Part 06

1322 Kata
Suara keributan datang dari arah kamar penginapan yang ditinggali oleh Christ. Terlihat di sana Christ yang tengah memaki seseorang yang sedang menghubunginya lewat sambungan telepon. Sambil mengurut pangkal hidungnya Christ terus membentak orang tersebut yang menyuruhnya untuk segera berangkat menuju bandara karena sebentar lagi pesawat yang akan mereka tumpangi beserta rekan-rekan staf yang lainnya akan segera pergi meninggalkan provinsi Jawa barat menuju ibukota Jakarta. "b******k " Umpatnya dengan kasar menutup sambungan teleponnya secara sepihak saat orang yang menghubunginya tidak dapat lagi diajak kompromi. "30 Menit ? Yang benar saja." Ucapnya. Christ kemudian melemparkan ponsel tersebut ke sembarang arah sambil melirik sekilas tas jinjing miliknya yang masih tersimpan rapih di atas lemari pakaiannya dengan malas, Enggan untuk meninggalkan tempat tersebut dimana terdapat banyak ketenangan didalamnya. Membuatnya semakin lama semakin tidak ingin beranjak dan memilih untuk merebahkan kembali tubuhnya keatas kasur. Namun baru juga Christ ingin memeluk guling kesayangannya, sebuah notifikasi di ponselnya kembali mengalihkan perhatiannya, membuat Christ mau tidak mau membuka pesan tersebut. TAK ~ Begitu pola di ponselnya selesai dibuka Christ langsung membaca pesan yang ada di baris paling atas jendela Hp-nya. . "Kapt. apa Kau sudah mendapatkan pemberitahuan dari staf, jika setengah jam lagi kita akan segera berangkat ?" "Aku saat ini sedang dijalan. kau jangan sampai terlambat Kapt. !" Ternyata pesan tersebut datang dari sahabatnya, Steve. Membuat Christ dengan cepat mengetik layar keyboard didepannya untuk membalas pesannya. "Ya, aku sudah tahu. Mereka baru saja menghubungiku. menyuruhku untuk segera berangkat dan mengoperasikan pesawatnya dalam waktu 30 menit" balasnya dengan cepat. TRING ~ Pesan balasan langsung muncul. "Baru saja menghubungi ? Maksudmu ? Tidak Kapt. seharusnya mereka sudah melakukannya sejak kemarin. karena aku pun begitu." Sontak hal tersebut langsung membuat Christ mengerutkan keningnya tidak senang dengan apa yang dikatakan oleh sahabat sekaligus rekannya itu. "Tidak, mereka tidak mengatakannya kemarin. Entahlah mungkin mereka lupa jika aku kapten-nya." Balas Christ dengan jengkel. TRING ~ Steve kembali mengiriminya pesan. "Maafkan aku kapt. aku pikir kau sudah mendapatkan informasinya kemarin ? Aku juga yang salah, seharusnya kemarin aku langsung menghubungimu. Maafkan aku kapt. " Steve sepertinya merasa tidak enak pada Christ karena mengira jika dirinya juga sudah mengetahui informasi tersebut sejak kemarin. Membuat Christ menghela napasnya dalam sebelum membalas pesan tersebut. "Sudahlah tidak apa, ini bukan salahmu. Sudah dulu Steve aku harus segera bersiap. Tolong kabari jika ada sesuatu yang penting !" Balasnya kemudian meletakan ponsel tersebut di atas ranjang. Diambilnya dengan malas tas jinjing tersebut dari atas lemari sambil tangannya mulai memasukan satu persatu barang bawaannya dengan sangat teliti kedalam tas jinjing miliknya. Memastikan tidak ada satupun barang yang tertinggal, Christ bahkan sampai mengabsen kembali barang bawaan tersebut. Satu Buah Console Game ia masukan terakhir setelah yakin tidak ada satupun barang yang tertinggal di sana, Kemudian menutupnya dengan satu kali gerakan. Satu tangan ia gunakan untuk menjinjing Tas jinjingnya, sementara satu lagi ia gunakan untuk membawa tas notebook nya setelah sebelumnya Ponsel-nya ia masukan kedalam saku celana Jeans miliknya. "Baiklah, sepertinya sudah semua." Gumamnya sambil membuka pintu kamar menggunakan punggung lebarnya. Terlihat Pak Radun dan Bi Ijah yang sudah berdiri didepan sana setelah sebelumnya Christ mengatakan pada mereka kalau pagi ini dirinya akan segera meninggalkan tempat tersebut. Dimasukannya barang bawaan tersebut kedalam bagasi mobil diikuti pak Radun dan Bi Ijah yang dari tadi terus mengikuti dan membantu membawakan salah satu barang bawaannya begitu Christ keluar dari dalam kamar. "Den, ini tahu sama sambel oncom-nya jangan lupa dibawa juga ya ! Ini bibi juga bawain oleh-oleh yang lainnya buat Aden sama keluarga ! lumayan kan kalau Aden lapar aden bisa makan ini nanti dijalan !" Bi Ijah menyerahkan 3 keranjang tahu dan satu box makan sambel oncom ke tangan Christ dan satu dus buah sawo sukataji khas daerah sana sebelum pintu bagasi mobil ditutup. "Ya ampun, Ini semua buat Christ ?" Tanya Christ kaget melihat banyak makanan yang diberikan bi Ijah padanya. "Iya ini buat aden, ayo cepat ambil, bibi pegel ini ! "Ucapnya memaksa Christ untuk mengambil 3 keranjang tahu ditangannya. "Tapi ini banyak banget makanan-nya Bi ?" Ucap Christ merasa tidak enak namun kedua tangannya tetap menerima makanan yang diberikan Bi ijah. "Udahlah Kang ambil aja, jangan buat bibi sedih gara-gara akang menolak pemberiannya !" Kali ini Pak Radun yang angkat bicara sambil memasukan satu dus buah sawo kedalam bagasi. "Ah, iya maaf Bi, bukan begitu maksud Christ. Christ cuman nggak enak aja bibi sama Mamang udah baik banget sama Christ" Ucapnya serba salah sambil menatap Bi ijah didepannya. "Maaf ya Bi !" Pinta-nya sambil memasang tampang yang dibuat se-sedih mungkin. Namun bukannya marah Bi Ijah malah tertawa dibuatnya "Iya di maafin, asal ini semua dibawa ya ! itung-itung oleh-oleh dari bibi buat Aden sama keluarga, sekalian kenang-kenangan juga dari kami." Ucapnya sambil terkekeh lucu. Satu ulas senyum terpatri di wajah tampan-nya. "Pasti. Ini aja tahu sama sambel oncom-nya mau Christ taruh di depan, biar nanti dijalan Christ bisa makan" Ucapnya sambil tertawa lebar. Membuat Pak Radun dan Bi Ijah juga ikut tertawa lepas karenanya "Dasar tukang makan" Ucap Bi Ijah sambil terus tertawa. Dan Christ menyetujui ucapan tersebut. karena memang selama di sana Christ selalu menghabiskan semua makanan yang di berikan Bi Ijah padanya tanpa sisa. TRING ~ Satu buah Notifikasi pesan tiba-tiba menginterupsi percakapan ke-tiganya, membuat Christ berhenti tertawa dan segera meraih ponselnya. "Bi ini kayak-nya Christ sudah ditunggu sama semuanya." Ucapnya meletakan kembali ponselnya kedalam saku celana kemudian mengambil amplop cokelat berisi uang disaku celana lainnya. "Dan ini untuk uang sewa-nya selama Christ ada disini, Tolong di terima ya Bi !" Ucap-nya menyerahkan uang tersebut ke tangan Bi Ijah. Bi Ijah menerima uang tersebut dan menghitungnya. "Den, ini mah kebanyakan atuh." Ucapnya spontan mengulurkan tangan kanan-nya kearah Christ. Membuat Christ kembali terkekeh sambil mendorong tangan Bi Ijah. Mengatakan jika uang tersebut ia berikan dengan ikhlas karena bi ijah dan pak radun yang sudah menganggap dirinya layaknya keluarga sendiri. Mendengar itu mau tidak mau Bi Ijah menerima uang tersebut. Setelah mengucapkan Terima kasih dan berpamitan, Christ langsung meninggalkan tempat tersebut menuju bandar udara internasional Jawa Barat untuk melakukan tugasnya sebagai seorang pilot. Sebelumnya Christ bahkan sempat menolehkan wajahnya kearah perkebunan, melihat seseorang yang selama ini selalu ia ikuti diam-diam tapi sayangnya orang tersebut tidak kunjung datang dan terlihat oleh matanya sejak pagi tadi. *** "Steve mondar-mandir didepan pintu masuk bandara sambil tangannya terus menghubungi seseorang yang dari tadi tak kunjung menunjukan batang hidungnya. "Sialan, Dia pasti terjebak macet." Umpat-nya menatap kesal jam yang melingkar ditangannya. Beberapa staf bahkan sudah mulai berdatangan dari arah depan sana. "Bagaimana Steve, Dia belum sampai bukan ? Sudah-lah kau jangan banyak berharap lagi pada b******n tengil itu !" Seseorang tiba-tiba menepuk pundak-nya dari arah belakang sana. "Sesuai janji-ku jika dia tidak sampai tepat waktu maka akan aku keluarkan dia dari grup penerbangannya." Ucapnya kemudian berbalik hendak meninggalkan Steve yang kembali mengumpat kesal di sana. "Damn, f**k !! Aku tahu kau tidak akan mengecewakanku Kapt." Umpatnya sambil tertawa penuh kemenangan, melihat Mobil yang dibawa Christ telah tiba didepan pintu masuk bandara. Mengabaikan tatapan sinis dari pria yang sejak tadi mengancamnya, Steve memilih berlari menghampiri Christ dan memeluknya. *** "Owh, s**t. Lepaskan !" Teriak Christ, menolak pelukan dari sahabatnya sambil bergidik ngeri. "Apa kau gila, kenapa tiba-tiba memeluk-ku ?" Umpatnya kemudian membuka bagasi. "Bawa ini !." Christ melemparkan tas jinjing miliknya kearah Steve dan Steve menerimanya. "Oh. My God. Kapt. kita hanya berlibur selama tiga hari. itu-pun belum termasuk tiga hari karena si-tua Bangka itu tiba-tiba merusaknya." Steve kembali berdecak ketika kembali menyebutkan nama orang yang tidak disukainya. Christ hanya mengangguk tanpa memperdulikan omelannya. "Tapi melihat bawaan mu yang sebanyak ini ?" Jeda-nya sambil menatap tajam semua barang yang dibawa Christ. "Maafkan aku, tapi jujur, kau lebih pantas terlihat seperti orang yang baru saja pulang kampung daripada pulang berlibur." Sambung-nya sambil tangan satu-nya menerima Note book milik Christ. Alih-alih tersinggung Christ malah menggedikan bahu-nya tidak peduli dengan cibiran pria disampingnya. "Aku memang mengunjungi keluarga-ku. Dan itu dikampung !" Ucap-nya dengan enteng berjalan pergi sambil memakan tahu yang tadi dibawanya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN