Matahari mengalah, ia memberikan peluang dan waktu pada rembulan untuk menunjukkan wajah eloknya. Benar-benar peraturan Ilahi yang dipatuhi oleh seluruh alam. Tidak ada keinginan untuk mempertontonkan seunggulan masing-masing penerang alam tersebut secara terus-menerus. Mereka seperti tau diri, tanpa rasa iri. Sambil menikmati cahaya rembulan yang aku lihat dari jendela kaca kamar, aku berpikir tentang kelahiran dan kematian. Keduanya adalah janji yang pasti, aku seakan tergugah untuk memikirkan hal baik demi membantu Ayah menuju surga. "Benar juga, aku akan mengatakan pada semuanya nanti," ucapku berbicara sendiri, tapi kali ini aku tidak menangis. Aku sedang duduk manis di atas ranjang, sembari menyentuh perutku yang masih tidak terlalu menyembul. Walaupun tidak ada kelucuan d