Antara malu dan kecewa Christ hanya terkekeh polos sambil bergumam dalam hati. "Aku pikir aku sudah gila sampai bisa salah mengenali orang seperti ini" Gumamnya lagi dalam hati sambil terus terkekeh. Beruntung tidak ada orang yang mengetahui kelakuannya. Jika tidak ? Ya ampun, bisa dipastikan dia akan mengubur dirinya sendiri didalam tanah karena saking malunya. Setelah beberapa detik menetralkan rasa malu nya, Christ kembali memandangi gadis yang tengah menangis didepannya sambil sesekali matanya menelusuri dengan tajam wajah gadis tersebut dari mulai atas hingga bawah. Sepertinya dia pernah melihat wajah ini, tapi dimana ? pikirnya dalam hati ; Lama Christ terus termenung membuat sang supir dan wanita tersebut hanya mampu memandang heran dirinya. 2 menit 3 menit Tidak ada satupun yang berani membuka suara. Sampai pada menit ke-5 baru lah Christ kembali membulatkan kelopak matanya dengan sempurna. Dia ingat siapa wanita yang ada didepannya ini. Sambil berdehem pelan Christ mulai menetralkan kembali suaranya. "Ekhhem, Maaf-maaf tadi aku sedang mencoba mengingat kembali karena merasa pernah melihat wajahmu sebelumnya, dan sekarang aku sudah ingat siapa kau sebenarnya ? Apakah benar nama mu Leoni ?" Tanya Christ yakin dan terus terang. Membuat sang wanita yang ditanya sontak langsung menukik-kan salah satu alis nya dengan tajam ke arah atas "Hiks, iya kok Abang tau nama aku ?. Memangnya Abang kenal aku ?" Tanya sang wanita sambil berdiri. Leoni bahkan tidak ragu untuk berdiri di samping Pria yang tadi menyebut namanya. "Iya, Steve pernah menunjukan photo saudara perempuannya kemarin. Dia kakak kamu bukan ?" "Abang Steve, Hiks. ? I-iya. Kok Abang kenal Abang aku ? Abang siapa emang ?" Tanya-nya. Kali ini dugaannya benar. Christ menarik napasnya lega, Wanita didepannya ini merupakan adik satu-satunya dari Steve yang pernah ia lihat photo nya belum lama ini. "Emmm ... ya. Abang temennya Abang kamu. Udahlah nanti aja ceritanya didalam ! Kamu mau Abang antar pulang tidak ? Nanti Abang telpon Abang kamu di mobil !" Tawar Christ. Namun wanita didepannya enggan bergerak dan malah balik memandangnya dengan curiga, Sehingga Christ kembali melanjutkan ucapannya pada gadis tersebut. "Kalau kamu mau ikut dengan saya mending kamu masuk sekarang !, Bahaya lama-lama disini, takutnya ada binatang buas muncul ! Tapi kalau kamu tidak mau ? Kami akan pergi dari sini sekarang. Selamat menikmati keindahan hutan liar ini. Titip salam aja dari saya buat para penghuninya !" Ucapnya lagi dengan lugas. Membuat sang wanita refleks membulatkan matanya menatap tidak percaya ucapan dari pria didepannya. "Hiks ... tinggal disini yang benar saja ?" Leoni kembali menangis dan menatap lekat pria didepannya, menelusuri setiap inci dari tubuh sang pria, dari atas hingga bawah. "Tapi Abang beneran bakal anterin aku pulang kan nantinya ?" "Iya" "Abang bukan penculik kan ?" "Ya liat aja sendiri !, ada tampang penculiknya tidak ?" Ucap Christ mulai kesal. Dan Leoni kembali terdiam. Jika dilihat dari penampilannya ? Tentu saja pria didepannya ini lebih mirip pangeran tampan dari pada penjahat. "Lama. Jadi mau ikut atau tidak ?" Tanya Christ lagi mulai terlihat tidak sabar. "Eh, sabar dong bang ! Iya deh. Daripada disini mending aku ikut Abang aja Kalau gitu." Ucapnya langsung menerima tawaran pria didepannya. Merasa yakin jika pria yang saat ini berjalan didepannya merupakan orang yang baik. Mereka bertiga kemudian masuk kedalam mobil, meninggalkan tempat tersebut dengan Christ yang memandu jalan agar tidak tersasar lagi. Leoni bahkan sudah tidak menangis lagi saat ini dan langsung berbaur akrab dengan pria disampingnya. Sambil terus berceloteh, mulut kecilnya tidak pernah berhenti bergerak dan sesekali tersenyum sendiri menertawakan tingkahnya yang sedikit konyol. "Berisik. Kamu tidak capek ngomong terus dari tadi ?" Potong Christ menyela celotehan seseorang disampingnya sambil satu tangannya mengucek kasar telinganya, berpura-pura pengang mendengar celotehan wanita disampingnya. Sang wanita hanya tertawa. "Kan tadi Abang sendiri yang tanya kenapa aku bisa ada di sana ? gimana sih bang ?" Protesnya membela diri. Sepertinya Leoni merupakan penggambaran sempurna dari Steve, sifatnya hampir sama dengan sahabat Christ tersebut. Hanya saja yang ini 10 kali lipat lebih cerewet daripada dia, Begitu pikir Christ dalam hati. Memilih mengabaikan. Christ kemudian merogoh saku celananya untuk mengambil ponsel miliknya. "Abang mau telpon Bang Steve ya ?" "Iya. Udah mending kamu diem aja jangan ngomong lagi ! Pengang !" Ucapnya lagi tanpa ragu. Membuat lawan bicaranya hanya mampu mengerucutkan bibirnya kesal. Christ kemudian menekan nomor Steve dilayar ponselnya. Baru satu deringan, panggilan tersebut sudah terangkat. =] Steve ; "Hallo ?!" =] Christian ; "Steve, Adek lu ada sama gue, Lu dimana ? Di rumah kan ? Gue anter doi kesana ya !" Ucapnya langsung pada intinya. =] Steve ; "Hah ? Maksudnya ? Lu ngomong apa sih bro ? Maksudnya Gimana ? Kenapa adik gue bisa sama elu ?" Tanya Steve yang memang belum paham dengan situasi saat ini. =] Christian ; "Panjang ceritanya. Mending lu tanya aja sendiri entar !, Gue mah ogah ceritain lagi sama lu, ngabis-ngabisin kuota gue aja !" Selorohnya lagi seperti biasa. Membuat Steve kembali berdecak kecil di sana. =] Steve ; "Gue masih bingung lu ngomong apa, Tapi kebetulan gue sekarang belum sampe rumah bro, lu bisa enggak anterin adek gue ke rumah sakit aja ?!" Pinta Steve dari seberang sana. =] Christian ; Oke, boleh. Rumah sakit mana ?" =] Steve ; Rumah sakit xxxxxx, yang ada dijalan xxxxxx itu loh, lu tau kan bro ?" =] Christian ; " Iya tahu. 20 Menit lagi gue sampe, Lu tunggu aja didepan ruangannya biar gue gak perlu masuk lagi entar !" Ucapnya. =] Steve ; "Oke. Thanks ya Christ." =] Christian ; "Iya." Kemudian TUT__ Christ menutup panggilannya dengan Steve. *** Steve memasukan ponselnya kembali ke dalam saku celana bahan miliknya begitu panggilannya dengan Christ telah selesai. Pandangannya kembali tertuju pada pintu UGD yang tertutup rapat didepannya. Dimana didalam sana terdapat seseorang yang tengah ditangani dengan serius oleh tim medis rumah sakit tersebut. Ceklek___ Suara pintu terbuka, menampakan sosok tampan dengan seragam putihnya keluar dari sana. Membuat Steve buru-buru ingin menghampiri dan menanyakan keadaan seseorang yang dia bawa. "Dok, Bagaimana kondisinya ? Luka-nya tidak terlalu parah bukan ?" Tanya Steve panik, begitu sang dokter yang memeriksa perempuan yang tadi ditabraknya sampai didepannya. "Anda tenang saja. Jika dalam waktu 24 jam pasien tidak mengalami keluhan apapun, maka saya pastikan semuanya baik-baik saja". Ucapnya sambil menyimpan stetoskop dilehernya kedalam saku jas miliknya. "Untuk saat ini pasien hanya mengalami cidera kepala ringan, dan sedikit lebam di tangan dan kakinya, Selebihnya semuanya dalam keadaan normal." "Pasien juga boleh dibawa pulang sekarang, dengan catatan jika dalam 24 jam terjadi keluhan atau semacamnya maka pihak keluarga harus secepatnya membawa pasien kembali kemari !" Tambahnya lagi. Yang langsung dibalas anggukan paham pria didepannya. "Baik Dok saya paham, terima kasih banyak." Ucapnya. "Apa saya boleh menemuinya sekarang ?" Belum juga Sang dokter memberikan jawaban, Si pasien sudah lebih dulu keluar dari dalam sana. "Tuh, pasiennya sudah keluar sendiri." Tunjuk-nya pada seseorang yang baru saja membuka pintu. Sang dokter berjalan mendekat kearah sang pasien. "Kalau begitu saya permisi. Tolong beritahu saya jika terjadi sesuatu pada kepala kamu, oke !" Pintanya sambil mengusap sekilas kepala wanita didepannya. Sang wanita hanya mengangguk kaku. "Ya, Terima kasih banyak Dok" Ucapnya. Dokter tersebut kemudian pergi, Meninggalkan keduanya yang berdiri kikuk satu sama lain. "Emmm. Hai ?" Sapa Steve canggung "Apa kau baik-baik saja ?" "Aku benar-benar minta maaf untuk kejadian tadi, Aku benar-benar tidak sengaja." "K-kau akan memaafkan-ku bukan ? Aku berjanji akan bertanggung jawab sepenuhnya jika terjadi sesuatu denganmu nona." Namun sang wanita tidak menunjukan reaksi apapun selain diam. Membuat Steve hanya bisa meringis dalam hati melihat sikap yang ditunjukan wanita di depannya. "Kita duduk ya ! Jangan berdiri terus aku rasa aku mulai pegal" Ucapnya mencoba mencairkan suasana. "Didepan sana ada bangku, kita bisa duduk di sana !" Tawarnya. Dan kali ini sang wanita mengangguk setuju. Mereka kemudian berjalan menuju bangku. Dengan Steve yang memimpin jalan. "Abaaaaang" Terdengar teriakan melengking dari arah depan sana. Membuat Steve refleks menutup kedua telinganya dengan tangan. "Berisik !!" Geram nya " Ini rumah sakit dek, bukan hutan, jangan berisik !" Ucapnya sambil duduk. "Ih, Abaaang bilangin ibu loh marah-marah." Selalu seperti itu. Ancaman kuno yang mampu membuat Steve bungkam seketika dan memutar bola matanya jengah "Sakarep-mu dek !" Ucapnya memilih mengabaikan. Christ berjalan belakangan, dengan satu tangan ia masukan kedalam saku celana, sementara satunya lagi ia gunakan untuk memainkan ponsel miliknya. "Tuh, Adek lu udah gue anterin, bilang apa coba sama gue !" Ucap Christ begitu sampai didepannya. Christ menoleh kearah samping menatap seseorang yang duduk tenang di samping Steve. "Kau ?" Kali ini Christ bukan hanya terkejut. Melainkan, syok melihat sosok yang tengah duduk manis didepannya. "Hh, Mulai lagi dia bang. Tadi juga pas pertama ketemu aku, dia ngomongnya gitu bang." Ucap Leoni berbisik dengan suara keras ditelinga Steve. "Kedengeran bego." Ucap Christ menatap jengah keduanya. Kemudian membuka ponsel ditangannya. Memastikan orang yang ia lihat didepannya adalah orang yang sama yang selalu ia temui akhir-akhir ini. "Mirip" Gumamnya dalam hati sementara sang wanita hanya mengerjap-kan matanya lucu. Bingung dengan tingkah pria didepannya. "Maaf Om ini siapa ya ?" Tanya sang wanita dengan suara lembutnya. Membuat Steve mengumpat pelan didalam hati "Tadi aja gue tanya doi kagak jawab-jawab. Sekarang aja waktu si Christ dateng langsung ngomong dia." Gerutunya dalam hati. "Om ? What the f**k ?" Sama hal nya dengan Steve, Christ juga mengumpat kasar didalam hati begitu mendengar sebutan wanita didepannya. Sambil mengatur kembali air muka-nya Christ mencoba bersikap tenang dan menjawab pertanyaan yang dilontarkan padanya. "Ekheem, Aku ?" Christ bingung harus menjawab apa, Jadi dia terpaksa berkata seperti ini. "Sebentar aku akan menghubungi seseorang terlebih dahulu !" Ucapnya, Akhirnya Christ lebih memilih menghubungi seseorang yang ia kenal daripada harus menjelaskan. Karena bisa dipastikan jika wanita yang ada didepannya ini sama sekali tidak akan mengenalinya saat ini. Berbeda dengan Christ yang memang sangat familiar dengan wajah yang ada didepannya. Melirik sekilas kearah Steve dan adiknya yang tengah menertawakannya dengan sangat puas. Christ Mencari nomor seseorang di kontak ponselnya kemudian menekannya untuk memulai panggilan. Tuuuttt___ Satu panggilan tidak diangkat. Tuuuutttt____ Dua panggilan juga tidak dia angkat. Barulah yang ketiga kalinya, panggilan tersebut dijawab. =] ....... ; "Halo, Den Christ ? Ada apa ya ?" Terdengar Suara seorang wanita paruh baya yang tengah berbicara dengannya. Christ bahkan sengaja mengaktifkan mode speaker agar semua orang di sana mendengar jelas percakapan keduanya. =] Christian ; "Halo, Bi. Tidak ada apa-apa. Christ cuman ingin melakukan panggilan Video dengan bibi dan mamang, apa bibi bisa melakukannya ?" Ucapnya, Membuat kedua kakak beradik tersebut sontak menjatuhkan rahangnya mendengar ungkapan Christ barusan. Namun, Lain halnya dengan wanita yang satunya, Dia merasa familiar dengan suara seseorang dibalik ponsel Pria didepannya. =] ....... ; "Oh, Oalah, Bibi kira ada apa ? Boleh den bisa. Kebetulan mamang juga sedang ada disini" Ucapnya. Kemudian tanpa menunggu banyak waktu, Christ langsung mengalihkan panggil tersebut menjadi panggilan Video dan mengarahkannya tepat ke wajah wanita didepannya. =] ....... ; "Gusti neng Maira ?" Sang penerima panggilan langsung berteriak histeris, manakala wajah majikannya yang ia lihat pertama kali. =] ....... ; "Akang cepat kesini ! Lihat Siapa yang ada didepan layar ponsel kita !" Perintahnya, kemudian muncul lah mang Radun yang juga ikut terkejut seperti dirinya. "Neng Maira ? Nin, Kenapa Neng Maira ada di sana ?" Tanya-nya pada wanita disampingnya. =] ....... ; "Haduh, akang puguh mah nin juga tidak tahu" Terdengar suara ribut dari sana, Sementara Maira hanya melongo, Mencoba mencerna maksud dari pria didepannya. "Maaf Tuan Boleh saya meminjam ponselnya ?" Kini panggilan tersebut bahkan langsung berubah dari om menjadi tuan. Christ hanya menganggukkan kepalanya kemudian memberikan ponsel tersebut kepada Maira.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN