Rencana Besar

1230 Kata

Aku melangkah dengan cepat ke arah kamar dan ternyata Anjar juga mengikutiku dari belakang. Setibanya di kamar, Anjar langsung menarik tanganku dan membalik tubuhku. Ia menatapku dalam-dalam dan bertanya, "Kenapa kamu tidak pernah mengatakan kepadaku jika kamu sering bertemu dengan Deri?" tanya Anjar tanpa menyebutkan namaku. Kali ini dia benar-benar terlihat marah. "Tidak sering, Sayang. Hanya dua kali dan itu cuma sepintas. Aku tidak pernah bercakap-cakap dengan dia, walaupun hanya 5 menit dan aku rasa tidak ada yang perlu aku ceritakan karena memang hal ini bukan hal yang penting." "Sayang, menurut kamu ini nggak penting? Apa menurut kamu, perasaan aku ini nggak penting?" tanya Anjar dengan matanya yang berkaca-kaca. "Bukan begitu, Sayang. Tapi karena memang aku dan Deri tidak punya

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN