Tiket Pesawat

1047 Kata
Beberapa hari setelah kedatangan Tuan Amirul ke Australia. Hari ini Hazel selesai mengikuti ujian semester tujuh universitasnya. Gadis itu baru saja keluar dari kelas kampusnya setelah selesai mengikuti final terakhir. Kebetulan hari ini Hazel masuk kerja paruh waktu di staff malam, jadi gadis itu memutuskan untuk pulang terlebih dahulu ke asramanya untuk istirahat sebentar. Waktu masih sekitar pukul setengah lima sore sedangkan Hazel masuk kerja pukul setengah tujuh malam. Di lihat kamar masih kosong tidak ada satupun temannya yang pulang terlebih dahulu darinya. Hazel pun mengira jika temannya belum pulang dan masih ada di luar. Hal pertama yang dilakukan oleh hazel setelah masuk ke dalam kamar asrama adalah melemparkan tasnya ke sembarangan tempat lalu menghempaskan tubuhnya di kasur Jemy. Letak kasurnya berada di ranjang atas, sedangkan di bawah ranjangnya terletak kasur Jemy. Sebentar Hazel merebahkan tubuhnya ia langsung terlelap ke dalam alam mimpinya karena ia kecapean, apalagi sebentar lagi Hazel masuk kerja paruh waktu sampai pukul satu malam baru ia bisa kembali ke asrama untuk tidur. Kebetulan asrama yang ditempati oleh Hazel khusus umum dan peraturan juga tidak terlalu ketat, meringankan bagi para mahasiswi dan penghuni lain jika punya staff perkerjaan malam. Satu jam sudah berlalu, Teman-teman Hazel pulang dan masuk ke dalam kamar asrama tersebut. "Sepertinya Hazel sudah pulang," ujar Haren saat menyimpan sepatunya di rak, dan kebetulan ia melihat ada sepatu Hazel di situ. Jemy juga ikut mengangguk karena ia juga melihat sepatu Hazel tertara di rak. Setelah menyimpan sepatu di rak mereka pun berjalan menuju tempat Hazel yang sekarang sedang tertidur di kasur Jemy. “Apa dia sedang tertidur?" tanya Jemy sambil meletak tasnya. Haren menoleh ke arah Hazel tidur lalu mengangguk pada Jemy. Kebetulan saat mereka sedang menuju pulang ke asrama, mereka tidak sengaja berpapasan dengan Bibi pengasuh Hazel yang mereka ngira ibunya Hazel. Bibi pengasuh tidak sempat untuk mampir ke kamar asrama Hazel, beliau langsung menyitipkan pada mereka sebuah amplop putih untuk Hazel yang berada di kamar asrama. Karena terganggu dengan gerak-gerik dari Haren dan Jemy yang baru pulang, Hazel pun tersadar dari tidur nyenyaknya. ia melihat kedua temannya ternyata sudah pulang ke asrama dan entah sejak kapan mereka pulang? Yang jelas Hazel tidak tau karena ketiduran. Hazel melihat Jemy sedang duduk di kursi belajar dan membaca beberapa buku yang terletak di atas meja itu. Sedangkan Haren sepertinya sedang mandi karena dari Hazel dengar ada suara gelincian air di dalam kamar mandi dan siapa lagi kalau bukan Haren di sana. "Ujian kamu sudah selesai Jemy?" tanya Hazel Setelah membangun tubuhnya memposisikan menjadi bersandar di besi ranjang. Jemy menoleh ke arah Hazel lalu menggeleng kepalanya. "Belum! masih ada satu mata kuliah lagi,” jawab Jemy dengan ekspresi yang dibuat lelah dan cemberut, sedangkan Hazel hanya bisa tersenyum lembut pada temannya itu lalu menyemangatinya. "Semangat!" Hazel menyemangati Jemy dengan girang lalu dibalas oleh Jemy anggukan kepala tampa ekpresi membuat Hazel tersenyum kencup menatap temannya itu. Tapi tidak berapa saat Jemy teringat dengan titipan dari bibi pengasuh untuk diberikan ke Hazel. "Ahh benar!" Jemy membalikkan tubuhnya berhadap kembali pada Hazel. "Tadi saat kami pulang dari kampus, kami bertemu dengan ibu kamu dan menitipkan ini untuk kamu," ujar Jemy sambil membuka tasnya lalu mengeluarkan amplop berwarna putih, setelah itu memberikan pada Hazel. Hazel melihat amplop itu lalu ia pun dengan sigap mengambil yang diberikan Jemy pada nya. Setelah mengambil amplop itu Hazel langsung membuka karena penasaran dengan isinya, sedangkan Jemy kembali melanjutkan belajarnya. Hazel melihat isi di dalam amplop tersebut ternyata itu tiket pesawat, dirinya harus pulang ke indonesia karena sudah selesai mengikuti ujian semesternya. Tiket itu ternyata dari Tuan Amirul, sebelum Tuan Amirul datang ke Australia Hazel sudah tau jika dirinya disuruh pulang ke Indonesia dari pengasuhnya. Namun, ia belum tau tujuan Tuan Amirul menyuruh dirinya pulang ke Indonesia setelah ujian semester selesai. Setelah melihat isi amplop itu yang ternyata tiket pesawat pulang ke Indonesia, Hazel memasukkan kembali tiket tersebut ke dalam amplopnya setelah itu baru ia menyimpan di laci meja belajarnya. Hazel melihat jam dinding kamar asrama sudah tertuju pada jarum pendek di angka 6 dan berarti sebentar lagi ia akan masuk jam kerja paruh waktunya, Hazel langsung bergegas untuk mandi supaya tidak terlambat untuk sampai ke sana nanti. Dari gaji hasil kerja paruh waktu Hazel bisa membayar kebutuhan hidupnya sendiri, bahkan ia sangat jarang sekarang mengambil uang yang dikirim oleh Rafa di rekeningnya begitu juga dengan bibi pengasuh. Setelah Hazel tinggal di asrama ia lebih suka menghabiskan uang kerjanya sendiri dan tidak menggunakan sama sekali uang yang dikirim oleh papanya walaupun gajinya tidak seberapa yang dikirim oleh Rafa. Setelah melihat Haren keluar dari kamar mandi, Hazel langsung mengambil baju ganti untuk ia bawa ke dalam kamar mandi supaya nanti tidak repot lagi untuk memakai biar sekalian di kamar mandi langsung. Waktu untuk berangkat kerja tidak lama lagi jika Hazel berlama-lama pasti akan telambat sampai ke sana. Tidak perlu waktu lama bagi Hazel untuk berkutat di dalam kamar mandi, sepuluh menit sudah selesai karena waktu sudah telambat makanya ia percepat. "kamu masuk kerja Hazel?" tanya Haren yang dianggukan oleh Hazel. "Barang yang kamu pesan sudah gue ambil, di dalam tas kamu lihat," ujar Hazel pada Haren. Haren sangat girang karena pesanannya sudah sampai. "Waah benarkah? terimakasih Hazel!" Dengan girang Haren meraih tas Hazel, karena di dalam itu pasti Hazel menaruk pesanan shoppenya. Hazel tersenyum melihat wajah senang Haren, beberapa hari yang lalu Haren melihat seseorang memakai sepatu yang sangat ia sukai namun ia tidak tau harus membeli di mana. Haren hanya anak rantau sama seperti Hazel dan Jemy! tapi dirinya tidak tahu yang namanya s****e karena di negaranya tidak ada hal tersebut. "Wahhh sepatunya benar seperti ini yang aku suka," ujar Haren senang dan langsung memakai pada kakinya, Hazel dan Jemy juga ikut melihat temannya yang lagi mengetes sepatu. "Wouu bagus sekali sepatunya, sesekali aku pinjam pakai ya!” canda Jemy. Dengan ekspresi imut cepat-cepat Haren menggeleng kepalanya, tidak akan memberi pinjam pada Jemy karena temannya tidak pandai menjaga barang dengan baik jangan kan cuci mengelap saja males. "Sangat cantik di kakimu, apa persis seperti yang kamu suka?" tanya Hazel sambil melihat lebih dekat sepatu itu. "Iya benar, benar persis seperti yang aku suka. Makasih sudah membantu ku memilih sepatu seperti ini,” jawab Haren tersenyum senang. "Bagus! kalau kamu suka," ujar Hazel ikut tersenyum pada temannya yang sedang melepas sepatu itu pada kakinya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN