Sudah tiga jam lebih Tira mondar-mandir di ruang tamu depan, menunggu keponakannya yang tak kunjung pulang. Sudah ratusan kali ia mencoba menghubungi Archen, namun anak itu sengaja menonaktifkan ponselnya. Saat ini pikirannya kalang kabut, takut, cemas, dan merasa bersalah. Ia khawatir sesuatu yang buruk terjadi pada keponakannya. Begitu pula dengan Bi Ijah, namun sebisa mungkin Bi Ijah terus mengendalikan diri agar suasana tidak semakin tegang. Ia harus bisa terlihat baik-baik saja untuk menenangkan Tira. Jika pikiran kacau, makan tidak ada hal baik yang bisa dilakukan. Salah satu kebiasaan yang Tira lakukan ketika sedang merasa cemas adalah menggigit kuku jarinya. Begitu ada suara motor terdengar memasuki halaman rumah, ia langsung keluar, berpikir bahwa itu adalah Archen. Lelaki itu me