13. Mirip Perang Dingin Amerika Dan Rusia

916 Kata
Faris dan Kinan saling memandang karena bingung melihat Dinda juga Azha yang diam. Mereka tak seperti kemarin, bertengkar dan saling mengeluarkan u*****n yang membuat Kinan juga Faris kewalahan menegahinya. "Kalian baik-baik saja?" tanya Faris pada keduanya. Tapi hanya anggukan lemah yang ia dapat dari Azha juga Dinda. "Kalian bertengkar?" kini gantian Kinan yang bertanya. Namun Dinda dan Azha hanya menggelengkan kepalanya. "Kalau nggak bertengkar, lalu kalian kenapa?" Dinda mendongakkan kepalanya dan berhenti menggoyang-goyangkan sendoknya. "aku hanya tidak enak badan saja, dokter." Jawab Dinda. "aku pamit ke kamarku. Terimakasih atas makan siangnya." Pamit Dinda. Faris juga Kinan menatap Dinda bingung. Gadis itu tak terlihat bersemangat sejak Azha dan Dinda kembali dari halaman belakang. . /// Takdir Kedua | Gorjesso /// . 2 hari berlalu, dan menyisakkan tanda tanya antara Azha juga Dinda yang masih saling diam. Kevin pun dibuat kewalahan oleh keduanya. Diantara mereka berdua tak ada yang mau keluar kelas sekedar untuk bermain atau makan dikantin saat istirahat seperti biasa mereka lakukan bersama. Sungguh aneh. Pikir Kevin. "Sebenernya lo pada ini kenapa?" tanya Kevin. Ia menarik sebuah kursi dan mendudukinya. Ia menatap intens pada Azha yang hanya duduk diam dibangkunya. Azha menggelengkan kepalanya. "Nggak papa." "Trus ngapa sekarang lo ama Dinda jadi diem-dieman macem orang pacaran yang lagi cek-cok gitu? Oh...jangan-jangan kalian emang pacaran, ya?" PLETAK 1 tabokan melayang diatas kepala Kevin. "Tu mulut kudu disekolahin, ye? Apa mungkin gue macarin adik gue sendiri!" Umpat Azha. Kevin mengusap-usap kepalanya yang masih saja terasa perih. "Ya.. trus kenapa? jangan pada dieman gini... gue yang susah b**o!." Rutuk Kevin. "Kalo nggak mau susah ya diem aja." Ujar Azha ketus. "Ya k*****t ni bocah!" protes Kevin. Azha menghela nasaf. "Kita ngggak ada masalah apapun." Ujar Azha. "orang macem elu kagak cocok boong." "Gue lagi gag boong, k*****t!" "Ck! Kalo elu kagak boong. Sekarang lu ikut gue ke kantin, gue tau cacing di dalem perut lo pasti lagi demo ngalahin masa demo di Jakarta Sesember kemaren." Tanpa persetujuan dari Azha, Kevin langsung saja menarik lengan Azha untuk mengikutinya. Di kantin, mata Kevin langsung berbinar saat menemukan Dinda duduk sendirian di bangku yang biasa mereka bertiga tempati. Langsung saja ia kembali menarik Azha yang terlihat sudah pasrah ditarik-tarik oleh sahabatnya itu. "HI, cebol!" sapa Kevin pada Dinda yang sedang duduk menikmati jus jeruknya. "Eh, k*****t!" protes Dinda. Sebenarnya ia ingin sekali mengumpat pada Kevin lebih banyak, tapi melihat Azha berdiri acuh di belakang Kevin membuat mulutnya terkatup seketika. Ia masih merasa bersalah telah mengatakan hal itu pada Azha. Dan malah akhirnya membuat persahabatan antara dirinya dan Azha merenggang, bahkan 2 hari ini mereka sudah tak bertemu. "Bu Sarti, aku pesan 1 jus jeruk dan 1 jus strawberi!" teriak Kevin pada Bu Sarti pengelola kantin sekolah mereka. Kevin menatap bergantian Dinda dan Azha yang duduk di samping kanan-kirinya. Ia menatap penuh selidik pada wajah keduanya yang langsung terlihat semakin kusut setelah bertemu. Ini membuatnya semakin bingung saja. Arrrgghhhhh... ini membuatnya sangat frustasi. "Gue tanya sekali lagi, ya... Lo pada kenapa, dah? Kita ini sahabat, kita nggak boleh dieman terus kek gini dan jatohnya persahabatan kita ini bubar nantinya." Ujar Kevin kesal. "Dan udah gue bilang nggak ada masalah apapun." Ucap Azha tapi tak menoleh sedikit pun pada Kevin yang masih terlihat kesal pada dirinya. "Bener kata kak Azha, kita emang nggak ada masalah apapun." Ucap Dinda juga. "ck! Pinter ngeles ya kayak bajaj, jelas-jelas kalian kalian ini lagi perang dingin ngalahin perangnya Rusia ama Amerika. Sekalipun enggak, seharusnya kalian tuh saling nyapa... heran dah!" keluh Kevin. Kevin akhirnya mengerang frustasi setelah bebarapa menit ia juga turut diam. Tapi suasananya malah semakin tidak enak, ia tak habis pikir dengan apa yang sebenarnya terjadi dengan kedua sahabatnya ini. "okey! Kalo kalian nggak mau ngomong apa yang jadi masalahnya, gue juga bakal diem." Ujar Kevin, ia beranjak dari tengah-tengah kedua sahabatnya. "Gue cabut." Pamit Kevin. Setelah ditinggal Kevin, baik Dinda juga Azha sama-sama menghela nafasnya gusar. Masalahnya malah semakin parah, dengan Kevin yang ikut marah juga karena mereka dulu yang mendiamkan manusia setinggi jerapah itu. Hingga bel penanda berakhirnya waktu istirahat berbunyi. Dinda dan Azha hanya diam dan masih duduk ditempat yang sama. Tangan mereka mengaduk-aduk malas jus yang tersaji di depan mereka. Tak ada nafsu lagi untuk sekedar meminumnya. Namun akhirnya mereka beranjak dari tempat itu tanpa saling memberikan salam seperti biasanya, tak ada teriakan dan u*****n. Bu Sarti pengelola kantin pun dibuat bingung dengan sikap aneh Dinda juga Azha. Kantinnya biasanya akan sangat ramai jika sudah ada Kevin, Azha, dan Dinda. Tapi melihat keadaan sekarang, sepertinya mereka sedang ada masalah. . /// Takdir Kedua | Gorjesso /// . "Kamu kenapa, hum?" Faris berjalan mendekati Dinda yang duduk termenung di kursi meja belajarnya. Dinda hanya menggeleng, ia memandang kosong kedepan. Banyak yang ia pikirkan saat ini. ia mengaku salah dan ia juga takut kaknya akan terus mendiaminya seperti ini. "Hah...." Dinda menghela nafasnya frustasi. "jika ada masalah. Ceritakan pada papa, sayang." Ujar Faris, mengusap punggung putrinya lembut. Dinda menatap pada papanya. Ia tak mungkin menceritakan masalah yang terjadi antara ia dan Azha. Ia menggeleng lemah. "aku nggak bisa Ceritainya. Maaf, pa." Ucap Dinda menyesal. "Nggak papa. Kalo nggak mau cerita ya sudah. Sekarang tidurlah, besok kamu harus sekolah." Ucap Faris. Ia menggendong Dinda dari kursi menuju ranjangnya. Meskipun tubuh putrinya itu sudah semakin berat dirasa, tapi tetap saja Faris melakukan ini pada Dinda. Setelah merebahkan Dinda di atas ranjangnya, Faris mengecup kening Dinda sekilas, lalu menarik selimut tebal yang menutupi tubuh mungil putrinya. "Selamat malam, sayang." . /// Takdir Kedua | Gorjesso /// .
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN