Permohonan Kheanu benar-benar dikabulkan oleh Jessie. Gadis itu tidak lagi mengusik Athena. Keduanya sempat bertemu di toilet sekolah, di luar dugaan Athena yang mengira bahwa Jessie akan melabraknya lagi, gadis itu justru tersenyum pada Athena. Athena menceritakan kejadian tersebut pada Dean, tetapi sahabatnya itu tak percaya sama sekalo, “Ah, masa? Bukan Jessie kali yang lo liat, tapi makhluk lain yang nyamar jadi Jessie.” Goda Dean. Dean tahu kelemahan Athena yang takut akan hantu setelah Athena mengungkapkan alasan kenapa ia tidur sekamar bersama Archen.
Sementara itu, Archen yang dari kemarin terus memikirkan kondisi Athena memutuskan untuk menghampiri Athena di kelasnya pada jam istirahat. Saat itu Athena sedang tertawa bersama Dean dan Kheanu membahas betapa “bodoh”-nya Kheanu saat les bahasa Inggris perdana mereka. Archen tidak masuk ke kelas Athena, ia hanya minta tolong kepada salah satu murid untuk memanggilkan Athena. Sontak Athena, Dean, dan Kheanu melihat ke arah pintu kelas dan melihat Archen di sana. Setelah Athena bangkit dari kursinya, Kheanu bertanya pada Dean, “Itu Archen ya, yang pergi ke Bandung sama Athena?”
“Iya, kok lo tau?”
“Dari Jessie.”
Dean memutarkan bola matanya, ia sudah tau pasti Jessie pelakunya, “Tapi lo gak mikir yang macem-macem, kan?” Tanya Dean untuk memastikan.
“Enggak kok, gue percaya Athena perempuan baik-baik.”
Archen mengajak Athena untuk berbicara di lorong dekat perpustakaan sekolah, tentu saja Archen memilih tempat itu karena sepi dan jauh dari hiruk pikuk para murid, “Lo udah gak apa-apa, kan?”
Athena berpikir sebentar, menebak maksud dari pertanyaan Archen, “Oh, maksudnya karena dilabrak kemarin? Enggak kok, gue udah gak apa-apa. Btw, ada apa? Gak mungkin kan lo nyamperin gue cuma mau nanya itu doang.”
Athena selalu berhasil membaca situasi dan kondisi, itu lah mengapa di sekolah sebelumnya julukan Athena adalah “Si Peka.” Selain bertanya kabar Athena, Archen memang berniat untuk meminta bantuan Athena memilihkan kado untuk sang tante. Dua hari lagi Tira berulang tahun, dan Archen belum ada ide apapun tentang kado apa yang akan ia berikan.
“Gue mau minta bantuan lo untuk milihin kado buat tante gue.”
“Boleh, mau kapan belinya?”
“Pulang sekolah nanti, bisa?”
“Bisa.”
“Oke, langsung ketemu di parkiran, ya.” Ucap Archen.
Lelaki itu lantas bergegas kembali ke kelas karena bel masuk sudah berbunyi. Athena terus tersenyum menyadari bahwa hubungannya dengan Archen semakin dekat. Ekspresi Athena saat itu persis seperti seseorang yang menang lotre.
“Kenapa sih lo, kayaknya senang banget?” Tanya Dean setelah Athena duduk di kursinya. Athena hanya tersenyum, tak menjawab apa-apa. “Jangan-jangan, lo abis ditembak sama Archen, ya????” lanjut Dean. Kheanu yang saat itu berdiri tak jauh dari meja Athena lantas menoleh untuk mendengar jawaban Athena. “Enggak lah, gila aja kali lo. Jangan bikin gosip yang aneh-aneh deh.” Dan Kheanu kembali ke tempat duduk dengan senyum mengembang di bibir.
Athena langsung bergegas ke parkiran motor begitu bel pulang sekolah berbunyi. Sekitar lima puluh persen murid SMA Pelita Bangsa mengendarai motor ke sekolah, sedangkan sisanya ada yang menggunakan mobil, atau transportasi online. Tak heran saat jam pulang sekolah, parkiran motor dipenuhi oleh para murid yang ingin mengambil motornya. Sedikit sulit bagi Athena untuk menemui dimana Archen, ia pun memutuskan untuk menunggu di pintu keluar parkiran. Seseorang tiba-tiba saja membunyikan klakson, “Hai Gadis Nomanden, ngapain di situ?”
Athena menoleh, itu adalah Kheanu, “Hhhhh, kiraen udah tobat manggil gue dengan sebutan itu. Lagi nunggu Archen nih.”
“Archen?”
“Iya, gue mau nemenin dia beli kado buat tantenya.”
Raut wajah Kheanu berubah seketika, jelas ia tak bisa menyembunyikan rasa cemburunya, “Oh, yaudah, gue duluan ya.” Ucapnya langsung tancap gas. Sepersekian dekit kemudian, motor Archen sudah berada di samping Athena.
Archen memutuskan untuk pergi ke salah satu mall besar di Jakarta. Cuaca ibukota hari itu sangat bersahabat, tidak panas juga tidak hujan. Hawanya sedikit sejuk walau tak sesejuk Lembang. Begitu keduanya memasuk mall, Archen sedikit cerita mengenai tantenya, hal itu tentu bisa membantu mereka dalam memilih kado.
“Oh oke, jadi tante lo ini wanita karir, tingginya sekitar 165 centimeter, beratnya kurang lebih 55 kilogram, suka warna-warna yang netral dan gak mencolok. Gitu?” Athena memastikan bahwa informasi yang ditangkapnya sudah benar.
Archen mengangguk, “Gue pengen beliin sesuatu yang akan dipakai terus sama tante gue.”
“Hemmm, gimana kalau blazer?”
“Blazer?”
“Iya, buat dipakai ke kantor. Yuk ikut gue, gue tahu tempat beli blazer untuk wanita kantoran.” Athena kemudian menarik tangan Archen hingga keduanya sampai di toko brand terkenal yang menjual berbagai jenis baju kantoran.
Mereka berdua pun menyeleksi beberapa blazer yang dirasa cocok untuk Tante Tira dengan menjadikan Athena sebagai modelnya. Dari mulai blazer hitam berbahan kain leather, blazer coklat berbahan kain wool, sampai blazer abu-abu berbahan kain linen. Namun pilihan keduanya jatuh kepada blazer berwarna biru berbahan kain katun. Bahannya yang tidak mudah kusut, sedikit kaku, dan cocok dikenakan di segala musim membuat banyak menyukai bahan tersebut. Selain itu, harganya juga cocok di kantong Archen. Tidak terlalu mahal juga tidak murah, sedang-sedang saja, sesuai dengan budget yang dimiliki Archen.
“Gue yakin tante lo bakal suka banget sama hadiahnya.” Ucap Athena optimis.
“Thanks, ya.”
“Sama-sama, lain kali kalau mau minta bantuan jangan sungkan ya, gue pasti bantu kok selagi bisa.” Goda Athena. Ya, Athena bisa melihat raut wajah Archen yang sedikit gengsi saat minta bantuan kepada Athena tadi siang. “Kita tuh makhluk sosial, Sen, gak mungkin kita bisa hidup sendiri, bagaimanapun juga kita pasti butuh bantuan orang lain.” lanjut Athena. Archen hanya mengangguk pelan.
Sebelum pulang keduanya menyempatkan diri untuk makan di salah satu restoran cepat saji. Archen tak banyak bicara saat makan, berbeda dengan Athena yang selalu membahas berbagai macam hal, mulai dari rasa kentang goreng di restoran cepat saji yang lebih enak dari kentang goreng rumahan, hingga es campur Bu Jum yang selalu ramai pembeli.
“Ngomong-ngomong, gue kayaknya pernah denger suara motor lo di warung es campur Bu Jum deh. Lo suka beli juga?”
“Iya, gue suka beli buat tante, dia suka banget sama es campur Bu Jum. Gue juga waktu itu pernah lihat lo lagi makan es campur Bu Jum sama cowok.”
“Cowok?” Athena berpikir sebentar, “Ohhh, iya itu Kheanu. Gue ditraktir es campur waktu itu sama dia.”
“Kalian dekat banget ya?” Tanya Archen datar. Wajahnya tidak menunjukkan ekspresi apapun.
“Iya, dia orangnya asik banget….” Athena kemudian menceritakan semua tentang Kheanu dari A sampai Z pada Archen. Gadis itu memang selalu bersemangat jika sedang bercerita. Sementara Archen dengan penuh kesabaran mendengar semua cerita Athena. Hingga tak terasa matahari sudah mulai terbenam.
Dalam perjalanan pulang keduanya kian asik menertawakan semua kejadian lucu yang mereka lihat di jalan, seperti abang ojek online yang menggunakan spion motornya sebagai alas untuk gelas kopi, juga sepasang kekasih yang sedang bertengkar di halte bus. Keduanya benar-benar menikmati semua hal yang mereka lakukan hari itu. Tanpa disadari keduanya semakin dekat dan merasa nyaman satu sama lain.
******
“Sen, makasih tante suka banget sama blazernya!” ucap Tira begitu membuka totebag yang diberi oleh Archen di hari ulang tahunnya. Wanita yang saat itu sudah genap berusia 33 tahun pun mencium pipi Archen, dengan cepat Archen mengelap pipi menggunakan punggung tangannya. “Ih tante, Sen kan udah bilang kalau Sen gak suka dicium-cium gitu.” Protes Archen. Sejak Archen kecil, Tira gemar sekali mencium pipi Archen yang menggemaskan. Tetapi sejak masuk SMP Archen selalu protes tiap kali Tira mencium pipinya.
“Iya, iya, tante minta maaf. Tapi ngomong-ngomong, tante gak yakin deh kamu beli kado ini sendiri. Mana bisa kamu pilih blazer sekece ini.” Tira menatap penuh curiga.
“Iya, ada teman Sen yang bantu pilihin.”
“Kenalin tante sama temanmu itu dong, ajak dia makan malam besok ya, tante mau bilang makasih karena dia udah bantu kamu.”
Besok malam, Tira memang mengadakan acara makan malam untuk merayakan hari ulang tahunnya. Makan malam dengan konsep intimate yang hanya dihadiri oleh sepuluh orang terdekat Tira, termasuk di antaranya Archen, Bi Ijah, sahabat, dan beberapa teman dekat yang sekantor dengannya, seperti Hendra. Tira penasaran gadis seperti apa yang berhasil membuat Archen menurunkan sedikit gengsinya. Tira tahu betul Archen tidak akan meminta bantuan pada sembarang orang, apalagi sampai mengesampikan gengsinya. Sepertinya gadis itu special bagi Archen, pikir Tira.
Melihat Archen yang tak memberi jawaban apapun, Tira kembali memohon, “Please, tante janji deh kalau kamu kenalin dia ke tante, tante gak akan cium pipi kamu lagi.”
“Janji?”
“Janji.”
“Oke.” Tira tersenyum sumrigah, itu bukan kesepakatan yang sulit, lagi pula cepat atau lambat Tira harus berhenti mencium pipi Archen, keponakan kecilnya itu kini sudah tumbuh menjadi remaja yang tak lama lagi berubah menjadi lelaki dewasa.
Archen cepat-cepat berangkat setelah menghabiskan omelet buatan Bi Ijah. Entah kenapa lelaki itu semangat sekali menuju sekolah, ia ingin segara menyampaikan pesan sang tante pada Athea. Intinya Archen ingin cepat-cepat bertemu Athena.
“Sorry, liat Athena?” Tanya Archen pada seorang siswi yang sedang duduk di teras depan kelas. Siswi itu adalah Dean.
“Athena belum dateng. Lo Archen, ya?”
“Iya.”
“Gue Dean.” Dean menyodorkan tangan untuk berkenalan dengan Archen, tapi seperti biasa, Archen mengabaikannya.
“Gue udah tahu, Athena sering cerita tentang lo.”
Dean sedikit kesal dengan sikap Archen, “Sombong amat sih nih cowok.” Ucapnya dalam hati.
“Ohhh, gitu. Ada pesan buat ke Athena? Biar nanti gue yang sampaikan.” Dean berusaha untuk tetap ramah pada Archen.
“Bilang aja ke Athena, istirahat nanti ditunggu Archen di perpustakaan sekolah.”
“Hemmm, ok.”
Tanpa basa-basi Archen langsung bergegas pergi meninggalkan Dean. “Idihhh, kok bisa ya Athena suka sama cowok dingin kayak gitu.” Dean mengoceh sendiri.
Bagai hantu yang muncul tiba-tiba di suatu tempat, Kheanu kini berada di belakang Dean, “Siapa yang suka sama cowok dingin????”
Dean tidak mungkin mengatakan pada Kheanu bahwa Athena menyukai laki-laki lain, walaupun Kheanu nyebelin, tapi belakangan ini ia sudah bersikap sopan pada Dean.
“Apaan sih lo, Knowing Every Particular Object deh, alias KEPO!”
“Yeh, baru mau gue kasih info tentang Dimas.”
“Apa-apa????”
“Lha, katanya lo gak suka sama Dimas? Kok semangat amat pas mau bahas dia?!” rupanya Kheanu hanya memancing Dean, ia ingin melihat apakah Dean sama sekali tidak tertarik dengan sahabatnya itu, dan Kheanu rasa cinta Dimas tak bertepuk sebelah tangan. Kheanu sibuk memikirkan percintaan sahabatnya sampai lupa bahwa cintanya pada Athena lah yang bertepuk sebelah tangan.
Saat jam istirahat, sebenarnya Athena ingin sekali makan ketoprak di kantin, sebab sejak pelajaran ekonomi perutnya sudah keroncongan minta diberi makan. Namun rasa penasaran lebih besar dari rasa laparnya. Ia ingin tahu mengapa Archen mau bertemu. Akhirnya Athena memutuskan untuk langsung pergi ke perpustakaan dan bertemu Archen. Belum sempat Archen menyampaikan maksud dan tujuan, Athena langsung menarik Archen menuju kantin sekolah.
“Mau kemana sih?”
“Kantin.”
“Males, ah. Gue gak suka tempat rame.”
“Sen, please, gue laper bangeeeeet, kita ngobrolnya di kantin aja ya, ya, ya?” lagi-lagi Archen tak tahan melihat ekspersi wajah Athena yang polos tanpa dosa. Archen pun mengalah dan ikut ke kantin sekolah. Sesampainya di kantin Athena langsung memesan dua porsi ketoprak dengan satu gelas es jeruk dan satu botol air mineral untuk Archen. Padahal Archen sudah bilang bahwa ia tidak ingin makan di kantin, ia hanya akan pesan minum, berbicara pada Athena, dan langsung bergegas pergi. Tapi Athena memaksa Archen untuk mencicipi ketoprak yang terkenal dengan bumbu kacangnya yang lezat.
Raut wajah Archen berubah ketika ia menyuap satu sendok ketroprak miliknya. Athena sedikit khwatir, takut Archen tak suka dengan makanan pilihannya, “Kenapa? Gak enak?”
“ENAK BANGET!”
“Lo emang selama dua setengah tahun sekolah di sini, belum pernah nyobain ketoprak ini??” tanya Athena sedikit heran. Archen hanya menggeleng, ya, jelas, ia tidak pernah jajan di kantin sekolah.
Athena memutar bola matanya karena tak habis pikir dengan sikap Archen, “Eh iya, lo mau ngomong apa tadi?”
“Tante gue mau ketemu, dia mau ngucapin makasih karena lo udah bantuin gue pilih kado. Tapi kalau lo gak bisa gak apa-apa kok, biar nanti gue salamin aja ke tante.”
“Ih, apaan sih, gue kan belum jawab.” Athena sedikit kesal, “Gue bisa kok, kapan ketemunya?” lanjut Athena.
“Besok malem.”
“Oke, minta alamat lo dong, biar gampang pas naik ojek online-nya.”
Archen menyuap satu sendok terakhir dari ketopraknya, “Gue jemput aja.”
“Beneran?”
“Iya, gue jemput jam 7 malam ya.”
“Oke.”