Di sebuah perusahaan terbesar di kota D, seorang Direktur muda mengetuk-ngetuk jari ke meja kerjanya. Roy sebagai kaki tangannya tidak berani bertanya.
Karena dia sangat hapal, saat ini Bosnya sedang memikirkan masalah yang sangat serius dan tidak boleh ada suara sebelum Boss memberi perintah.
"Roy, kau cari tau gadis bernama Rachel Willona." Ia tau nama lengkap Rachel pada saat membantu membereskan barang-barang Rachel tadi, dia dengan sengaja membaca nama gadis itu pada kartu pengenalnya.
"Baik, Boss. Dalam lima belas menit anda akan menerima semua detail informasinya." sahut sekretaris si boss besar.
"Sebaiknya kau lakukan lebih cepat, karena untuk hal ini aku tak ingin menunggu terlalu lama."
"Baik, Boss. Aku permisi." lalu Roy pun keluar ruangan.
"Bagaimana mungkin aku merasa seperti sangat mengenal gadis itu? Aku merasa tidak asing dengan tatapannya. Dan lagi pula, gadis kecil dalam foto itu terlihat sangat mirip denganku. Apakah mereka ada hubungannya dengan masa laluku? Kenapa aku tidak bisa mengingat satu pun tentang masa laluku?" Boss besar berbicara sendiri dan mulai berpikir keras. Lalu tiba-tiba kepalanya sakit.
"Aaakhh... Kenapa kepala ini selalu saja sakit setiap kali aku berusaha mengingat masa laluku?" Dia berkata sambil mengeluarkan botol obat dari saku jasnya, mengambil satu butir lalu meminumnya. Dia bersandar pada kursi lalu mulai memejamkan mata untuk beristirahat sejenak sambil menunggu Roy datang membawa informasi yang dia minta.
Beberapa menit kemudian Roy datang dengan setumpuk kertas ditangannya.
"Boss, ini informasi yang anda minta. Dari sekian puluh gadis bernama Rachel Willona di kota D, ada satu yang sepertinya anda cari. Tapi Boss..." Roy berhenti bicara membuat Nathan tau pasti ada yang tidak beres.
Dia segera mengambil kertas-kertas itu. Membaca satu persatu informasi di dalamnya. Tak lama berselang, dia meremas kertas ditangannya itu. Tiba -tiba saja kepalanya kembali terasa sakit dan ia pingsan. Roy panik langsung menghubungi dokter pribadinya.
"Bagaimana keadaan Nathan?" Tanya Celline.
"Ini di luar dugaan. Seharusnya setelah tiga tahun pengobatan, Nathan akan pulih. Tapi ini sudah tujuh tahun, kenapa keadaannya malah semakin buruk ?" Kata dokter Arnold yang tak lain adalah teman dan sahabat Nathan dari remaja.
"Mungkin Nathan terlalu sering berusaha mengingat masa-masa sebelum kecelakaan itu terjadi." sahut Celline cepat sebelum Arnold berkata lebih banyak.
"Ya, aku rasa juga begitu. Bagaimana pun pasti dia sangat penasaran bagaimana kehidupannya dulu. Siapa saja orang yang ada di sisinya dulu, sebelum terjadi kecelakaan malam itu." gumam Arnold.
"Sudah kukatakan. Aku lah yang selalu bersamanya. Aku lah satu-satunya orang yang ada untuknya. Dari dulu hingga sekarang." Celline mulai emosi dan berbicara dengan nada tinggi.
"Celline, aku hanya tau ada satu wanita yang dia cintai. Tapi itu bukan kau! Kau hanya mengambil keuntungan atas kejadian yang di alami Nathan. Kau terlalu berambisi memilikinya. Padahal, bahkan saat dia hilang ingatan pun dia tak sebegitu tertariknya padamu." cemooh Arnold yang mulai kesal juga.
"Arnold, jaga ucapanmu! Jika sampai Nathan dengar, kupastikan kau tidak akan pernah bisa bertugas dimana pun lagi." ancam Celline.
Arnold paham, dia bisa menjadi Dokter ahli seperti saat ini karena campur tangan Ayah Celline. Itu juga karna Arnold terpaksa meminta bantuannya. Karena sangat ingin merawat sendiri sahabatnya ini. Dan tentu saja semua itu tidak gratis.
Sebagai imbalannya, Arnold tidak boleh mengungkap semua cerita masa lalu Nathan pada siapa pun di kota D ini. Bahkan pada Nathan sendiri. Saat Nathan bertanya semua dijawab sesuai arahan yang diberikan oleh Celline.
"Baik lah, aku memang tidak bisa berbuat banyak. Demi dia, sahabatku Nathan. Selama ini aku berusaha menutupi semua kebenaran. Tapi kita tunggu saja sampai kapan kau bisa bermain api dengannya. Saat suatu hari dia sadar dan mengetahui segalanya, bersiap lah kau untuk kematianmu." ucap Arnold sungguh-sungguh sehingga itu membuat Celline merasa gugup.
Lalu dia pun keluar dari kamar Nathan meninggalkan Celline yg masih berusaha tetap tenang sambil menggigit bibir bawahnya.
Dan tanpa mereka sadari, Nathan sudah sadar sejak mereka memulai pembicaraan serius tadi, tapi dia berusaha tetap tenang dan pura-pura masih pingsan agar lebih banyak mengetahui apa saja yang selama ini mereka rahasiakan.
"Sudah berapa lama aku tertidur?" tiba-tiba Nathan bersuara, membuat Celline sedikit terkejut. Tapi dengan cepat menyembunyikan wajah kalutnya, lalu berjalan mendekat sambil membawakan sebuah nampan berisi air putih dan dua butir obat.
"Sayang, kau sudah sadar. Syukur lah, aku tadi sangat takut saat Roy menleponku. Ini, minum dulu obat dan vitaminmu." Celline tersenyum sambil menyodorkan nampan itu.
"Benarkah seperti itu? Apakah aku terlihat seperti akan mati sehingga kau sebegitu khawatirnya?" Tanya Nathan tajam.
"Sayang, kenapa kau berkata seperti itu? Kau tau aku sangat mencintaimu, karena itu aku masih menunggumu meski sudah bersamamu selama delapan tahun ini. Lagi pula kita sudah bertunangan tiga tahun, aku masih setia menunggumu. Karena aku sangat mencintaimu, kau tentu tau itu. Tentu saja aku akan khawatir bahkan pada hal-hal kecil yang terjadi padamu." Ungkap Celline sambil memasang wajah polos tak berdayanya.
"Baik lah, itu saja sudah cukup. Pergi lah, aku butuh istirahat lebih lama." Nathan berkata sambil membaringkan badannya kembali ke kasur.
"Tapi kau harus minum obat ini dulu sayang." Celline enggan pergi sebelum melihat Nathan meminum obatnya.
"Baik lah, akan kuminum. Lalu silahkan pergi dan jangan menggangguku lagi! Aku muak dengan semua tingkahmu itu." Nathan merasa malas untuk berlama-lama berbincang dengan Celline.
Nathan meminum obatnya. Celline keluar kamar dengan rasa puas. Tanpa dia tahu, di dalam kamar Nathan mengeluarkan lagi obatnya dan membungkusnya dalam sebuah tisu. Memasukkan ke dalam saku jas yang tergantung di sisi ranjangnya.
"Aku semakin penasaran, permainan apa yang kalian mainkan selama ini kepadaku. Aku tau ada yang tidak beres dengan obat yang kau berikan Celline. Kita lihat saja nanti." ujar Nathan perlahan sambil memejamkan matanya kembali.
Mungkin karna kelelahan, Nathan tertidur sangat lama. Ia terbangun jam delapan saat perutnya mulai terasa lapar. Tapi dia teringat sesuatu. Lalu mengeluarkan ponselnya untuk menelepon Roy.
"Roy, jemput aku sekarang!" perintahnya, yang langsung di iyakan oleh Roy.
Sekitar lima belas menit kemudian, Roy telah sampai di rumah mewah bak istana milik Nathan. Nathan berjalan masuk ke mobilnya setelah Roy membukakam pintu.
"Kita ke Rumah Sakit Harapan Cinta" titah sang boss besar.
"Baik, Boss." sahut Roy. Selain kepatuhannya, Roy juga sangat bisa diandalkan. Makanya sampai saat ini Nathan masih mempertahankan Roy di sisinya.
Sesampainya di rumah sakit, Nathan turun dan langsung menuju ke ruang Direktur rumah sakit tersebut.
"Dok, aku ingin mengetahui obat apa ini sebenarnya." Nathan berkata sambil mengeluarkan dua butir obat yang sebelumnya ia bungkus dengan tisu.
" Baik, Tuan Nathan. Mohon menunggu lima menit." jawab Dokter Bram. Beliau adalah Dokter yang di rekomendasikan oleh seorang koleganya baru-baru ini. Kabarnya beliau adalah Dokter terbaik di kota ini.
Setelah lima menit. Dokter Bram kembali dengan raut wajah heran, juga khawatir.
" Dari mana obat ini Tuan dapatkan? Dan untuk siapa? " Tanya Dokter itu sebelum memberikan hasil penelitiannya.
"Katakan saja obat apa itu!" Nathan mengucapkan kata kata dengan intonasi yang dalam dan berat.
"Ini terbuat dari delapan jenis obat yang dapat menyebabkan gangguan pada ingatan. Jika dikonsumsi terus-menerus dalam jangka waktu yang panjang, pasien akan mengalami kelumpuhan pada otak." jelas Dokter lagi.
"Sialan! Berani sekali kalian bermain denganku. Kalian tunggu balasan dariku." Nathan berkata dengan sangat geram lalu meninggalkan ruangan itu.
Di dalam mobil, Nathan masih terus memikirkan perkataan Dokter tadi. Dia mengaitkan dengan perbincangan Celline bersama Arnold siang tadi. Tiba-tiba Nathan merasa bahwa, Arnold tidak tau apa-apa tentang obat yang di tukar ini.
"Celline. Berani sekali kau mempermainkan hidupku!" Nathan menggertakkan giginya pertanda mernahan amarah yang cukup besar saat ini.
"Roy, kau harus mulai menyelidiki semua aktifitas Celline. Jangan sampai ada yang terlewat. Aku yakin, dia menyimpan banyak rahasia dariku. Dia pasti merencanakan sesuatu yang sangat besar." Perintah Nathan tidak bisa di bantahm
"Baik, Boss. Aku akan melakukannya." Jawab sang ajudan kepercayaan.
"Laporkan setiap hal yang mencurigakan padaku, aku akan menyimpannya. Dan aku akan mengeluarkan semuanya di saat yang tepat nanti. Aku yakin, pasti tidak akan lama lagi waktu itu akan datang." Tatapan Nathan tajam memandang ke luar jendela mobil.
Entah mengapa, ia merasa ada suatu hal besar yang akan segera dia ketahui tidak lama lagi. Ada rahasia besar yang akan muncul di permukaan. Karena benar kata pepatah, sedalam apa pun menyimpan bangkai, pasti akan tercium juga.