Sambil meletakkan wajah di dekat pipi kiri Anjar, aku membayangkan masa-masa kami bersama. Dimana kami selalu tertawa dan menangis berdua. Anjar sangat usil dan nakal padaku. Terkadang aku merasa sangat kacau jika mengingat kehangatannya. Tiba-tiba di tayangan bola mataku, aku melihat kami berdua sedang bersama saat masih remaja. "Sayang, ayo kemari! Kamu ingat tempat ini kan?" tanya Anjar dengan senyumnya yang lebar. "Tentu saja. Kamu?" "Aku selalu ingat, tempat ini adalah tempat pertama kali aku menciummu, Tika," berkata dan tersenyum dengan sangat aneh. Itu membuat aku geram. "Apa kamu melupakan saat-saat mendebarkan itu?" tanya Anjar dengan matanya yang lebar sambil menarik ujung hidungku dan aku mulai berteriak. "Aduuuh, Anjar. Sakit," keluh ku. "Apa kamu benar-benar menyaya