"Maafkan aku jika pernikahan kita harus berakhir hari ini. Maaf karena kedua orang tuaku menginginkan seorang keturunan dan kamu tidak bisa memberikannya. Jadi, inilah jalan terbaik untuk hubungan kita!"
Seorang pria bernama Dikta tampak sedang berdiri di depan ruang sidang. Menatap wajah penuh air mata dari Selma Maura, wanita yang kini sudah tak lagi menjadi istrinya.
"Tapi, Mas …." Selma masih tak kuat menerima kenyataan. Baru beberapa menit yang lalu ketukan palu dari hakim membuat hatinya sembilu. Bagaimana tidak, ketukan itu menandakan bahwa saat ini pernikahannya dengan Dikta harus berakhir.
"Jaga diri kamu, Selma!" Dikta pun pergi tanpa menunggu jawaban dari wanita yang saat ini hanya bisa menatap sendu wajah mantan suaminya yang mulai berlalu meninggalkannya.
"Ya Tuhan, apa setelah ini aku bisa hidup tanpamu, Mas?" Selma mulai mengusap air mata yang sejak tadi sulit dihentikannya. Sungguh tak pernah disangka jika dia akan diceraikan Dikta karena tidak bisa memberikannya keturunan. Padahal Selma begitu mencintai pria itu, tetapi ternyata hanya sebatas ini balasan dari cintanya untuk Dikta. Apakah selama ini pria itu tidak benar-benar mencintainya, padahal hubungan mereka sudah berlangsung selama 5 tahun.
Hati wanita mana yang tidak sakit jika seharusnya dia mendapatkan dukungan penuh karena dirinya divonis mandul, tetapi ternyata malah luka dan air mata yang diberikan oleh sang suami. Bukan kemauan Selma jika memang dirinya memiliki kekurangan karena mau bagaimanapun, tak ada satu orang pun yang bisa melawan takdir.
***
Satu Minggu sudah berlalu dan berjalan begitu lambat bagi Selma. Hidupnya seketika berubah. Tentu tidak mudah baginya menjalani hari demi hari tanpa Dikta. Namun, mau bagaimanapun, ia harus menatap ke depan. Menjalani hidupnya kembali dengan statusnya yang baru.
"Selma, lihat ini deh! Tapi lo jangan sedih ya, gue tuh cuma geram aja sama tingkah laku mantan suami lo!" Raya menyerahkan ponselnya pada Selma.
Selma menatap layar ponsel Raya, matanya tiba-tiba berembun dan kemudian mengalir dengan deras air mata itu.
"Mas Dikta, kenapa kamu tega melakukan semua ini padaku? Di saat kita baru satu Minggu bercerai, kamu sudah meminang wanita lain. Jadi, apakah sebenarnya kamu memang menggunakan alasan kemandulanku ini untuk bercerai denganku agar kamu bisa menikahi selingkuhanmu itu?"
Selma kembali menangis saat melihat pernikahan mantan suaminya dari video yang diberikan oleh Raya, sahabatnya dan juga sahabat Dikta.
Raya pun mengusap bahu Selma, merasa kasihan terhadap sahabatnya yang baru saja menjadi janda. "Sabar ya, Sel, gue yakin kalau perpisahan ini adalah hal terbaik untuk lo, gue juga nggak nyangka kalau Dikta tega banget sama lo, padahal selama ini lo selalu jadi istri yang baik. Tapi … emang dasarnya si Dikta itu b******k, dia tega ngelakuin ini sama lo!" Raya memeluk Selma yang kini sudah tersedu.
Luka itu masih basah, belum sempat Selma mengeringkan luka tersebut, sepertinya Dikta sudah menaburinya dengan segenggam garam. Sungguh perih sekali melihat pria yang masih dicintainya itu tega melakukan hal ini padanya.
"Gue nggak nyangka Ray, Mas Dikta tega banget, apa mereka sebelumnya udah pacaran diam-diam di belakang gue. Gue dibohongi dua orang itu Ray, gue ngerasa jadi wanita paling bodoh di dunia!" Raya melepaskan pelukan Selma.
Dia begitu iba melihat sahabatnya itu telah disakiti oleh mantan suaminya. Dikta dan Aurel pelakunya, selama ini dia dan Selma sama sekali tidak curiga saat Dikta dan Aurel sering pergi ke luar kota dengan alasan pekerjaan karena memang mereka bekerja di perusahaan yang sama.
"Gue juga nggak nyangka, Sel. Bagaimana bisa Dikta sama Aurel nyakitin lo kek gini! Tapi udah deh, lo harus kuat, jangan lemah di hadapan mereka! Pokoknya lo harus bisa buktiin ke mereka kalau lo tuh bisa hidup lebih baik, biar mereka berdua kena karma!"
Selma semakin menangis, air mata itu tidak bisa berhenti begitu saja, padahal dia sudah berusaha. Mungkin sakit hatinya sudah benar-benar meremukkan hatinya. Bagaimana perasaan seorang wanita jika belum lama diceraikan suaminya, lalu kemudian mantan suaminya malah menikah lagi dengan sahabatnya di kantor. Bahkan di pernikahan itu, Dikta tidak mengundangnya seakan mencoba untuk menutupinya. Namun, apakah Dikta lupa jika Raya juga sahabat Selma. Raya memang diundang ke pernikahan tertutup itu, karena memang Dikta mengundang sahabat kantornya. Raya kemudian merekam acara prosesi ijab qobul dan akhirnya memperlihatkan video tersebut kepada Selma.
"Udah, jangan nangis, lo mau ikut gue buat ngilangin rasa sakit lo nggak? Ya, meskipun hanya sementara, tapi gue yakin bisa sedikit mengalihkan rasa sakit itu," ujar Raya.
Selma pun menghapus air matanya dengan kasar, mungkin benar apa yang dikatakan Raya jika dia tidak boleh terus bersedih hanya karena melihat mantan suaminya menikah lagi. Selma harus menjadi wanita kuat dan membuktikan kepada Dikta jika dia juga bahagia dengan perpisahan ini.
***
D tempat lain, di sebuah apartemen mewah, seorang pria tampan yang bernama Nico Saputra tampak menatap kekasihnya dengan sorot mata yang tajam. Lagi dan lagi, Donita mengatakan hal yang sangat Nico tidak suka.
"Sayang, jangan marah ya! Aku janji setelah kontrakku selesai pasti akan langsung keluar dari agensi, setelah itu aku siap menikah denganmu," ujar wanita cantik itu memeluk lengan Nico. Mengusap rahang pria itu dan mengecup bibirnya sekilas.
Donita harus bisa mendapatkan izin dari calon suaminya itu, tentu saja dia akan siap melakukan apa pun agar Nico memberinya izin kali ini. Donita tidak akan menyia-nyiakan kesempatan karena itu adalah kesempatan satu-satunya untuk bisa berkiprah di Perancis sebelum dia memutuskan untuk pensiun karena harus menikah dan menjadi istri dari seorang Nico Saputra.
"Apa menjadi model lebih penting daripada menjadi istriku?" tanya Nico dengan suara dalam, tanda jika ia sedang menahan marah.
Donita mengalunkan tangannya di leher Nico, jika biasanya sentuhan Donita berhasil meluluhkan hati pria itu, tetapi sepertinya tidak berlaku sekarang karena raut wajah pria itu masih terlihat begitu emosi.
"Sial, kenapa sekarang dia begitu susah dibujuk?" batin Donita coba memikirkan cara lain untuk membuat Nico luluh.
"Sayang, ehmm begini, bagaimana kalau kita nikah dulu, kemudian aku akan meneruskan pekerjaanku itu sampai kontrak habis. Hanya dua tahun kok, ayolah Nic, aku sudah memimpikan akan go internasional dan setelah tiga tahun lamanya akhirnya aku berhasil masuk, apa kamu tega membuat impian ku hancur berantakan!" Kali ini Donita mode merajuk.
Dia bingung harus melakukan jurus apalagi agar kekasihnya itu luluh, yang jelas Donita harus mendapatkan izin dari Nico. Kalau perlu mereka menikah terlebih dahulu, tetapi harus menunda untuk mendapatkan momongan agar dia bisa mewujudkan cita-cita dan impiannya untuk menjadi model internasional.
Mendengar jawaban Donita, Nico sampai menghela nafas dalam-dalam. Sungguh dia benar-benar tidak bisa menahan Donita yang sudah merengek seperti sekarang ini. Padahal pernikahan mereka tinggal tiga bulan lagi, tetapi wanita itu malah mengirimkan CV ke agensi yang ada di Paris - Perancis tanpa sepengetahuannya. Nico kali ini benar-benar kesal, Donita selalu menganggapnya tidak penting.
"Terserah apa maumu, tapi pernikahan harus tetap berlangsung dan tidak ada lagi penundaan!"
"Tapi, Nic …."
Nico pun melangkah pergi. Meninggalkan Donita yang hanya menatap kepergian calon suaminya keluar dari apartemennya.
Bagaimanapun Nico sudah cukup sabar menghadapi Donita selama ini. Inilah konsekuensi jika berpacaran dengan gadis yang masih labil dan belum selesai petualangannya. Donita memang masih muda, usianya baru dua puluh tiga tahun. Nico sendiri mengenal sosok wanita itu ketika Donita baru saja lulus kuliah. Mereka berpacaran selama tiga tahun dan Nico dituntut oleh keluarganya untuk segera menikah dan memilih seorang anak.
Di usianya yang sudah menginjak 31 tahun ini, kedua orang tuanya sering memberi tekanan agar Nico segera memberikan pewaris untuk keluarga Saputra. Karena itulah, mau tidak mau Nico pun mengajak Donita segera menikah dan akhirnya mereka memutuskan bertunangan lebih dulu tiga bulan yang lalu. Namun, sekarang Donita malah meminta pernikahan mereka ditunda selama dua tahun hanya karena dia ingin menjadi model internasional di Perancis. Tentu saja Nico tidak bisa menoleransi keinginan Donita dan hal itu membuat Nico merasa pusing luar biasa.
Untuk menghilangkan rasa penatnya, Nico memutuskan untuk menemui sahabatnya di sebuah club malam. Dia hanya ingin minum agar kepalanya tidak semakin semrawut. Nico butuh menjernihkan pikiran karena kekasihnya itu benar-benar keras kepala. Apa susahnya jika Donita berhenti dari dunia model dan lebih fokus padanya? Bukankah uang Nico tidak akan habis hanya untuk mengimbangi gaya hidup Donita yang glamor.